Penulis : Dinda Pranata
Pada suatu hari seorang raja memiliki 12 orang putri yang cantik jelita. Mereka tinggal di istana yang megah dan indah. 12 putri itu tidur di kamar yang sangat besar bersama-sama. Ketika mereka tertidur kamar akan terkunci dan ruangan menjadi gelap gulita.
Keesokan harinya pada pagi hari, 12 putri ini berjalan tanpa mengeluarkan suara. Ketika mereka berjalan langkahnya menjadi sunyi dan tidak ada lagi suara sepatu yang nyaring padahal mereka menggunakannya untuk menari semalaman.
Sang raja menjadi bingung kenapa sepatu milik para putri tidak betbunyi. Untuk mengetahui apa yang terjadi sang raja mengumumkan kepada seluruh negeri dimana sang putri menari semalaman dan rahasia dibaliknya. Pria yang berhasil menemukan jawabannya akan diperbolehkan memilih putri yang disukainya sebagai istrinya.
Tapi sayangnya tidak ada yang berhasil menemukan jawaban dimana para putri menari dan rahasia yang tersembunyi itu. Kebanyakan mereka yang mencoba memecahkan rahasia pasti akan tertidur, dan ketika bangun mereka tidak menemukan apa-apa.
Hingga suatu hari ada seorang tentara tua baru saja kembali pulang setelah berperang mencoba mengikuti sayembara yang diadakan oleh raja. Ditengah perjalanan ia bertemu dengan perempuan tua yang bertanya kepadanya kemana ia akan pergi.
“Aku mencoba mencari tahu kemana para putri pergi setiap malam.” Jawab tentara itu.
“Ketika kau menemukan dimana mereka, jangan sekali-kali meminum minuman yang ditawarkan oleh mereka.” Nenek tua itu memperingatkan sang tentara. “Tetapi berpura-puralah tidur dan gunakan jubah ini.” Nenek tua itu memberikan sebuah jubah kasat mata kepadanya.
Malam itu, tentara itu tiba di lapangan dan ditunjukkan bagian luar dari kamar para putri. Putri tertua menyuguhkan segelas anggur tetapi sang tentara hanya berpura-pura minum dan tertidur. Tak lama kemudian, ia melihatnpara putri mengenakan pakaian yang sangat indah dan terlihat gembira untuk pergi berdansa. Hanya putri yang paling mudalah yang terlihat gelisah.
Putri yang paling tua menepuk tangannya dan pintu rahasia terbuka di dekat ranjanganya berada. 12 putri itu kemudian memasuki pintu rahasia dan diikuti oleh tentara yang menggunakan jubah kasat matanya.
Ketika menuruni tangga tanpa sengaja sang tentara menginjak gaun milik putri yang paling muda. Sang putri terkejut dan menangis. Putri lain mengatakan bahwa itu hanya paku yang tersangkut dipakaiannya.
Di bagian bawah tangga terdapat semak belukar dari daun pohon berwarna perak. Sang tentara mematahkan ranting sebagai bukti. 12 putri itu tiba di belukar lain yang berwarna emas dan yang ketiga ternuat dari berlian dan disemua belukaar ia mematahkan ranting. Setiap sang tentara mematahkan ranting, si putri yang paling bungsu mendekati asal suara itu dan sang kakak mengejek kekhawatirannya yang berlebihan.
Mereka akhirnya sampai pada danau besar dimana terdapat 12 perahu kecil dengan 12 pangeran tampan di dalamnya. Salah satu putri masuk ke dalam perahu itu sedangkan sang Tentara itu masuk ke dalam perahu yang sama dengan pangeran yang paling muda.
Di sisi dari danau itu terdapat kastil yang menyalakan musik gembira. Disanalah para pangeran menari bersama dengan 12 putri itu sampai sepatu semua putri terlihat lusuh. Kemudian, para pangeran mendayung perahunya kembali ke pulang. Sampai di tepi dataran mereka berpamitan da berjanji akan kembali lagi di malam berikutnya.
Sebelum para putri kembali lagi menari, Sang Tentara membawa sang raja menuju ke tempat dimana putri menari di malam hari. Tentara itu menceritakan semua yang ia lihat dan meunjukkan buktinya pada sang raja. Akhirnya setelah sang raja mengetahuinya, ditanyalah para putri-putri itu sehingga mereka harus mengaku apa yang sudah terjadi. Sesuai dengan janjinya, sang tentara boleh memilih putri mana yang ia ingin jadikan istri. Sang tentara memilih putri sulung dari 12 putri itu, karena usianya yang tidak lagi muda. Mereka menikah dan tentara itu menjadi pangeran mahkota.
Source:
Sherman, Joshepa. 2008. Storytelling : An Encylopedia of Mythology and Folklore. New York. Shape Reference