Penulis : Dinda Pranata
Budaya literasi atau budaya baca masyarakat kita bisa dibilang masih belum banyak. Dapat dilihat dari bagaimana masih banyak berita hoax yang dipercaya, dan banyaknya waktu yang dihabiskan anak dengan permainan di gawai dibandingkan membaca buku. Berdasarkan dari data report dari Central Connecticut State University di Amerika, Indonesia menduduki peringkat ke 61 dari 200 negara di dunia. Mengapa bisa begitu ?
Belum Banyak Yang Mengenal #LiterasiKeluarga
#LiterasiKeluarga merupakan sebuah gerakan yang mendukung peran keluarga untuk menumbuhkan minat baca pada anak sejak dini. Apa pentingnya membuat anak membaca sejak dini ? bukannya belajar membaca itu ada batas usianya? sebenarnya pemahaman itu tidak sepenuhnya benar.
Masa anak-anak merupakan masa dimana mereka belajar meniru dari orang-orang disekitarnya. Dengan menjadi role model bagi mereka, kita bisa mengenalkan membaca dengan cara membacakan bacaan untuk anak-anak yang sesuai dengan usianya. Tidak harus mengajarkan mereka cara membaca, karena mengajari anak membaca memang ada masanya dan ketika mereka benar-benar ingin dan bukan karena dipaksa. Untuk menumbuhkan keinginan mereka membaca tentu saja dari keluarga yang ia lihat sebagai role modelnya.
Pada masa digital yang semakin deras, banyak dari orang tua dan keluarga meninggalkan kebiasaan membacakan cerita untuk anak-anak serta menggantinya dengan gawai. Padahal, penggunaan gawai yang berlebihan bisa menimbulkan efek negatif bagi perkembangan psikologis, dan kemampuan otak anak. Sehingga, #LiterasiKeluarga dalam membangun masyarakat dan anak-anak yang cerdas perlu disosialisasikan diseluruh lapisan masyarakat.
Menjadikan #LiterasiKeluarga Sebagai #SahabatKeluarga
Apa maksdunya menjadikan #LiterasiKeluarga sebagai #SahabatKeluarga ? Maksudnya disini adalah menjadikan membaca sebagai kegiatan sehar-hari yang menyenangkan bersama dengan anak-anak. Anda tidak perlu menghabiskan satu buku penuh, paling tidak kenalkan dulu buku apa yang sedang anda baca. Jika anak kehilangan minat akan buku itu ditengah membacanya, anda tidak perlu memaksa. Coba lagi esok harinya hingga anak anda mau mendengarkan isi cerita itu hingga habis.
Salah satu negara yang menerapkan #LiterasiKeluarga dalam metode pengasuhan anak adalah Findlandia. Salah satu negara yang bisa dikatakan sukses dalam bidang pendidikannya menerapkan membaca sebagai salah satu kegiatan rutin bersama dengan anak-anak. Bahkan dalam sebuah survei tahun 2011 menyatakan bahwa keluarga di Finladia 73,4% sering membacakan buku untuk anak mereka dan paling tidak memiliki sumber bacaan di dalam rumah sebanyak 51-100 buah.
Bagi orang-orang yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas tentu saja mencari bahan bacaan atau membeli bahan bacaan tidaklah sulit. Hal ini berbeda dengan mereka yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, namun bukan berarti mereka tidak bisa memiliki sumber bacaan bagi anak-anak. Masyarakat dari kalangan manapun bisa mendatangi perpustakaan daerah untuk sekedar meminjam bacaan.
Satu keluarga yang menjadikan kegiatan membaca buku sebagai aktifitas rutin membantu kita memerangi kebodohan jutaan generasi muda. Bagaimana menurut kalian ?
Bagi kalian yang memiki pertanyaan seputar wawasan dunia, bisa ditanyakan di kolom komentar. Kami akan membantu menjawab pertanyaan kalian dan siapa tahu dari pertanyaan itu membuka wawasan bagi banyak orang.
Source:
https://www.independent.co.uk/voices/children-reading-for-pleasure-learning-to-read-a8666611.html
https://www.nytimes.com/2017/10/16/well/family/literacy-builds-life-skills-as-well-as-language-skills.html?action=click&module=RelatedCoverage&pgtype=Article®ion=Footer