Home / Jendela

Tulip Mania: Krisis Ekonomi Yang Melibatkan Bunga. Bisa Terjadi Ya?

Senjahari.com - 14/03/2018

Tulip Mania: Krisis Ekonomi Yang Melibatkan Bunga. Bisa Terjadi Ya?

Penulis : Dinda Pranata

Tulip merupakan salah satu bunga yang menawan yang menjadi salah satu bunga kebanggan Belanda. Namun dibalik bentuknya yang cantik sekarang dan menjadi lambang negara Belanda ini, ternyata bunga ini bukan asli dari negara kincir angin ini. Belanda lebih tepatnya menjadi negara yang mengembangkan jenis tulip-tulip baru pada masa kerajaan Romawi.

Awalnya tanaman ini berasal dari negara timur tengah seperti negara Turki, atau Persia. Tulip diperkenalkan di dataran Eropa ketika berkunjung ke Vienna Kerajaan Ottoman memberikan bunga tulip kepada kekaisaran Romawi melalui Duta besarnya yang bernama Oiger de Busbecq pada tahun 1554. Sejak itu tulip diperkenalkan dan didistribusikan ke wilayah-wilayah sampai ke Amsterdam. Kemudian, seorang botanical dari Universitas Leiden bernama Carolus Closius pada saat itu tertarik dan melakukan percobaan dengan menanam umbi dari tulip tersebut. Ia menemukan bahwa tulip bisa dihidup di daerah rendah seperti di Belanda.

Sejak diperkenalkan di negara Belanda, tulip menjadi barang mewah dan banyak dicari oleh kaum bangsawan. Sehingga para pedagang yang mendapatkan umbi dan bibit dari tulip dari pelayar spanyol menjadi semakin sering membeli bibit itu dan ditanam di lahan mereka. Para pedagang bisa melihat betapa potensialnya tulip jika dijual dengan harga yang tinggi.

Pada tahun 1636 tulip menjadi populer karena bunga itu terlihat seperti berbeda dari bunga yang terdapat di dataran eropa pada umumnya. Kelopaknya yang tebal dan warna-warna yang menarik serta corak yang unik membuatnya menjadi barang mahal dan banyak dicari. Corak tersebut diaggap sebagai kerusakan dari umbi akibat mosaic virus tertentu yang penjelasan mengenai corak itu baru bisa ditemukan beberapa abad setelahnya.

Selain itu perdagangan bunga tulip sendiri dalam satu hari bisa sampai sepuluh kali. Bisa dibayangkan betapa sibuknya pelabuhan pada masa itu ? Pada masa itu orang-orang memandang tulip sebagai lambang dari status sosial, tak heran banyak orang yang rela membayar mahal untuk mendapatkannya. Harga dari bibit bunga tulip bisa setara dengan rumah mewah lengkap dengan taman setinggi 80ft. Bisa dibayangkan betapa mahalnya bunga tersebut.

Didukung oleh bangsa Spanyol yang membawa barang dagangan mereka, semakin mudah akses dalam perdagangan tulip hingga mereka menyebut masa itu sebagai masa Golden Age. Pada masa golden age ini para pedagang bisa meraih keuntungan hingga 400% dan membuat para pedagang berkecukupan.

Tidak ada yang tahu pasti kapan bubble ini berakhir. Namun, ada beberapa yang mengatakan bahwa hal ini terjadi secara tiba-tiba. Pada tahun 1637 terjadi penurunan yang drastis dari penjualan umbi Tulip sampai pada akhirnya terhenti dimulai dari daerah Haarleem kemudian berlanjut ke wilayah yang lainnya.

Ada pula yang berpendapat bahwa terjadi permintaan besar pada Januari 1637 sehingga banyak para pedagang yang kewalahan menjual Tulip. Pemicu ini membuat para pedagang berani membeli bibit dalam jumlah besar. Akibat pembelian dalam jumlah besar menyebabkan kelebihan penyediaan bibit dimana bibit yang sudah dibeli sebelumnya sudah ditanam dan baru bisa dipetik pada bulan Mei/Juni. Kelebihan supply ini menyebabkan pedagang rugi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang berhujung pada sepinya permintaan dan terhentinya penjualan bunga tulip ini.

Akibat dari terhentinya penjualan dan nilai jual tulip yang semakin menurun, banyak pedagang yang mengalami kerugian. Tidak hanya itu harga bibit yang mereka beli sudah membuat mereka berani untuk menjual bahkan menggadaikan rumah mereka karena tergiur akan ledakan kepopuleran bunga tulip tersebut. Pedagang yang masih memiliki kontrak kerja sama dengan pedagang bibit tulip enggan menghentikan kontrak mereka sehingga dengan terpaksa pedagang di Belanda membeli bibit dengan resiko penjualan mereka kurang laku dipasaran.

Kondisi ini membuat pemerintah Belanda mengambil tindakan. Pemerintah Belanda membayar untuk menghentikan kontrak-kontrak pedagang sebesar 10% yang juga membuat kerugian dari sisi pemerintahan.

Sumber :
theconversation.com
https://www.investopedia.com/features/crashes/crashes2.asp
http://www.independent.co.uk/news/world/world-history/tulip-mania-the-classic-story-of-a-dutch-financial-bubble-is-mostly-wrong-a8209751.html
http://www.bbc.com/culture/story/20160419-tulip-mania-the-flowers-that-cost-more-than-houses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment