Penulis : Dinda Pranata
Indonesia kaya akan sumber daya alam terutama minyak, selain itu tersedia pula sumber tenaga manusia yang berpotensi. Jepang yang terlibat Asia Pasifik, saat itu membutuhkan bahan baku untuk industri-industri beratnya. Kemudian, Jepang datang ke Indonesia dengan maksud untuk ekspansi SDA yang mereka butuhkan. Jepang datang ke Indonesia dengan menawarkan kemerdekaan terhadap Indonesia. Hal itu membawa ‘angin segar’ untuk bangsa Indonesia lewat cara-cara jepang yang bersahabat dan mengaku sebagai saudara. Propaganda yang dilakukan bangsa Jepang, membuat Indonesia membuka tangan dengan lebar atas kedatangannya.
Belanda vs Jepang
Sebelum kedatangan Jepang ke Indonesia, Belanda menjajah Indonesia hampir 3,5 abad. Selama pada masa pendudukan itu, banyak warga Indonesia yang menderita kelaparan dan kebodohan. Pada zaman penjajahan Belanda ada diskrimanasi yang hanya oranng-orang dari kalangan mengenah keatas yang dapat mengenyam pendidikan, sedangkan pribumi dari kalangan rakyat biasa tidak memiliki kesempatan mengenyam bangku pendidikan.
Warga negara yang miskin menjadi semakin menderita selain tidak bisa mengenyam bangku pendidikan, mereka pun harus kelaparan karena belanda meminta pajak pungutan yang tinggi dan juga hasil pertanian yang mereka kerjakan harus diserahkan kepada Belanda sebagai upeti. Mereka dijadikan pekerja rodi untuk membangun jalan dari Anyer-Panarukan, banyak dari mereka yang menjadi korban kelaparan.
Berbeda dengan Indonesia yang berada di bawah pendudukan Jepang. Ketika jepang menduduki Indonesia, beberapa kebijakan diterapkan di Indonesia mulai dari kebijakan politik, sosial-ekonomi, pendidikan dan militer. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang diberlakukan sebenarnya untuk kepentingan Jepang dengan alih-alih untuk kepentingan kemerdekaan Indonesia.
Perubahan yang terjadi pada masa pendudukan Jepang mulai dirasakan oleh bangsa Indonesia. Kebijakan politik yang diberlakukan Jepang membuat struktur pemerintahan dari sipil ke militer, terjadi perubahan mobilitas sosial vertikal (pergerakan sosial ke atas dalam birokrasi) dalam masyarakat Indonesia (Isnaeni, Hendri F & Apid. 2008 : 36).
Selain itu sistem pendidikan pada masyarakat Indonesia yang pada masa pendudukan Belanda hanya diberlakukan pada kalangan tertentu, pada masa pendudukan Jepang sistem pendidikan tersebut dihapus. Semua warga negara Indonesia dapat mengenyam bangku pendidikan. Jepang menerapkan pendidikan formal yang sekarang disebut wajib belajar 9 tahun.
Sushi tanpa isi
Jepang yang mengalami proses modernisasi setelah dihapuskannya politik isolasi. Jepang mengalami modernisasi, dimana industri-industri besar dibangun. Membangun industrialisasi dalam negara yang miskin akan sumber daya alam dan bahan mentah sama artinya dengan ‘sushi tanpa isi’. ‘Sushi’ adalah industri, pabrik-pabrik yang dibangun Jepang, dan ‘isi’ adalah bahan-bahan mentah yang dibutuhkan Jepang.
Jepang yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat saat itu untuk pasokan minyak, harus gigit jari dan melancarkan cara lain setelah Amerika Serikat meng-embargo pasokan minyak untuk Jepang. Hal ini dikarenakan adanya Insiden Manchuria yang merupakan saksi mata kekejaman Jepang. Kemudian, timbullah niatan untuk melakukan eksploitasi ke negara-negara yang ‘menguntungkan’ termasuk Indonesia. Kedatangan Jepang ke Indonesia yang bertopeng untuk membantu memerdekakan Indonesia, memiliki misi lain untuk mengeksploitasi sumber alam dan sumber tenaga manusia untuk kepentingan perang Jepang.
Kedatangan Jepang di Indonesia disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Jepang memberikan janji untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia, mulai membentuk badan-badan untuk kepentingan kemerdekaan Indonesia. Namun, sebenarnya badan-badan ini dibentuk untuk menguatkan kedudukan Jepang dan mengambil simpati rakyat Indonesia. Banyak kebijakan yang dibuat untuk menguntungkan Indonesia.
Jepang mengeksploitasi sumber daya alam, dan sumber daya manusia Indonesia untuk kepentingan-kepentingannya demi kemengangan di perang asia timur raya. Ada 2 kepentingan Jepang yaitu untuk menghapuskan pengaruh barat dari Indonesia, dan menghimun kekuatan untuk kemenangan dalam perang Asia Timur Raya. Semua itu tidak terlihat karena tujuan itu diimplisitkan lewat tujuan dan propaganda yang dilakukan Jepang. contohnya saja kebijakan yang ditanamkan pada bidang pendidikan terlihat bahwa semua mendapatkan kesempatan yang sama dan memasukkan bahasa Indonesia yang sempat dilarang oleh Jepang pada mata pelajaran di sekolah, namun pendidikan diarahkan pada basis militer, untuk kepentingan perang Jepang.
Sushi berbalut daun pisang
Pendudukan bangsa Jepang yang bertopeng untuk memerdekakan bangsa Indonesia, mendapatkan banyak sorotan dan simpati dari Indonesia. Bangsa Indonesia percaya akan janji yang diberikan oleh bangsa Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang menguntungkan Indonesia dan propaganda Jepang yang mengatakan keprihatinannya terhadap Indonesia yang dianggapnya sebagai saudara sebangsa Asia.
Namun, sayangnya kebijakan yang berlaku di Indonesia hanya sebagai topeng halus yang dibentuk untuk kepentingan Jepang. Siksaan demi Siksaan diterima oleh bangsa Indonesia. Jika diibaratkan Indonesia seperti ‘sushi berbalut daun pisang’. Daun pisang sebagai ‘bangsa Indonesia yang memiliki sumber kekurangan dari Jepang’ dan Sushi sebagai kebijakan-kebijakan Jepang yang implicit untuk menarik simpati Indonesia. Jepang yang pada awal kedatangan bersikap baik, mulai menunjukkan sikap untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan tenaga manusia. Dengan kata lain kekurangan Jepang ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki Indonesia.
Banyak warga Indonesia yang dijadikan pekerja paksa (Romusha) . Awalnya hanya bersifat sukarela dan bekerja tidak jauh dari tempat mereka tinggal, namun semakin lama sifat sukarela ini berubah menjadi paksaan. Untuk menutupi hal tersebut jepang mengkampanyekan tentang Romusha bahwa Romusha adalah ‘prajurit ekonomi’ atau ‘pahlawan pekerja’ (ibid.53). tidak sedikit dari mereka yang meninggal karena kelaparan, dan kelelahan akibat bekerja keras. Siksaan yang seperti ini banyak meninggalkan bekas luka yang mendalam bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana jika ‘Lemper berbalut Nori’
Pernahkah membayangkan jika ‘lemper berbalut nori’ bukan berbalut daun pisang, Maka apa yang akan terjadi? Lemper diasosiasikan sebagai Indonesia, dan ‘Nori’ adalah Jepang. Indonesia yang memegang kendali penuh atas sumber daya yang ada di negerinya sendiri, namun karena kondisi penjajahan dan ketergantungan bangsa Indonesia akan janji yang diberikan oleh Jepang membuat kedudukan Indonesia berada di bawah kendali Jepang.
Faktanya, Jepang lah yang bergantung pada Indonesia. Mengapa ? jika dipikir secara logis, Keadaan Jepang yang tidak menguntungkan dalam perang Asia Pasifik dan juga embargo Amerika atas minyak yang membuat Jepang datang ke negara-negara Asia Tenggara dan setelah tahu Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar membuatnya tertarik untuk mengeksploitasi Indonesia dengan topeng membantu Indonesia.
Indonesia bisa memegang kendali Jepang yang posisinya berada dalam keadaan terjepit. Menggunakan kemampuan Jepang dalam bidang tekhnologi untuk membangun DAM, pembangkit listrik, dan juga bisa mengendalikan keadaan Jepang ketika menduduki Indonesia. Indonesia melakukan propaganda yang menguntungkan untuk kemerdekaan Indonesia di Jepang. Ketika melakukan propaganda di Jepang, Indonesia pun bisa menanamkan ideologi-ideologi Indonesia.
Indonesia bisa saja membangun diri dengan sumber daya yang ia miliki tanpa Jepang harus menjajah, dan tidak akan kehilangan banyak dana untuk perang. Namun seperti benda mati, ia tidak akan bergerak jika tidak ada yang menggerakkannya. Sama halnya dengan Indonesia, jika tanpa penjajahan belanda atau Jepang maka Indonesia tidak akan mengenali potensi yang dimiliki, dan tidak mengenal kata-kata Nasionalisme. Pada penjajahan Jepang bangsa Indonesia juga dapat merasakan pendidikan tanpa harus ada pembagian status sosial, dan sistem pendidikan yag diterapkan saat ini menganut sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang yang dikenal dengan sistem pendidikan 9 tahun. Bangsa Indonesia bisa belajar mengenai pertahanan militer Jepang yang kuat. Bangunan-bangunan yang dibangun oleh Jepang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi Indonesia di saat ini. Sejarah antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang yang dibangun diatas penderitaan bangsa Indonesia membawa kedua negara ke dalam suatu hubungan kerja sama yang sangat mendalam.
Sumber :
Isnaeni, Hendri F & Apid. Romusha Sejarah yang Terlupakan.2008. Ombak :Yogyakarta
Surajaya, I.Ketut. Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. 1998. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta