Penulis : Dinda Pranata
Seperti yang sebelumnya sudah dibahas, Novel The Grand Sophy karya Georgette Heyer ini menceritakan bagaimana kehidupan orang-orang di abad pertengahan Inggris, dimana kala itu budaya patriaki yang melekat begitu kuat. Lalu bagaimana konstruksi budaya yang mencerminkan feminitas dan maskulinitas wanita di era itu ?
Pandangan Feminitas Bangsawan Wanita
Pada tokoh bangsawan wanita yang bernama Lady Wraxton dikenal sebagai wanita bangsawan yang kaku dan mengikuti adat bangsawan. Ia sangat tunduk pada tunangannya bernama Charles yang merupakan tokoh utama pria bangsawan. Apapun yang Charles katakan walau ia tidak setuju, ia akan menurutinya. Ia selalu menyampaikan hal yang tidak ia setujui dengan kata-kata yang manis sehingga kesan wanita kebangsawanannya tetap terjaga.
Wanita bangsawan di masa itu dituntut untuk tunduk dan mematuhi segala perintah kaum laki-laki. Selain itu, wanita bangsawan dilarang banyak berteman dengan banyak laki-laki untuk menjaga adab feminitasnya. Konstruksi budaya feminitas juga terlihat dari bagaimana pergaulan Lady Wraxton dengan menjaga jarak dengan kaum pria dan sangat memperhatikan bagaimana lingkungannya berbicara mengenai sikap wanita bangsawan yang baik-baik.
Pandangan Maskulinitas Bangsawan Wanita Yang Tidak Lazim
Berbeda dengan Lady Wraxton yang menjalani kehidupannya yang kaku dan menurut pada adat kebangsawanannya. Sophy memiliki karakter yang sedikit ‘liar’ dan tidak biasa pada wanita bangsawan pada umumnya. Selain itu, latar belakang sophy yang dibesarkan oleh ayah sebagai orang tua tunggal membuatnya memiliki sisi maskulin dan lebih mandiri dibanding dengan wanita bangsawan yang ada disekitarnya.
Maskulinitasnya terlihat dari bagaimana ia bisa memilih kereta kudanya sendiri, bagaimana ia bisa menyelesaikan segala masalah yang dialaminya atau keluarga charles. Selain itu ayahnya juga memberikannya kebebasan untuk melakukan hal yang diinginkannya dan hal itu dianggap sebagai hal yang tidak wajar dan kurang ajar bagi wanita bangsawan untuk mengambil keputusan sendiri tanpa campur tangan kaum pria. Hal ini berdampak pada bagaimana pandangan wanita bangsawan yang menganggap ayahnya tidak cakap dalam mendidik anak.
Baca juga: Mana yang Lebih Sulit, Obsesi Cinta atau Obat Kolera?
Lalu menurtmu sendiri sebagai wanita di era modern apakah maskulinitas itu lazim bagi wanita? Yuk share jawabanmu di Komentar.
Bagi kalian yang memiliki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom komentar. Tim akan membantu menjawab pertanyaan itu dan siapa tahu pertanyaanmu membuka wawasan bagi banyak orang.