Penulis : Dinda Pranata
Ledakan bayi atau yang dikenal dengan istilah Baby Boom sepertinya sudah tidak asing di dunia dalam sejarah sosial perkembangan sebuah negara. Hampir di belahan negara Eropa dan Asia pernah mengalami kondisi ledakan bayi atau ledakan kelahiran pada tahun 1946-1964. Apa sebenarnya kondisi baby boom itu ? dan bagaimana mengakhirinya ?
Kebutuhan Akan kelahiran Sangat Besar
Setelah perang dunia ke 2 dan pada pertengahan abad ke 20-an, terjadi penurunan tingkat populasi masyarakat di berbagai negara. Kehilangan hampir setengah atau seperempat penduduk serta menurunnya tingkat perekonomian paska perang membawa dampak besar bagi masyarakat dan negara tersebut. Pemerintah mengupayakan memperbaiki perekonomian lewat kelahiran dengan memberikan kemudahan dan juga fasilitas bagi mereka yang menikah dan membangun keluarga.
Salah satu contohnya negara Amerika Serikat yang juga mengalami kemunduran paska perang dunia. Saat itu, banyak tentara yang masih muda ditugaskan untuk berperang dan ketika kembali mereka cepat-cepat menikah dan berkeluarga sebelum dipanggil bertugas kembali. Tercatat 2,2 Juta pasangan yang menikah di tahun 1946 yang bertahan hingga tahun 1970an. Akibat banyaknya tingkat pernikahan yang terjadi mengakibatkan tingkat kelahiran di tahun 1946 naik menjadi 20% dan dalam waktu satu tahun, 1947 meningkat menjadi 26,6%.
Mereka yang berada pada masa paska perang adalah kaum muda yang memiliki keinginan menikah tinggi dan kebutuhan berkeluarga. Dengan usia yang relatif muda mereka mudah mendapatkan keturunan lebih banyak dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sehingga istilah “banyak anak, banyak rezeki” cocok dijadikan moto saat itu. Melihat kondisi perang dan kekurangan, membuat mereka berfikir semakin banyak anak yang dimiliki akan membuka masa depan yang baik bagi kelangsungan keturunannya di masa depan.
Dampak Hingga Kesadaran Akan Kualitas Hidup Masa Depan.
Dampaknya menyasar pada migrasi besar-besaran ke pinggiran kota ketika tingkat kelahiran meningkat drastis. Selain itu, banyak sekolah, Industri Konsumen, Mall hingga kawasan perumahan yang dibuka di pinggiran kota untuk bayi-bayi yang lahir di masa ini sehingga memunculkan istilah kota metropolitan. Tentu saja itu membawa dampak besar bagi pembangunan dan kemajuan suatu negara dalam membangun perekonomian.
Baca juga: Cleopatra Dan Kematiannya. Kisah Female Fatale Yang Dramatis!
Hal itu tidak dirasa cukup baik oleh orang-orang yang lahir pada masa baby boom yang dikenal sebagai baby boomer. Mereka lebih merasakan hidup yang keras ketika mereka berusia produktif atau sekirar 20-tahunan sehingga mereka pada akhirnya mulai meminta kesetaraan, keadilan, dan perubahan sosial yang terjadi di tahun 1950-1960-an. Sehingga memunculkan kaum aktifis yang meneriakkan penolakan atas perang Vietnam, dan mempopulerkan budaya di tahun 1950-1960’an.
Di tahun 1964-an sebagian besar sudah menyadari tantangan jika melahirkan banyak anak. Pada tahun 1968 demografi akan pernikahan di Amerika (usia 21-23) menurun disebabkan karena banyak wanita dan pria yang menunda menikah dan berkeluarga. Mereka mulai merasakan banyaknya peluang dan ketidaksiapan ketika mereka baru lulus sekolah menengah sehingga menginginkan kesempatan lebih besar. Ditambah lagi mereka menyadari masa depan yang tidak pasti serta beban hidup yang harus ditanggung nantinya. Kondisi ini pun berlanjut di negara-negara maju dimana penundaan menikah masih banyak terjadi.
Setelah membaca ini masih bingung kenapa ada istilah baby boomer. Menurut kalian lebih baik punya banyak anak atau cukup anak untuk meneruskan keturunan ?
Source:
https://www.history.com/topics/1960s/baby-boomers-1
https://www.britannica.com/science/baby-boom