Home / Pojokan

Resensi Max Havelaar-Gambaran Kolonialisme Belanda Lewat Karakter Droogstopel Karya Multatuli.

Senjahari.com - 09/04/2019

Max Havelaar Karya Multatuli

Penulis : Dinda Pranata

Sebelumnya sudah dibahas bagaimana kaum pribumi ini menjadi salah satu penindas kaum bangsanya sendiri. Dimana banyak terjadi penyalah gunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Namun, selain pribumi sendiri kaum penjajah disini juga mengambil peran besar terhadap penindasan itu sendiri. Bangsa belanda yang tujuan awalnya adalah mencari lahan untuk perdagangan berubah menjadi penindasan yang berdalilkan hal-hal yang bisa dibilang manusiai. Seperti apa itu ?

Max Havelaar
Max Havelaar Multatuli by https://id.carousell.com

Droogstopel Pedagang Kopi Yang Berfikiran Sempit

Karakter Droogstopel yang digambarkan oleh Multatuli ini menjadi salah satu gambaran yang mewakili sikap bangsa Belanda yang awalnya adalah berdagang. Droogstopel sangat membenci orang miskin yang ia sebut sebagai Syalman (Orang yang menggunakan syal) dan orang yang malas bekerja. Dalam pikiran pemeran ini, ia digambarkan sangat giat bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi uangnya dan kekayaannya sendiri.

Selain itu dalam bukunya ia dikatakan bahwa tidak pernah menginjakkan kakinya di Hindia Belanda dan hanya mendengarkan dari orang-orang yang pernah tinggal di sana namun sudah banyak berbicara dan berkomentar tentang bagaimana kebaikan orang-orang Eropa dalam memperlakukan bangsa Indonesia saat itu. Gambaran itu banyak terjadi di Belanda dimana pedagang dan orang-orang yang belum mengetahui kondisi di Indonesia, berkomentar bahwa orang Jawa itu malas padahal kondisi yang sebenarnya tidak pernah diungkap oleh gubernur jenderal melalui laporan-laporannya tentang adanya penyelewengan kekuasaan dan ketidak adilan bangsa pribumi.

Perbudakan Atas Nama Agama

Dalam bab 9 dimana Droogstopel bercerita bagaimana agama menjadi salah satu alasan adanya perbudakan kaum pribumi ini. Ia salah satu tokoh yang menyanjung seorang pendeta bernama Pendeta Wawelar dimana pendeta itu menyuarakan adanya perbudakan atas nama agama. Dalam tujuannya selain untuk perdagangan, kedatangan Belanda memang bertujuan untuk menyebarkan agamanya namun hal ini tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya sendiri,

Dalam bab itu Droogstopel mengatakan bahwa bangsa pribumi itu termasuk bangsa kafir yang perlu mendapatkan pencerahan agar hidupnya lebih baik. Dalam kotbah Pendeta Wawelar di negeri Belanda itu ia menyebutkan kewajiban yang perlu dipenuhi oleh orang bangsa pribumi agar kehidupannya lebih baik antara lain :

Baca juga: Resensi Pendidikan Karakter Di Episode Kisah Karya Tetsuko Kuronayagi - Novel Totto-chan

  1. Memberikan sumbangan besar berupa uang untuk perkumpulan keagamaan
  2. Menyokong perkumpulan keagamaan agar bisa membagikan kita-kitab agama kepada orang jawa
  3. Mengadakan kebaktian untuk keperluan persediaan tentara jajahan
  4. Menuliskan Khotbah untuk dibacakan kepada orang-orang Jawa
  5. Mendirikan perkumpulan orang-orang berpengaruh Belanda untuk bisa meminta kepada Raja pengangkatan gurbernir dan opsir-opsir yang taat agama, mengizinkan orang jawa bergaul dengan penjajah untuk bisa dididik masuk dalam agamanya, melarang menjual kitab keagamaan di rumah-rumah yang menjual minuman keras, memperbolehkan menjual kitab di rumah bordir dengan syarat bahwa tidak akan memperjualbelikan kepada yang tidak tertarik mengikuti ajaran agamanya.
  6. Memerintahkan orang jawa dibimbing kepada Tuhan agar giat bekerja.

Pada point ke 6 itulah asal bagaimana penduduk pribumi mendapatkan penindasan yang kejam. Alasan karena wilayah Lebak Banten tidak subur menjadikan point 6 memiliki kedudukan yang berpengaruh atas penindasan yang terjadi.

Karakter Droogstopel ini mewakili sebagian Bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia memiliki pikiran picik, haus uang dan mengatasnamakan kesucian agama bisa berakibat buruk pada orang lain. Menurutmu yang sudah membaca ini bagaimana ?

Bagi kalian yang memiliki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom komentar. Tim akan membantu menjawab pertanyaan itu. Siapa tahu pertanyaan kalian bisa membuka wawasan bagi banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Ping-balik: #Resensi Idealisme Kemanusiaan Pada Tokoh Max Havelaar. Apakah Kemanusiaan Kala Itu Benar-Benar Mati ?
Ping-balik: #Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang – Surat Kartini Yang Mengkritik Budaya Senioritas.
Ping-balik: #Resensi – Bumi Manusia, Sebuah Roman Cinta Pribumi Dan Peranakan Eropa.
Ping-balik: #Resensi Goodbye,Things – Gaya Hidup Minimalis Dalam Tantangan Konsumerisme Dunia
Ping-balik: #Resensi Bumi Manusia – Pandangan Pramoedya Ananta Toer Terhadap Pergundikan Kolonialisme
Ping-balik: #Resensi – Kisah Seorang Pedagang Darah. Krisis Kemanusiaan Di China Tahun 1960-an

6 Responses