Home / Koridor

Lorong Waktu – Terbongkar Asal Kalimat Dengan Huruf Capslock Yang Dianggap Emosional.

Senjahari.com - 29/03/2020

Lorong Waktu – Terbongkar Asal Kalimat Dengan Huruf Capslock Yang Dianggap Emosional.

Penulis : Dinda Pranata

Ada tidak sih di antara kalian yang mendapat tulisan dengan huruf capslock dari teman atau siapapun tiba-tiba merasa jengkel atau emosi? Sebenarnya tidak sedikit orang yang terkadang membaca suatu pesan yang isinya huruf capslock semua utamanya jika pesan itu sensitif, pembaca jadi ikutan emosi dan ikut menjadi sensi. Nah, sebenarnya darimana asal kisahnya? #KamHis akan menjabarkannya.

Zaman Kuno Mengganggap Capslock Indah!

Pada zaman dahulu sekitar 2,000 tahun yang lalu dimana bangsa romawi baru membuat tulisan Romawi saat kebutuhan akan informasi mereka menciptakan huruf dengan menggunakan huruf besar atau huruf kapital atau bahasa kerennya huruf capslock yang mereka sebut Majuscule. Mereka menggunakan huruf capslock ini untuk menuliskan beberapa surat, transkrip atau media informasi untuk khalayak banyak.

Sebelumnya, bangsa romawi mengganggap tulisan dengan model capslock adalah sesuatu yang indah dan berseni. Maka bisa kita lihat bagaimana mereka menuliskan transkrip kuno dengan huruf capslock yang berukir. Selain dianggap sebagai sesuatu yang berseni, huruf capslock pada masa itu dinilai memiliki sisi keagungan tersendiri.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu tulisan dengan huruf capslock tidak mudah dibuat dan membutuhkan waktu untuk menulisnya dan membuat mereka menuliskannya dengan menggunakan huruf kecil yang mereka sebut miniscule. Sehingga disinilah muncul kesadaran bahwa tulisan dengan huruf kecil lebih ramah di mata dan mudah dibaca serta membuat mereka lebih cepat menuliskan sesuatu. Sehingga mereka menggunakan huruf caps hanya pada awal huruf suatu kata.

Perubahan Persepsi Typografi Dari Netizen.

Anggapan tentang huruf capslock itu dianggap emosional sebenarnya jauh sebelum ada komputer. Pada tahun 1800-an dimana orang-orang masih mencari informasi dari koran dan media cetak, dimana mereka akan menggunakan huruf besar/capslock pada tajuk utama di koran mereka agar lebih terdengar dan mendapat perhatian. Hal itu terus berlanjut hingga abad ke-20.

Baca juga: Lorong Waktu-Khmer Merah: Kelompok 'Hitam' Yang Kejam Bagi Penduduk Kamboja. Siapa Mereka ?

Di tahun 1940 hingga 1970-an huruf besar banyak dipakai di sampul depan sebuah buku, hingga banner-banner yang dipasang di pinggir jalan. Menurut ahli typografi bernama Paul Luna bahwa huruf besar akan lebih mudah terlihat karena ukurannya yang maksimal. Namun pada tahun 1984-an ketika internet dikenalkan, sebuah poster di usenet (salah satu forum zaman dulu) menuliskan kata-kata “Aku menggunakan Capclock karena aku mencoba untuk berteriak!” maka sejak saat itu ketika temanmu tiba-tiba mengirimkan pesan dengan huruf capslock semua maka kamu menganggapnya sedang marah atau berteriak. Sejak saat itu etika internet tentang huruf mulai meluas.

Berdasarkan sebuah studi tentang Typographical menyatakan bahwa justru penggunaan kalimat dengan menggunakan capslock semua akan membuat pembaca kesulitan dalam membacanya. Hal ini karena ukuran tulisan sejajar dan terlihat sama, dan jika dibandingkan dengan menggabungkan huruf besar dan kecil akan membuat mata mudah melihat serta mudah membedakan huruf-hurufnya. Namun, jika semua tulisan dibuat menggunakan huruf besar semuanya maka nuansa dari makna dari tulisan itu bisa hilang.

Maka, cara yang paling baik dalam menuliskan sesuatu tanpa menghilangkan nuansanya adalah dengan mengganti huruf besar semuanya dengan huruf besar kecil. Jadi, bijak-bijak juga kita sebagai pengguna huruf capslock agar memudahkan orang lain membaca!

Source:
news.bbc.co.uk
edition.cnn.com
dictionary.com
newrepublic.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment