Penulis : Dinda Pranata
Dipuji cantik, pintar, sukses, hebat kadang membuat sebagian orang menjadi malu. Iya sih malu tapi senang kan. Hal ini dikatakan bahwa dipuji bisa membuat orang malu itu karena orang cenderung mengasosiasikan pujian positif sebagai sesuatu yang bisa menyebabkan kecemasan akan ‘besar kepala’. Umumnya kita tidak terbiasa secara terbuka mengutarakan keunggulan pribadi dan mengatakan hal yang bersifat positif dalam diri sendiri kepada orang banyak sehingga membuat sebagian orang menjadi tidak nyaman dan malu.
Selain karena kecemasan dari perasaan sombong dan besar kepala. Alasan pertama yang menjadi latar belakang dari rasa malu dan tidak nyaman tersebut adalah karena ketidakpercayaan. Mereka yang menerima dipuji merasa bahwa pemberi pujian hanya sekedar memuji dan tidak menunjukkan ketulusan sehingga yang dipuji akan merasa tidak nyaman dalam mendengarnya. Hal itu disebut sebagai Syndrom penipu. Contohnya jika teman kita memuji hal yang kita anggap tidak nyaman bukankah akan terlihat sangat tidak masuk akal. Sekali lagi belum tentu, kita mungkin tidak tahu bahwa kita sebenarnya mampu dibanding dengan yang dipikirkan.
Hal ini dikemukakan dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Amy Morin seorang psikoterapis yang menulis buku 13 Things Mentally Strong People Don’t Do
When a piece of praise is totally incongruous with how you see yourself, it can trigger confusion or impostor syndrome, leaving you feeling worse off about your abilities than before anything nice was said at all.
Orang yang dipuji tidak akan percaya dengan pujian yang ia dapatkan karena hal itu di luar dari apa yang ia lihat dalam dirinya.
Alasan kedua yaitu yang dipuji akan merasa dihakimi atas pujian yang diterima. mengapa hal itu bisa terjadi ? Bagi yang dipuji, pujian diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Ia akan menganggap bahwa itu adalah kritikan dan pengharapan orang lain terhadap diri mereka. Karena pandangan tersebut malu dan tidak nyaman serta tidak menanggapinya menjadi solusi terbaik sehingga mereka tidak perlu memenuhi pandangan tersebut.
Alasan yang ketiga yaitu masalah budaya. Sebagian besar budaya yang berkembang adalah mengenai bagaimana menjadi orang yang rendah hati. Sebagian besar orang yang memiliki pandangan tentang rendah hati akan merasa malu atau tidak nyaman dengan pujian yang didapatkan. Pandangan mengenai menerima pujian atau menanggapinya sebagai sesuatu yang tidak baik dan bisa membuat rasa rendah hati itu luntur.
Daripada membiarkan pujian dengan rasa malu dan tidak nyaman, ada baiknya menerima itu sebagai sebuah hadiah sekaligus tantangan untuk lebih baik. Seperti yang dikutip dari James O. Pawelski, Direktur pendidikan di Pusat Psikologi Positif University of Pennsylvania
“Accept, amplify, advance.” Accept the compliment by saying “thank you,” amplify its impact by taking it in, and then advance the conversation by asking questions. I, for example, might ask my editor, “What about my headline worked? I want to make sure I can replicate that.”
Dibandingkan hanya berlalu dan menolak justru akan membuat suasana menjadi lebih canggung dan tidak nyaman. Menerima pujian tidak selalu berarti kita sombong atau tidak rendah hati, justru dengan menerima pujian dan berterima kasih bisa menjadi cara untuk mencairkan suasana tidaknyaman tersebut. Jika kamu adalah orang yang malu mendapatkan pujian akan memilih yang mana ? Menghindari pujian tersebut atau menerimanya ?
Source :
https://www.thecut.com/2018/01/why-getting-compliments-can-be-so-embarrassing.html
https://www.today.com/health/why-are-compliments-so-embarrassing-t121390
https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-squeaky-wheel/201308/why-some-people-hate-receiving-compliments
https://curiosity.com/topics/why-are-compliments-so-embarrassing-curiosity/