Home / Jendela

Pria Pembalut – Kisah Padman Untuk Pemerhati Menstruasi Wanita

Senjahari.com - 05/01/2019

Pria Pembalut – Kisah Padman Untuk Pemerhati Menstruasi Wanita

Penulis : Dinda Pranata

Kalau wanita yang membicarakan menstruasi tentu sesuatu yang wajar, tapi bagaimana dengan pria ? Di Indonesia membicarakan masalah menstruasi pada pria asing mungkin masih dianggap hal yang tabu. Lain halnya dengan negara-negara maju yang mana membicarakan masalah ini membuka perspektif baru akan pentingnya menstruasi dan kaitannya dengan kesehatan.

Di budaya india pada tahun 60-an wanita yang menstruasi harus tidur di luar kamar dan pria dalam keluarganya dilarang mendekatinya selama 5-7 hari kedepan. Pada saat itu pembalut yang kita kenal sekarang harganya belum tentu bisa dijangkau wanita dari kelas menengah ke bawah, sehingga mereka yang tidak mampu membeli terkadang menggunakan kain tidak bersih untuk mengatasi masalah menstruasinya.

Hasil gambar untuk padman cartoon
padman cartoon

Berawal Dari Perhatian Suami Kepada Istri

Arunachalam Muruganantham adalah suami dari Shanti yang menikah pada tahun 1998. Ia sering melihat sang istri menyembunyikan sesuatu darinya selama beberapa hari, hingga suatu ketika ia melihat kain kotor yang dicuci oleh sang istri saat dia mengalami menstruasinya. Pada awalnya ia tidak terlalu mengerti masalah apa yang dihadapi oleh sang istri, karena dibudaya India membicarakan menstruasi dianggap hal yang tabu.

Ia begitu prihatin terhadap apa yang dikenakan oleh istrinya yang dianggapnya tidak bersih, kemudian ia bertanya apa yang dibutuhkan oleh wanita ketika ia menstruasi. Sang Istri Shanti menjelaskan walau agak malu-malu. Ia kemudian pergi mencari Pembalut wanita di apotek di dekat rumahnya, ketika ia membeli ia merasa prihatin karena harga yang diberikan sangat mahal hanya untuk satu bungkus pembalut wanita.

Ia pun melakukan percobaan demi percobaan untuk membuat pembalut wanita dengan biaya yang seadanya. Berawal dari percobaan menggunakan kapas biasa, kain putih ia membuat pembalut yang kemudian ia tawarkan kepada istrinya. Namun sayangnya gagal, kemudian ia mencoba lagi dan ditolak oleh istri dan keluarganya. Ia pun masih berambisi untuk mendapatkan feedback dari hasil karyanya sehingga ia mencari orang yang mau mengenakan pembalut hasil buatannya. Karena hal ini ia mendapatkan cemooh dari orang di desanya bahkan dianggap tidak bermoral dan gila.

Penghargaan Adalah Jawaban Cemooh Yang Diterimanya.

Arunachalam Muruganantham memang bukan lulusan universitas, ia bahkan tidak lulus SMP. Ia hanya bersekolah sampai kelas 2 SMP dan kemudian ia keluar karena biaya sekolah yang mahal. Ia bekerja sebagai pekerja paruh waktu di berbagai tempat seperti tukang las, pengantar makanan dan lainnya. Semangat kerjanya dan perhatian akan kesehatan istrinya yang membawanya pada kegigihan menciptakan inovasi agar wanita bisa mengenakan pembalut ketika menstruasi.

Pada saat ia mencoba membuat pembalut dan menggali lebih dalam mengenai bahan dari pembalut tersebut. Ia mengetahui bahwa hanya 12% dari 100% wanita India saat itu yang mengenakan pembalut. Hal ini sebagai akibat harga pembalut yang mahal dan menjadi motivasinya agar wanita bisa lebih sehat dan nyaman beraktifitas selama menstruasi.

Setelah 18 bulan ia melakukan percobaan, ia ditinggal oleh istrinya begitupun dengan keluarga dan orang-orang di desanya. Kemudian, ia pergi dari desanya dengan tujuan untuk mencari tahu bahan yang dipakai dalam membuat pembalut tersebut.

Setelah ia tahu bahan pembuatan pembalut dari bahan serat selulose ini, ia ingin segera membuat pembalut. Namun, karena mesin pembuatnya khusus dan harganya mahal ia membuat sendiri mesinnya dengan cara kerja yang sederhana. Kemudian, pada tahun 2011 ia mengikuti kontes National Innovation Foundation’s Grassroots Technological Innovations Award di Indian Institute of Technology dan memenangkan kontes itu.

Karena ia memiliki misi agar wanita India dengan berbagai kondisi ekonomi bisa mengenakan pembalut, Ia menjual produknya hanya dengan 2 rupee per buah. Tidak hanya itu, mesin yang ia ciptakan sudah dipakai di 26 wilayah di India dan sudah membuka lapangan kerja bagi wanita di beberapa wilayah India.

Tidak perduli bagaimana latar belakangmu, ataupun lulusan apa dirimu jika bukan diri sendiri yang memperjuangkan ide atau impian, lalu siapa lagi ? Masihkah kita akan berdiam diri saja dengan ide yang dimiliki ? atau kita berani disebut gila untuk mewujudkannya ?

Source:
https://www.bbc.com/news/magazine-26260978

18 Interesting Facts About Arunachalam Muruganantham (Padman)