Home / Gerbang

Sushi dan konsep Wabi Sabi

Senjahari.com - 22/12/2016

Penulis : Dinda Pranata

Makanan merupakan salah satu hasil budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Makanan yang dibuat oleh suatu masyarakat akan disesuaikan dengan ketersediaannya bahan makanan yang ada di wilayahnya. Karakteristik bahan makanan yang dimiliki oleh setiap wilayah berbeda dari yang satu dengan yang lain, sehingga ciri khas makanan setiap wilayah akan berbeda.

Masakan Jepang yang memiliki karakteristik dalam pembuatannya maupun bahan pembuatannya. Sebagian besar masakan Jepang berasal dari bahan-bahan dari sumber laut, karena kekayaan masyarakat Jepang terletak dari hasil lautnya. Salah satu masakan Jepang yang terkenal dan berasal dari hasil laut yaitu Sushi. Sushi dikenal tidak hanya dikenal di Jepang, makanan ini sudah dikenal di dunia.

Sushi adalah makanan yang terbuat dari nasi kepal yang dibumbui oleh cuka, garam, dan gula, serta dibungkus dengan irisan ikan laut mentah, udang mentah, dll. Sushi tidak hanya rasanya yang enak, tetapi cara penyajiannya juga menarik. Dalam rasa sushi yang menarik dan rasanya yang enak, ternyata sushi memiliki nilai filosofi dari wabi sabi. Alasan inilah yang melatar belakangi penulis meneliti lebih lanjut.

Jenis Sushi

Pembuatan sushi pertama kali dilakukan oleh orang-orang pegunungan di Asia Tenggara. Metode yang mereka ggunakan yaitu membungkus ikan dengan nasi dengan maksud untuk mengawetkan ikan. Kandungan nasi yang mengandung lactic acid merupakan kandungan fermentasi yang menghindarkan ikan dari kerusakan. Lalu diperkenalkan di Jepang selama masa penanaman padi (Omae&Tachibana,1981 : 104).

Jenis yang sering dipakai oleh orang Jepang yaitu nare-zushi. Sushi yang dibuat dengan gurami disekitar danau Biwa di prefectur Shiga sudah menjadi kebiasaan dari awal. Pada sushi hanya ikan yang dimakan dan nasi pembungkusnya dibuang. Pembuatan nare-zushi membutuhkan waktu 2 bulan atau lebih dari 1 tahun.

Orang-orang Jepang pada abad ke-15 dan 16 berfikir cara seperti ini memakan waktu dan membuang-buang nasi yang berharga. Hal ini membuat mereka mengembangkan nama-nare atau han-nare yang mana masak dalam beberapa hari. Sushi yang dimakan ikan dan nasinya dimulai pada periode ini.

Adapun jenis-jenis sushi antara lain :

1. Nigirizushi

Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belut unagi dan belut anago yang sudah dipanggang.

Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil laut Teluk Tokyo, tapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi, dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.

Neta untuk nigirizushi

  • Ikan: aji(selar), iwashi (lemuru), kajikimaguro (marlin), katsuo (cakalang), karei (ikan lidah atau ikan sebelah mata kanan), salem), saba (ikan kembung), sanma (saury), suzuki (kerapu), kakap, hamachi (ikan sunglir, nama bergantung usia ikan, bisa disebut buri atau kanpachi), ikan hiramasa, hirame (ikan sebelah), toro (daging perut yang berlemak dari ikan tuna atau tongkol), mekajiki (todak), ikan ainame.
  • Kerang: aoyagi(bakagai), akagai, hotategai (tiram), hokkigai (ubagai), mirugai (mirukui), tsubu.
  • Belut: anago, unagi
  • Udang: amaebi, blacktiger, kuruma ebi, lobster, botan ebi
  • Kepiting (rajungan): zuwaigani, tarabagani
  • Telur ikan: ikura, tobiko
  • Cumi-cumi, uni (bulu babi), dan gurita
  • Aburage, kanikamaboko(kamaboko daging kepiting tiruan), kampyo (serutan labu yang dikeringkan), mentimun, dashimaki, natto (kedelai fermentasi), neri ume (saus buah plum), negitoro (cacahan daging ikan tuna dengan daun bawang), tsukemono (sayuran hasil fermentasi).

Sushi yang dijual di kaitenzushi mempunyai banyak variasi neta yang bukan asli Jepang, seperti miniburg (daging isi hamburger), berbagai macam jenis daging seperti charsiu, ikan tuna kaleng, dan alpukat.

2. Makizushi

Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).

Makizushi dibagi menjadi:

  • Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta(misalnya mentimun atau tuna).
  • Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
  • Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, netajuga dipilih sendiri dari piring.

3. Chirashizushi

Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.

Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk, dan ceri.

4. Oshizushi

Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:

  • Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
  • Masuzushi di Prefektur Toyama
  • Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
  • Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
  • Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi

5. Narezushi

Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.

Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.

6. Inarizushi

Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.

Konsep Wabi Sabidalam Sushi

Kata wabi sabi secara epistimologi dapat dibagi menjadi wabi dan sabi. Wabi dapat diartikan kualitas dalam dari suatu yang dapat disatukan dengan seseorang, sebuah obyek animasi atau bukan animasi,dan dikarakeristikkan oleh kesederhanaan, kesunyian, kesedihan, kemudahan, atau keheningan. Sedangkan sabi berarti jejak luar yang ditinggalkan dibelakang oleh pemakaian dan jalannya waktu, perasaan sebagai ketidaksempurnaan, hal yang tidak penting, kekekalan dan penggunaan. Hal ini mencangkup keindahan yang sedih ditemukan benda yang rusak, terpakai, dan using (Mouritsen,2009 : 8-9)

Konsep wabi sabi dalam sushi dapat terlihat. Sushi yang sajikan dalam dalam bentuk yang sederhana, namun tetap indah. Hal ini juga terlihat dari tata cara penyajian sushi, dan peralatan yang digunakan selama makan. Sushi yang sempurna mungkin akan disajikan dengan menggunakan papan kayu tua, sumpitnya mungkin kasar. Pada saat menyajikan minuman teh menggunakan cangkir dengan lapisan yang kasar. Semua itu disebut sabi.

Sedangkan Wabi dapat dilihat ketika koki memberikan perhatian kepada tamu secara penuh dan tidak meremehkan mereka. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan kekurangan dari keahlian memasak sushi. Bentuk perhatian dan penghargaan tamu terhadap kerja koki yang menyajikan sushi juga bisa disebut wabi.

Dalam konsep wabi sabi juga menyebutkan keindahan dan kenyamanan. Sushi bentuknya tidak hanya indah sehingga membuat nyaman orag yang memandang, tapi sushi juga termasuk makanan sehat dengan banyak kandungan vitamin. Ini juga merupakan bentuk kenyamanan seseorang yang ingin menikmati makanan enak dan sehat.

Ringkasan

Sushi merupakan makanan Jepang yang sebenarnya bukan berasal dari Jepang. Sushi dulunya hanya sebuah tekhnik pengawetan makanan yang dibungkus oleh nasi dan dilakukan oleh orang-orang dari pegunungan di Asia Tenggara. Namun, saat dibawa masuk ke Jepang pengawetan ini diubah hingga menjadi makanan yang terkenal saat ini. Sushi terdiri dari macam-macam bentuk dan jenis dengan berbagai isi, antara lain : Inarizushi, Narezushi, Oshizushi, Makizushi, Nigirizushi, dan  Chirashizushi. Jenis-jenis sushi ini memiliki tekhik pembuatan, bentuk, dan isi yang berbeda.

Sushi bukan hanya sekedar makanan, tetapi dalam sushi terdapat sebuah konsep dan nilai estetika orang Jepang yang dikenal dengan nama wabi sabi. Wabi sabi yang terdapat dalam sushi dapat dilihat dari cara penyajiannya. Sushi dengan bentuk yang sederhana, namun disajikan dengan menarik. Selain cara penyajian, konsep wabi sabi dapat dilihat dari alat-alat yang digunakan untuk penyajiannya, serta tata cara penyajian dan interaksi antara tamu dan pembuat sushi.

Sumber

Danandjaja, James.1997.Foklor Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Iskandar.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aplikasi untuk penelitian pendidikan hukum, ekonomi,&Management, Sosial, Humaniora, politik,agama, dan filsafat. Jakarta : Gaung Persada (GP Press)

Mouritsen, Ole.2009. Sushi for for eye, the body and the soul. United State: Springer

Omae, Kinjirō & Yichiro Tachibana.1981.The Book of Sushi. Tokyo :Kondansha International Ltd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Agustina harianti

Ternyata ada banyak jenis shusi yg blum di ketahui n di coba…

This is a impressive story. Thanks!

Ping-balik: Sejarah Kimchi Tidak Boleh Dilewatkan, Bagi Pecinta Makanan Korea!

3 Responses