Home / Pojokan

Resensi Pendidikan Karakter Di Episode Kisah Karya Tetsuko Kuronayagi – Novel Totto-chan

Senjahari.com - 18/03/2019

Resensi Pendidikan Karakter Di Episode Kisah Karya Tetsuko Kuronayagi – Novel Totto-chan

Penulis : Dinda Pranata

Setelah kemarin membahas sifat-sifat alami anak-anak yang polos dalam buku Totto Chan karya Tetsuko Kuronayagi. Kali ini dibagian lain dari isi buku ini mengajarkan banyak hal selain sifat alami anak-anak yang ingin serba tahu, berjiwa petualang dan kaya imajinasi. Di dalam bab yang dituliskan oleh penulis dengan gaya bahasa khas anak-anak membuat kita mengerti bagaimana anak-anak bersikap dan seolah kita diajak kembali ke masa anak-anak kita sendiri. Lalu, bagaimana kisah di episode lain dari buku ini ?

Totto Chan
Totto Chan

Empati Dan Sisi Kemanusiaan

Di episode lain saat kepala sekolah mengenalkan murid baru di kelas bernama Yasuaki Chan dan Totto chan melihat ada sesuatu yang lain dari teman sekelasnya itu. Nyatanya temannya tersebut dalam kondisi yang tidak normal yang menyebabkan fisiknya tidak sempurna. Hal itu tidak menjadikan Totto chan menjauhi atau mengejek temannya karena fisiknya. Ia malah bisa bermain bersama si Yasuaki dan memperbolehkan ia menaiki pohon yang menjadi tempat persembunyiannya.

Di sisi lain lagi, saat kepala sekolah mengadakan renang di kolam sekolah. Mereka yang berenang hampir tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Tujuannya sederhana sekali, kepala sekolah ingin mengajarkan bahwa setiap orang memiliki bagian tubuhnya sendiri dan menghindari anak-anak yang memiliki tubuh tidak sempurna merasa kalau mereka tetap saja sama dengan teman-teman lainnya. Mereka belajar untuk menghargai tubuh dirinya sendiri dan orang lain dengan saling menjaga dan tidak mengejek kekurangan kondisi mereka.

Episode di bagian ini cukup bagus diterapkan pada pendidikan jaman sekarang yang mana rasa menghargai antar sesama mulai terkuras di kalangan anak-anak yang memiliki sifat polos alami. Kurangnya empati dan rasa kemanusiaan menyebabkan banyaknya bullying dan kekerasan kemanusiaan di usia anak-anak.

Persamaan Derajat Semua Orang

Dalam episode guru pertanian, pembaca diajak untuk memahami bahwa guru tidak harus mereka yang berpendidikan tinggi, atau yang memiliki ijazah bergengsi atau darimana mereka berasal. Totto chan mendapatkan seorang guru pertanian yang murni seorang petani yang mengerjakan sawah di dekat sekolah TK Tomoe. Itu semua atas rekomendasi sang Kepala Sekolah Mr. Kobayashi.

Baca juga: Resensi Max Havelaar-Gambaran Kolonialisme Belanda Lewat Karakter Droogstopel Karya Multatuli.

Semua orang yang memiliki kemampuan dan kemahiran dibidang apapun bisa disebut guru. Guru yang paling penting adalah pengalaman dan siapapun yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang mumpuni di bidang tertentu bisa mengajari seseorang. Bisa dikatakan petani itu tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi karena mengetahui cara menanam dan sudah berpengalaman mengurus sawah dan kebun maka tak diragukan lagi ia bisa mengajari anak-anak di sekolah Tomoe untuk berkebun.

Bagaimana menurutmu ? Adakah yang sudah membaca buku ini sebelumnya?

Bagi kalian yang memiliki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom kometar. Tim editor akan membantu mencari jawabannya. Siapa tahu pertanyaan kalian bisa membuka wawasan bagi banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Ping-balik: #Resensi Idealisme Kemanusiaan Pada Tokoh Max Havelaar. Apakah Kemanusiaan Kala Itu Benar-Benar Mati ?
Ping-balik: #Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang – Surat Kartini Yang Mengkritik Budaya Senioritas.
Ping-balik: #Resensi – Bumi Manusia, Sebuah Roman Cinta Pribumi Dan Peranakan Eropa.
Ping-balik: #Resensi Goodbye,Things – Gaya Hidup Minimalis Dalam Tantangan Konsumerisme Dunia
Ping-balik: #Resensi Bumi Manusia – Pandangan Pramoedya Ananta Toer Terhadap Pergundikan Kolonialisme
Ping-balik: #Resensi – Kisah Seorang Pedagang Darah. Krisis Kemanusiaan Di China Tahun 1960-an
Ping-balik: #Resensi – Totto Chan's Children. Kisah Kemanusiaan Di Negara Konflik
Ping-balik: #Resensi – Filosofi Teras. Jangan Bermain-Main Dengan Mindsetmu! – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi – Why Men Want Sex and Woman Need Love. Cara Kerja Otak Pria Dan Wanita Dalam Melihat Cinta. – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi – Bicara Itu Ada Seninya. Mendengarkan Lebih Banyak Atau Berbicara Lebih Banyak? – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi – Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat! Cara Memiliki Mental Baja – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi The Danish Way Of Parenting – Pola Asuh Anak Berkarakter. – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi – Quiet Impact! Tak Masalah Menjadi Orang Introver. Mereka Pun Butuh Diterima! – Dinda Pranata
Ping-balik: #Resensi – Tak Masalah Jadi Orang Berbeda. Semua Dari Pendidikan Keluarga! – Dinda Pranata

14 Responses