Penulis : Dinda Pranata
Perkembangan keberadaan televisi di Jepang
Ketika televisi diperkenalkan di Jepang, namun Jepang pada saat itu sedang mengalami perbaikan ekonomi, dan masyarakat hanya sedikit yang memiliki televisi. Kemudian, di tahun 1967 terjadi peningkatan orang yang memiliki televisi dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1953 NHK merupakan siaran pertama di Jepang. NHK merupakan salurn televisi pemerintah yang menyediakan infomasi-informasi seputar keadaan jepang baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, keadaan ekonomi tidak begitu cemerlang, terutama sejak NHK perlu memulai operasi sebelum stasiun komersial.
Setelah mempunyai masalah dari penerimaan peralatan RCA dari Amerika, NTV mulai beroperasi 6 bulan setelah NHK. Pada tahun 1954 ada tiga stasiun NHK dengan satu stasiun operasi NTV, kemudian 7 tahun berikutnya ada 87 NHK dan 61 stasiun komersial. Keberhasilan stasiun televisi itu ditentukan dari banyaknya penonton, oleh karena itu televisi diletakkan ditempat-tempat publik seperti cafe, salon, toko-toko, dan lain-lain. Hal ini lah yang menyebabkan televisi di gemari di Jepang.
Table 1. Media yang paling digemari
Media | Male | Female | Total |
Televisi | 82% | 82% | 82,3% |
Koran | 85% | 73% | 78,2% |
Radio | 38% | 36% | 37% |
Buku | 29% | 29% | 28,8% |
Majalah mingguan | 22% | 15% | 17,9% |
Majalah olahraga | 30% | 0,7% | 17,5% |
Majalah bulanan | 14% | 13% | 13,3% |
Komik | 12% | 0,7% | 0,92% |
Sumber : NHK nihonjin to terebi [ The Japanese and television ] (Tokyo: NHK,1981), p.28
Televisi merupakan hasil dari budaya popular, dan kini berkembang dengan nama budaya massa. budaya massa adalah budaya popular yang diproduksi untuk pasar massal. Pertumbuhan budaya ini memberikan ruang yang sempit bagi segala jenis kebudayaan yang tidak dapat menghasilkan uang, yang tidak dapat diproduksi secara massal bagi massa seperti halnya kesenian dan budaya rakyat.
Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Media Massa Lain
Televisi saat ini tidak hanya sebagai media Informasi, tetapi menjadi sarana hiburan bagi masyarakat Jepang. Keberadaan televisi sedikit demi sedikit menggeser peran koran dan radio. Hal ini karena daya kecepatan informasi lebih cepat daripada koran, dan ditunjang dengan adanya visualisasi berita/informasi yang menarik. Namun, peran radio tidak terlalu mengalami penurunan minat karena sifatnya yang portable.
Dibalik kecepatan daya siar dan dilengkapi dengan adanya visualilasi gambar, televisi memiliki pengaruh besar untuk Jepang saat ini. Siaran televisi banyak menyiarkan iklan-iklan sehingga mempengaruhi masyarakat Jepang untuk menjadi masyarakat yang konsumtif. Ditunjang pula dengan adanya perubahan ekonomi, dimana perekonomian negara Jepang mulai meninggkat dari tahun ke tahun.
Di zaman sekarang televisi bukan lagi diartikan sebagai barang hiburan, melainkan sebagai barang kebutuhan pokok. Hampir di setiap rumah masyarakat Jepang saat ini telah dipasang televisi. Keberadaan koran tidak dapat menandingi kecepatan pemeberitaan seperti televisi.
Pada tahun 1958 televisi dan radio berkembang bersama-sama, namun banyak orang yang beralih ke televisi. Siaran radio NHK dari tahun 1954-1964 mengalami penurunan rating yang signifikan pada malam hari dari 24% menjadi 3%, pada siang hari dari 8% menjadi 1%, dan pada pagi hari dari 12% menjadi 2%.
Tidak hanya televisi menggeser peran radio dan media cetak, tapi televisi juga berdampak pada industri film. Pada tahun 1958 pengunjung industri film jepang mencapai 1 miliar orang, tetapi mengalami penurunan sebanyak 373 juta orang di tahun 1965. Industri film Jepang mengalami penurunan tajam, karena program televisi yang disiarkan menyajikan film-film dan program asing. Program dan Film asing di Jepang menjadi popular daripada film-film Jepang sendiri.
Dampak televisi terhadap konsumerisme
Karena Banyaknya stasiun-stasiun televisi komersial yang juga menyirakan iklan-iklan produk yang menarik masyarakat Jepang. Keberadaan televisi komersial ini untuk memperkenalkan dan memasarkan produk mereka, sehingga televisi digunakan sebagai media komersial untuk kepentingan pasar. Pasar banyak menggunakan mendia televisi, karena televisi memiliki keunggulan dalam menyiarkan produk, antara lain :
- Televisi memiliki kesan realistik dengan tampilan visualnya.
- Televisi mampu menyiarkan iklan dimana pun dan kapan pun sehingga masyarakat lebih tanggap terhadap iklan di televisi.
- Televisi mampu menyiarkan iklan berulang kali.
- Adanya pemilahan area siaran dan jeringan kerja yang mampu mengefektifkan jangkauan masyarakat.
- Ideal bagi pedagang eceran dimana dengan mereka menonton televisi dapat membantu usaha mereka.
Zaman sekarang banya berkembanng siaran televisi komersial. Jika dibandingkan dengan siaran komersial di radio, commercial boardcasting televisi lebih banyak.
Tabel 3. Jumlah Commercial Boardcast
End of fiscal year |
TV |
Radio |
|
1 | 1990 | 13,783 | 388 |
2 | 1991 | 14,800 | 413 |
3 | 1992 | 15,367 | 433 |
4 | 1993 | 15,880 | 467 |
5 | 1994 | 16,373 | 657 |
6 | 1995 | 16,804 | 941 |
7 | 1996 | 17,329 | 785 |
8 | 1997 | 19,780 | 864 |
9 | 1998 | 13,912 | 869 |
10 | 1999 | 14,143 |
1,094 |
Source : Information and Communications Policy Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communications.
Menurut sebuah kutipan dari jurnal tentang Budaya Masa dan Budaya Konsumen oleh Rusydi Syahra (2003)
“sebelum konsumsi masal terjadi diperlukan upaya dari pihak industri untuk melakukan pembentukan prioritas dan perubahan nilai didalam masyarakat.Orang harus dibujuk untuk melakukan gaya hidup konsumtif. Untuk keperluan itu iklan merupakan sarana yang paling efektif karena mampu menanamkan budaya konsumen pada mayarakat luas.sekalipun banyak media lain seperti radio, media cetak dan papan reklame yang bisa digunakan produsen untuk mempromosikan produknya, televisi karena audio visual merupakan media yang ampuh untuk mempengaruhi sikap dan prilaku konsumen. ”
Pada tahun 1965 tingkah konsumerisme Jepang mengalami kenaikan seiring dengan diperkenalkannya televisi. Ditambah dengan adanya “jimmu boom” dan komersial televisi.
Table 4. Tingkat konsumerisme di Jepang
Tahun | Nasional | Perkotaan | Pedesaan |
1960 | 77,4 | 78,9 | 72,8 |
1965 | 100 | 100 | 100 |
1970 | 131,8 | 126,7 | 146,9 |
1975 | 155,8 | 143,8 | 194,1 |
1979 | 168,9 | 154,7 | 216 |
Tingkat konsumerisme di kota lebih tinggi dari pedesaan pada tahun 1960, namun pada akhirnya pedesaan juga terkena imbas dari konsumerisme ini. Dari table diatass dapat dilihat bahwa tingkat konsumerisme pedesaan jau lebih besar dibanding dengan masyarakat yang ada di perkotaan.
Apalagi saat ini ada sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa Jepang memiki tingkat konsumerisme terhadap barang-barang baru. Di Jepang terdapat tempat untuk menjual barang-barang bekas yang masih layak pakai dan bagus. Orang Jepang yang senang membeli barang-barang baru akan membuang barang lamanya yang masih bagus dan membeli produk yang baru..
Kesimpulan
Televisi bukan hanya media informasi dengan pemberitaan yang cepat, dan sebagai sarana hiburan. Selain televisi dapat ditangkap secara audio visual. Televisi merupakan produk dari budaya popular yang memberikan pengaruh besar terhadap perubahan masyrakat dan menimbulkan dampak terhadap beberapa media massa lain seperti radio, majalah, atau koran.
Awal siaran televisi bermula dari NHK sebuah stasiun yang dikelola oleh pemerintah. Namun, tak lama berselang mulai bermunculan stasiun televisi komersial yang menayangkan acara-acara televisi yang bervariasi. Pengaruh siaran televisi mampu menggeser minat masyarakat Jepang terhadap media lain. Siaran yang ditawarkan oleh beberapa stasiun televisi menyebabkan pengurangan peminat di beberapa media lain. Contohnya, peminat radio mulai menurun sejak adanya program siaran televisi tengah malam, menurunnya industri film nasional Jepang karena siaran televisi Jepang menayangkan film-film asing.
Adanya stasiun televisi komersial menyebabkan dalam siaran-siaran televisi banyak bermunculan iklan-iklan yang menarik masyaraat. Tingkat konsumerisme masyarakat Jepang mulai menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1965 ke atas tingkat konsumerisme Jepang meningkat dari tahun ke tahun ditunjang pula dengan adanya ‘jimmu boom’, sebuah kondisi kemajuan perekonomian Jepang.
Sumber
Frank Jefkins, 1997, Periklanan Edisi ketiga, Erlangga : Jakarta
Richard Gid Powers, Hidetoshi Kato, 1989, Handbook of Japanese popular
culture, Greenwood press: Amerika
Jurnal elektronik, Rusydi Syahra dengan Judul budaya masa dan konsumen :
pengaruh produk televisi mancanegara di akses tanggal 5 Juli 2011
http://www.stat.go.jp/english/data/nenkan/1431-23.htm, statistic 11-13 Broadcasting Enterprises and Broadcasting Stations, diakses tanggal 6 Juli 2011