Home / Pojokan

Bicara Moral Lewat Resensi Buku Berapa Luas Tanah Yang Dibutuhkan Manusia!

Senjahari.com - 23/03/2020

Bicara Moral Lewat Resensi Buku Berapa Luas Tanah Yang Dibutuhkan Manusia!

Penulis : Dinda Pranata

#Resensi buku berapa luas tanah yang dibutuhkan manusia memang tidak akrab ditelinga. Buku ini salah satu karangan milik Leo Tolstoy seorang penulis dan sastrawan asal Rusia. Buku ini khas dengan nilai pemikiran leo yang identik dengan moral dan kaya akan nilai filosofisnya. Selain Anna Karenina, buku berapa luas tanah yang dibutuhkan manusia membedah nilai moral kemanusiaan. Apa itu ?

Hasrat Yang Tidak Pernah Cukup Membuatmu Serakah!

Pahom adalah seorang petani yang memiliki sepetak tanah untuk dikerjakan. Ia hidup bersama dengan istrinya. Suatu kali saudara dari istrinya berkunjung dan mereka adalah orang kaya. Saudara iparnya dan istrinya sedang berdebat mengenai nikmatnya tinggal di kota dibandingkan dengan tinggal di lahan pertanian sehingga Pahom berpikir pada dirinya sendiri “jika saya memiliki banyak tanah, saya tidak harus takut pada Iblis sendiri!”

Suatu ketika si Pahom menemukan kambing dan hewan peliharaan tetangganya ini sering memasuki lahannya sehingga membuatnya marah dan menghukum tetangganya dengan memberika seekor kambing sebagai gantinya. Kambing-kambing itu ia ternakkan dan pada akhirnya ia mampu membeli sepetak tanah milik tetangganya yang ingin menjualnya. Ia merasa senang, namun baginya tanah yang dimiliki tetangganya terlalu sempit sehingga ia bermaksud mencari tanah yang lebih luas dan menjual tanahnya itu.

Dari sepenggal kisah di atas memberikan gambaran bagaimana keinginan yang tidak pernah cukup itu mampu membuatmu menjadi serakah. Seberapa luas tanah atau seberapa banyak harta yang dimiliki, tidak akan pernah cukup untuk membuat seseorang yang tidak puas menjadi puas. Ini sering sekali terjadi pada manusia yang membuatnya lupa akan bersyukur.

Pandangan Leo Tolstoy Terhadap Moralitas.

Leo Tolstoy dikenal sebagai seorang kristen yang anarkis. Ia merasa menjadi seorang kristen ortodox selama ia kecil hingga dewasa membawa pemahaman bahwa seharusnya seorang kristen mampu melihat ke dalam dirinya tentang kebahagiaannya daripada melihat hal-hal di luar gereja dan negara.

Baca juga: Buku Ini Bercerita Seni Bergaul Itu Tidak Harus Merubah Diri Kok!

Leo Tolstoy sendiri sebenarnya berasal dari keluarga yang berpengaruh di Rusia dan dikenal sebagai keluarga bangsawan. Hanya saja ia melihat selama hidupnya, saat menikmati menjadi orang kaya banyak orang-orang di sekitarnya menderita. Terutama saat perang Jepang-Rusia terjadi ia menentang hal itu karena banyak yang akan dirugikan terutama nyawa orang-orang sipil yang tidak bersalah. Ia kemudian membangun sebuah pandangan mengenai prinsip Anti Kekerasan dimana menekankan pada lima hal yaitu: jangan marah, jangan bernafsu, jangan bersumpah, jangan melawan kejahatan, dan cintai musuhmu.

Dalam buku Berapa Luas lahan yang dibutuhkan manusia dimana tokoh Pahom akhirnya mati akibat keserakahannya sendiri dan walaupun ia berhasil memperoleh lahan yang luas, lahan itu pada akhirnya menjadi kuburannya sendiri. Leo Tolstoy mengambarkan bagaimana moralitas manusia bisa dipengaruhi oleh ketidakpuasan hal-hal duniawi. Pandangan ini pula yang sejalan dengan bagaimana Leo menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang pengembara demi menolong orang-orang dan gelandangan serta rela meninggalkan keluarganya.

Masih susahkan kita untuk setidaknya mengucap syukur atas apa yang didapatkan? Tidak bisakah kita melihat saudara kita yang kemiskinan masih mencari cara bagaimana bertahan hidup?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment