Penulis : Dinda Pranata
Kalau sudah membicarakan era global zaman sekarang, tidak akan lepas dari lonjakan tingkat konsumerisme yang semakin besar. Dukungan tekhnologi memudahkan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan sekejap mata. Tentu saja, hal ini membawa dampak pada keberadaan benda sebagai sebuah nilai untuk identitas diri. Salah satu buku dari pengarang Jepang bernama Fumio Sasaki menjelaskan gaya hidup minimalis yang ia terapkan dan pengaruhnya terhadap kesehariannya.
Terkait #Resensi :
#Resensi Le Petit Prince – Dilema Orang Dewasa Dalam Cerita Seorang Anak.
#Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang Sebuah Seruan Tentang Tradisi Dan Agama .
#Resensi Habis Gelap Terbitlah Terang – Surat Kartini Yang Mengkritik Budaya Senioritas.
#Resensi Idealisme Kemanusiaan Pada Tokoh Max Havelaar. Apakah Kemanusiaan Kala Itu Benar-Benar Mati ?
Benda Bukan Lagi Obyek Tapi Gambaran Identitas Pemiliknya
Fumio Sasaki menjelaskan bahwa saat ini sebuah benda bukan dinilai dari obyektifitasnya. Seseorang terkadang menjadikan benda sebagai citra atas diri mereka. Sebagai contoh ia menggambarkan dirinya saat tinggal di Apartemen miliknya dimana ia menggambarkan sebagai seornag pecinta film. Hal ini membuatnya rela mengeluarkan tenaga, waktu dan uangnya untuk membeli seperangkat home theater dan koleksi DVDnya.
Kecenderungan yang dilakukannya lambat laun membuat tempat tinggalnya sesak akan DVD koleksinya. Selain itu, ia juga harus rela membuang tenaga dan waktunya membereskan apartemennya yang banyak memiliki barang. Menjadi orang yang mendewakan barang-barang bisa membuat kita tamak dan tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki. Hingga lambat laut benda-benda itu mengambil alih pemikiran atas diri sendiri.
Orang yang menganggap benda adalah citra diri akan mudah diperbudak oleh benda itu. Ia akan mudah membeli benda-benda yang dirasa ingin dimiliki dibanding kepuasan memiliki benda yang dibutuhkan. Kondisi ini akan membuat ruang di tempat tinggal kita akan sempit dan menyesakkan pemilik rumah sendiri.
Menurut saya, minimalis adalah orang yang bisa membedakan kebutuhan dan keinginan-Keinginan hanya karena ingin menampilkan citra tertentu-serta tidak takut mengurangi benda-benda yang termasuk keinginan
Fumio Sasaki, Hal.15
Terkait #Resensi :
#Resensi Gambaran Kolonialisme Belanda Lewat Karakter Droogstopel Di Max Havelaar Karya Multatuli
#Resensi Bangsawan Pribumi Juga Memiliki Andil Dalam Kesengsaraan Rakyat di Zaman Kolonial – Max Havelaar Karya Multatuli
#Resensi Pendidikan Karakter Di Episode Kisah Karya Tetsuko Kuronayagi – Novel Totto-chan
#Resensi – Bumi Manusia, Sebuah Roman Cinta Pribumi Dan Peranakan Eropa.
Manfaat Menjadi Minimalis
Menurut Fumio Sasaki, menjadi minimalis sangat menyenangkan dan membuatnya merasa bebas. Ia banyak memiliki waktu untuk bersantai atau menikmati waktu. Selain itu, ia juga lebih merasa produktif untuk hal-hal yang menjadi prioritasnya. Mengapa bisa begitu ?
Menjadi minimalin berarti ia memiliki kebebasan yang tidak terikat atas benda-benda yang dulu membelenggunya. Ia tidak harus menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk membereskan rumah yang berantakan akibat banyaknya barang. Ia menjadi orang yang lebih simple dan produktif serta selektif dalam memilih barang yang diinginkan atau yang dibutuhkannya. Ia lebih mudah bergerak dan berpindah karena ia hanya memiliki sedikit barang.
Menjadi minimalis memiliki tantangan apalagi untuk orang yang awalnya seorang maksimalis. Ia merasa berat berpisah dengan banyak barang kesayangannya hanya demi menjadi seorang minimalis. Hidup dengan tumpukan barang setiap hari membuatnya kehilangan semangat di pagi hari karena ia merasa sesak memulai aktifitas sehari-hari. Ia juga menjadi lelah saat harus memilah-milah barang yang dibutuhkan dengan barang yang harus ia buang karena barang itu hanya memenuhi apartemennya.
menyingkirkan barang membantu memutus lingkaran itu. Jika anda mengalami apa yang saya rasakan ketika itu-Tidak puas dengan kehidupan anda, merasa tidak aman, tidak bahagia-cobalah mengurangi barang-barang di sekitar anda dan Anda akan berubah
Fumio sasaki, hal.12
Terkait #Resensi :
#Resensi Budaya Patriarki Di Abad Pertengahan Lewat Tokoh di Grand Shopy Karya Geogrette Heyer
#Resensi Mendalami Sifat Alami Anak-Anak Lewat Karya Tetsuko Kuronayagi – Totto Chan.
#Resensi Very Good Lives – J.K Rowling (Lewat Imajinasi Lampaui Kegagalan)
Kalian adalah satu satu maksimalis atau minimalis seperti penulis Fumio Sasaki ini ? Tidak ada salahnya mencoba mengurangi barang-barang yang tidak dibutuhkan daripada menjadi sarang hewan-hewan ya kan !
Bagi kalian yang memiliki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom komentar. Kami akan membantu dengan menjawab pertanyaan kalian dan siapa tahu pertanyaan itu membuka wawasan bagi banyak orang.