Home / Pojokan

Resensi – Bumi Manusia, Sebuah Roman Cinta Pribumi Dan Peranakan Eropa.

Senjahari.com - 13/05/2019

Resensi – Bumi Manusia, Sebuah Roman Cinta Pribumi Dan Peranakan Eropa.

Penulis : Dinda Pranata

Bumi manusia merupakan salah satu karya Pramodeya Ananta Toer yang sempat dilarang terbit pada masa Orde baru. Kisah ini merupakan buku pertama dari tetralogi bumi manusia. Kisah cinta yang penuh dengan emosi di dalamnya, juga kisah yang membuka mata bagaimana dahulu bangsa Belanda memandang bangsa pribumi ini. Tidak hanya itu sang penulis sempat di penjara di pulau Buru akibat goresan penanya ini. Apa saja hal menarik dari cerita Bumi Manusia ini ?

Terkait #Resensi :
#Resensi Le Petit Prince – Dilema Orang Dewasa Dalam Cerita Seorang Anak.
#Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang Sebuah Seruan Tentang Tradisi Dan Agama .
#Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang – Surat Kartini Yang Mengkritik Budaya Senioritas.
#Resensi Idealisme Kemanusiaan Pada Tokoh Max Havelaar. Apakah Kemanusiaan Kala Itu Benar-Benar Mati ?

Image result for bumi manusia
Tetralogi Bumi Manusia By https://hot.detik.com

Bagaimana Pribumi Di Mata Belanda

Dalam buku Bumi Manusia ini dikisahkan seorang pria bernama Minke yang merupakan seorang keturunan priyayi yang mendapatkan pendidikan di sekolah Belanda. Di sekolahnya saat itu ada seorang guru yang memanggilnya dengan nama Minke. Awalnya ia tak menggubris arti kata itu, Hingga ia akhirnya tahu namanya berarti monyet. Ia juga kerap kali mendapatkan perlakuan tidak adil di Sekolah HBS (Setara dengan SMA). Sejak saat itu ia merasa tidak menyukai darah pribumi sendiri tidak hanya karena namanya diubah menjadi monyet tapi juga karena kebanyakan mereka tidak bisa baca tulis. Bahkan karena kondisi itu berusaha menjauh dari keluarganya.

“Bunda tak hukum kau. Kau sudah temukan jalanmu sendiri. Bunda takkan halangi, juga takkan panggil kembali. Tempuhlah jalan yang kau anggap terbaik. Hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang kau anggap tak tahu segala sesuatu yang kau tahu.”

Ibunda Minke pada halaman 194

Tidak hanya itu ketika ia berbicara pada Robert Mellema dimana saat itu Robert bercerita bahwa ia merasa kecewa dengan statusnya. Ia begitu membenci pribumi dan merasa bahwa darah pribuminya menjadikannya tidak memiliki status sosial yang jelas dalam masyarakat kala itu. Robert Mellema mengatakan bahwa pribumi itu sangat rendah bahkan ibunya sendiri yang seorang pribumi tidak luput dibencinya.

Kaum wanita pribumi yang dinikahkan oleh laki-laki Belanda nyatanya tidak bisa diterima begitu saja. Wanita yang dinikahi oleh orang Belanda akan menjadi Nyai yang artinya ia tidak bisa mendaftarkan pernikahannya secara sah ke pengadilan saat itu. Pada akhirnya anak-anak yang dilahirkan tidak dapat pengakuan sosial.

Terkait #Resensi :
#Resensi Gambaran Kolonialisme Belanda Lewat Karakter Droogstopel Di Max Havelaar Karya Multatuli
#Resensi Bangsawan Pribumi Juga Memiliki Andil Dalam Kesengsaraan Rakyat di Zaman Kolonial – Max Havelaar Karya Multatuli
#Resensi Pendidikan Karakter Di Episode Kisah Karya Tetsuko Kuronayagi – Novel Totto-chan

Baca juga: Resensi Very Good Lives - J.K Rowling (Lewat Imajinasi Lampaui Kegagalan)

Darah Campuran Tidak Menerima Status Yang Jelas.

Roman bumi manusia sebenarnya kisah asmara antara Minke dan seorang gadis bernama Annelise. Annelise sendiri adalah anak dari Nyai Ontosoroh yang seorang pribumi dengan seorang bernama Herman Mellema yang merupakan orang Belanda. Kisah cinta mereka tidak lepas dari kondisi sosial yang terjadi saat itu antara pribumi dan seorang Belanda dan dimulai dari pertemuan Nyai Ontosoroh dengan Herman Mellema.

Herman Mellema dan Suminem (nama lama Nyai Ontosoroh sebelum menikah) dipertemukan oleh Ayah Suminem yang bekerja sebagai kasir. Akibat ia tidak menerima pengangkatan jabatan setelah bekerja sangat lama pada orang Belanda sehingga ia menjual anaknya sendiri si Suminem kepada Herman Mellema yang bertugas di Tulangan saat itu. Awalnya tidak ada rasa suka diantara mereka, hingga pada akhirnya sang Suminem menjadi tertarik pada Tuan Mellema karena kesabarannya hingga lahirlah Robert Mellema dan Annelise Mellema ketika mereka pindah ke Surabaya.

Herman Mellema mengajari Nyai banyak hal dari baca tulis, berhitung, berbahasa belanda hingga Nyai bisa mengumpulkan uang dari uang yang diberikan tuan Mellema padanya. Suatu hari mereka membeli sapi hingga sawah dan pada akhirnya bisa membuka bisnis sendiri di Surabaya. Semua urusan bisnis dijalankan oleh Nyai seorang diri setelah ia dipercaya oleh tuan Mellema.

Konflik keluarga itu terjadi ketika Keluarga Mellema mendaftarkan status anak-anaknya pada pengadilan. Namun, sayangnya tidak bisa dilakukan karena mereka berdarah campuran pribumi dan Belanda. Tidak hanya itu saja, Nyai pada akhirnya tahu bahwa sebelum dengannya Tuan Mellema memiliki anak dari istri pertamanya di Belanda. Anak sahnya datang tiba-tiba ke rumahnya untuk menuntut keadilan pada ayahnya. Tuan Mellema menuduh sang Istri pertama berselingkuh dengan orang lain sehingga ia memutuskan pergi meninggalkan keluarganya dan membuatnya bertemu dengan Nyai.

Kondisi sosial pada masa kolonial tidak memberi status sosial kepada anak peranakan pribumi dan Belanda. Orang yang bekerja dalam pemerintahan dalam pemberian status adalah bangsa Belanda sendiri sehingga status campuran anak yang lahir tidak diakui secara jelas. Bahkan status pernikahan Nyai dan Tuan Mellema dianggap tidak sah.

Terkait #Resensi :
#Resensi Budaya Patriarki Di Abad Pertengahan Lewat Tokoh di Grand Shopy Karya Geogrette Heyer
#Resensi Mendalami Sifat Alami Anak-Anak Lewat Karya Tetsuko Kuronayagi – Totto Chan.
#Resensi Very Good Lives – J.K Rowling (Lewat Imajinasi Lampaui Kegagalan)

Baca juga: How To Die-Resensi Buku Ini Mengingatkan Kita Pentingnya Hidup!

Menurut kamu yang sudah membacanya bagaimana nih ? Bisa komen di kolom komentar ya !

Bagi kalian yang memiliki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom komentar juga. Kami akan membantu mencari jawabannya dan siapa tahu pertanyaan kalian bisa membuka wawasan banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Ping-balik: #Resensi Bumi Manusia – Pandangan Pramoedya Ananta Toer Terhadap Pergundikan Kolonialisme
Ping-balik: #Resensi Goodbye,Things – Gaya Hidup Minimalis Dalam Tantangan Konsumerisme Dunia
Ping-balik: #Resensi – Kisah Seorang Pedagang Darah. Krisis Kemanusiaan Di China Tahun 1960-an
Ping-balik: #Resensi – Totto Chan's Children. Kisah Kemanusiaan Di Negara Konflik
Ping-balik: #Resensi – Why Men Want Sex and Woman Need Love. Cara Kerja Otak Pria Dan Wanita Dalam Melihat Cinta. – Dinda Pranata

5 Responses