Penulis : Dinda Pranata
Disini ada seorang penyihir, dukun yang tidak ada yang mengenal namanya. Mungkin karena terlalu banyak yang menceritakan kisah yang serupa dengannya atau dia tetap menjaga kekuatan yang sangat hebat bernama RAHASIA.
Disuatu tempat yang jauh disana ada sebuah wilayah yang bernama Laplanders. Tempat itu dipercaya memiliki banyak penyihir kuat dan hebat. Tetapi penyihir-penyihir itu tumbuh dengan kegelisahan. Pada suatu hari, salah satu penyihir pergi berpergian dengan membuat bentuk angin puyuh. Ia berpergian dengan bentuk seperti itu membuat tanah tertutupi olehnya. Bentuk angin puyuh yang dibuat penyihir itu, tidak semua penyihir bisa melakukannya karena akan menggunakan banyak tenaga. Penyihir itu menangkap makanan untuk menjaga dirinya dari kelelahan.
Makanan yang diambilnya sayangnya adalah tanaman gandum yang ditanam di pertanian Estonia. Salah satu pemiliknya dikenal sebagai orang yang baik tetapi juga ceroboh. Petani ini terlalu terburu-buru saat melihat gandumnya menghilang dibawa angin puyuh sehingga ia hanya berfikir apa yang harus dia lakukan. Dengan kemampuan yang ia miliki dan sebilah pisau, ia melemparkan pisau itu ke arah angin puyuh yang datang. Tepat saat itu, ia mendengar suara teriakan di angin puyuh itu. Angin puyuh itu melesat dari pandangan dan petani merasa lega bahwa ia sudah menangkap pencuri yang cerdik itu.
Suatu hari petani itu jatuh sakit. Tapi tidak ada yang mampu mengetahui apa penyakit petani itu. Ia menderita sakit tetapi tidak merasakan demam, tidak menggigil dan hanya merasa lemas. “ini kutukan.”kata dokter pada akhirnya. Dokter itu malu harus mempercayai hal itu. “Pergilah ke Laplander. Disana ada banyak penyihir yang kuat dan tentunya kau akan bertemu seseorang yang bisa menyembuhkanmu disana.”
Ia menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan bagi petani itu. Saat ia sudah tiba di sebuah tempat bernama Laplander. Ia berfikir kemana ia harus pergi. Tiba-tiba ia merasa tertarik pada suatu rumah disana dan ia pergi kesana. Hal pertama yang ia lihat saat memasuki rumah itu adalah pisaunya tertancap di dinding rumah itu. “Pisau itu!” Ia terkejut.
Baca juga: Emas Leprechaun
“Jadi itu kamu, yang melemparnya saat itu.” Sebuah suara muncul dari bayangan. Seorang laki-laki yang memiliki raut wajah tegas dan mengenakan jubah kain wol cerah yang khas di Laplander. “Iya.” Jawab petani itu. Laki-laki itu menatapnya lekat-lekat “Aku adalah angin puyuh itu. Kamu sudah melukaiku dengan luka yang dalam.”
“Kamu seharusnya tidak mencuri gandum-gandumku.” Kata petani itu.
“Apakah itu memberikanmu hak untuk mencoba membunuhku ? Kau mengenai lututku. Kamu mungkin sudah menusuk jantungku.”
Petani itu meringis. Benar, dia baru menyadarinya sekarang. Dia mungkin bisa berteriak dibandingkan dengan melemparkan pisau dengan terburu-buru. Ia hanya melakukan itu jika pencuri itu adalah orang biasa. “Maafkan aku.” Ia bergumam “Aku takut dan marah. Aku tidak berfikir panjang. Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku ?” Ia merasa bersalah.
“Kamu harus melayaniku selama 7 tahun.”
“Tetapi aku sakit.”
“Tidak, Kau tidak sakit.” Penyihir Laplander berkata dengan yakinnya. Tiba-tiba dia benar-benar sehat kembali.
Selama 7 tahun petani itu melayani penyihir laplander, melakukan hal-hal yang biasa dan sedikit berbeda dengan apa yang ia kerjakan di pertaniannya. Dia hampir tidak pernah mempelajari tentang ilmu sihir di tahun-tahun ia bekerja, tetapi si Penyihir Laplander tidak kejam juga tidak terlalu baik padanya. Berbeda dengan anaknya yang sedang belajar sihir dari ayahnya memiliki sifat yang lebih bersahabat sehingga membuat petani tidak merasa putus asa selama disana.
7 tahun adalah waktu yang panjang untuk tinggal jauh dari rumahnya. Suatu hari di malam natal, kesepian datang dengan teramat sangat dan Si Petani itu menangis. “Kasihan istriku! Akankah aku bisa melihatnya lagi?”
Penyihir yang ada di atasnya mendesah dengan lembut “kamu benar-benar menunggunya.”
“Penyihir, tidak ada yang bisa membuatku merasakan kebahagiaan yang besar daripada berada di rumah di samping istriku saat natal.”
“Kau sudah melayaniku dengan tulus tanpa melakukan komplain apapun. Tetapi kau setuju untuk menjadi pelayan selama 7 tahun. Tujuh bukan hanya sekedar nomor biasa, jika aku membebeskanmu sekarang hilangnya sihir itu hanya bisa diseimbangkan dengan sebuah hadiah darimu.”
“Aku akan memberikanmu sebuah seekor lembu jantan. Lembu yang bagus dan besar berwarna hitam. Lembu itu masih hidup di peternakanku.”
“Benarkah.” Penyihir mempertimbangkan sarannya, matanya terlihat aneh dan suram untuk sesaat. “baiklah kalau begitu. Kau akan berada di rumah sebelum pagi.”
“Tetapi, Bagaimana caranya?”
“Anakku akan melihatmu disana. Pergilah.” Dengan harapan yang besar, petani pergi keluar. Disana anak penyihir sedang duduk pada sesuatu yang terlihat seperti kursi. “Kemarilah!” Sang Anak Penyihir berteriak.
Tak lama kemudian sang petani duduk sendiri kemudian kursi itu terbang ke langit diterbangkan oleh angin seperti burung. Petani berteriak “Oh Topiku!” dan seketika topinya terhempas dari kepalanya.
“Terlambat!” Anak Penyihir itu tertawa. “Kita sudah jauh dari sana. Lihatlah, disana rumahmu. Bertahan sedikit lagi!”
Baca juga: Dari Mitologi, Polusi dan Bumi yang Tersakiti
Mereka berputar ke bawah untuk mendarat sangat lembut seperti daun yang jatuh dari pohon. Sang petani berguling dan jatuh tepat di depan rumahnya. Ia akhirnya bertemu dengan istrinya, sebuah pertemuan yang mengharukan.
“Anak penyihir!” Ia teringat tiba-tiba, “Anak penyihir! Aku menjajikannya seekor lembu hitam jika lembu itu masih hidup.”
“Lembunya masih hidup!” istrinya memastikan dengan pasti. Lalu ia bergegas keluar menemui anak penyihir itu tapi ia tidak menemukannya “Apakah dia sudah kembali? Dan meninggalkan hutangku tidak terbayar?”
Ia berlari ke lumbungnya, nyatanya lembu hitam miliknya sudah tidak ada lagi. Sang anak penyihir sudah mengambilnya sebagai pembayaran hutang dan pergi tanpa sepatah kata pun. Waktu berlalu dan penyihir laplander tidak pernah kembali ke ladang petani itu. Sebagai petani, dia tidak pernah bertindak gegabah seperti dulu. Kenyataanya, setelah berjalannya waktu ia mendapatkan nama yang bagus untuk dirinya sendiri sebagai laki-laki yang bahagia dan bijaksana.
Source:
Sherman, Joshepa. 2008. Storytelling : An Encylopedia of Mythology and Folklore. New York. Shape Reference