Penulis : Dinda Pranata
Sering kali dalam buku sejarah yang dibaca ketika SD, SMP atau SMA sering menyebutkan bahwa dalam agama hindu memiliki sistem kasta yang membeda-bedakan manusia satu dengan yang lain berdasarkan asal usul kelahiran. Miskonsepsi yang tercetak tentang pemahaman kasta agama hindu sering kali terjadi sehingga membuat orang Hindu ataupun masyarakat non-Hindu menganggapnya itu hal yang benar. Sistem kasta yang dalam agama hindu disebut dengan Catur Warna. Lantas bagaimana pembagian kasta yang benar dalam agama hindu?
Catur Warna Memandang Bagaimana Potensi Dan Kemampuan Umat.
Catur Warna diambil dari kata ‘catur’ yang artinya empat dan Warna dari kata ‘wri’ yang artinya memilih. Ketika kata itu disambungkan maka catur warna memiliki arti empat pilihan hidup manusia dimana ia dilihat berdasarkan bakat (guna) dan ketrampilan (karma) dan kualitasnya yang dilihat sebagai hasil pendidikan, ketangguhan dan kualitas kemampuannya. Bagian dari catur warna antara lain:
- Brahmana dimana ia bertugas dalam menangani hal-hal bersifat kerohanian
- Ksatria dimana ia bertugas dalam menangani hal-hal yang bersifat pertahanan dan kepemimpinan
- Waisya dimana ia bertugas dalam menangani hal-hal yang bersifat kesejahteraan dan perekonomian.
- Sudra dimanan ia bertugas dalam menangani hal-hal yang bersifat ketenagakerjaan dan pelayanan.
Dalam agama hindu pembagian warna ini bertujuan agar terjaga keseimbangan di alam semesta dimana masing-masing warna memberikan sumbang asih keterampilannya agar kehidupan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tanpa, keempat golongan ini kehidupan akan tumpang tindih dan tidak akan selaras. Seperti yang sudah dijelaskan dalam kitab yayur weda:
rucam no dhehi brahmanesu, rucam rajasu nas krdhi, rucam visyesu sudresu mayi dhehi ruca rucam
Yayur Weda XVIII.48
artinya:
Ya Tuhan, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para ksatria, para weisya dan para sudra. semoga engkau melimpahkan kecemelangan yang tidak habis-habisnya kepada kami.
Baca juga: Lungsuran Banten Tidak Boleh Dimakan! Benarkah?
brahmane brahmanam, ksatraya rajanyam, marudbhyo vaisyam, tapase sudram
Yayur Weda XXX.5
artinya:
Bramana diciptakan untuk pengetahuan, para ksatria untuk perlindungan, para waisya untuk perekonomian dan para sudra untuk pekerja jasmaniah.
Salah Kaprah Bahwa Kasta Bawaan Sejak Lahir!
Pada perkembangannya, catur warna tidak lagi mengarah pada hakikat aslinya yang bertujuan sebagai penjaga kestabilan dan keseimbangan kehidupan. Perkembangan zaman membuatnya mengarah ke arah sistem yang tertutup atau catur wangsa yang lebih dikaitkan dengan garis keturunan.
Sebenarnya sistem kasta yang dikenal dan disebarluaskan sangat berbeda dengan yang ada dalam kitab suci weda. Catur warna dan kasta sering dianggap sama, sehingga terjadi salah kaprah terhadap konsep catur warna yang sebenarnya. Banyak dari mereka yang sudah menganggap catur warna dan kasta sama, dan tidak mudah untuk mengubah pandangan itu karena sudah terlanjur bangga dengan status sosial yang didapatkan sejak lahir.
Jika berdasarkan dengan konsep catur warna yang asli, mereka yang terlahir dari golongan sudra jika memiliki kemampuan dalam memimpin yang baik maka bisa saja ia menjadi golongan ksatria. Catur warna lebih menekankan pada bagaimana individu bisa bertanggung jawab terhadap posisi yang ia pegang sesuai dengan kemampuannya. Konsep ini pula sejalan dengan tri kaya parisuda yang mengajarkan bagaimana harmonisme bisa diperoleh dengan berpikir, berkata dan berbuat yang baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Selain itu, catur warna dibuat dengan memperhatikan prioritas pada kemampuan agar sejalan dengan catur purusa artha yaitu dharma (kebaikan) melalui posisinya, artha (material) yang sepadan dengan kemampuan dan posisinya, kama (keinginan) yang terlaksana sesuai dengan kemampuannya, dan moksa (kebebasan) untuk menggali potensi lebih yang sejalan tanggung jawab posisinya.
Baca juga: Wanita Menstruasi Dilarang Sembahyang dalam Hindu?
Jadi, sudah tahu kan bahwa kasta TIDAK PERNAH ada dalam konsep agama hindu yang sebenarnya. Pergeseran makna ini sudah terjadi sangat lama dan membutuhkan waktu untuk mengembalikan pada hakikat yang sebenarnya.
Source:
cakepane.blogspot.com
babadbali.com
gamabali.com
phdi.or.id