Home / Pojokan

Resensi-The Story Of My Life. Kisah Helen Keller, Penulis Difabel Hebat Dalam Sejarah.

Senjahari.com - 18/05/2020

Resensi-The Story Of My Life. Kisah Helen Keller, Penulis Difabel Hebat Dalam Sejarah.

Penulis : Dinda Pranata

Siapa yang tidak mengenal Helen Keller, seorang penulis difabel yang bisa menembus segala kekurangan dan keterbatasannya hingga dikenal diseluruh dunia. Banyak karyanya yang dikenal dunia salah satunya buku tetang kehidupan yang dilaluinya dalam resensi Story of My Life. Apa yang ada dalam buku ini dan bagaima nilai dalam kisahnya?

Perubahan Dalam ‘Ketidaknormalan’

Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama Amerika Serikat tahun 1880. Ia lahir secara normal sama seperti anak-anak balita pada usianya yang menggemaskan. Namun, pada usia 19 bulan akibat sakit demam yang dideritanya, ia mendadak menjadi buta dan tuli sehingga membuatnya berada dalam dunia yang gelap dan sepi selamanya.

Sepanjang perjalanan hidupnya, ketika masih anak-anak ia mengalami masa kelam dimana ia sulit berkomunikasi dengan orangn-orang terdekatnya. Bahkan, ia sering merasa marah karena tidak bisa menyampaikan apa yang ia inginkan. Akhirnya, ibunya mencari seorang guru yang dapat mengajarkan putrinya berkomunikasi dan agar putrinya mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak-anak normal.

Setelah ibunya mencari cara, seorang kenalan ibunya mereferensikan untuk bertanya kepada Alexander Graham Bell yang kemudian memperkenalkan Perkins Intitute For The Blind sebagai sekolah khusus difabel. Pada institute itulah Helen Keller mendapatkan guru yang menjadi penerang dan penuntunnya memahami banyak hal di dunianya bernama Anne Sullivan.

Gelap Dan Sunyi Terlampaui Dengan Rasa Dan Sentuhan.

Sepanjang menempuh pendidikan di bawah bimbingan Anne Sullivan, banyak hal yang ia bisa pelajari dari bahasa isyarat untuk setiap hal yang ia temui melalui mata gurunya dan ia pun belajar bagaimana membaca suara melalui tenggorokan lawan bicaranya. Helen Keller memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi hingga ia tidak bisa puas dengan hanya membaca dengan huruf braile dan bahasa isyarat saja. Ia banyak mencoba metode berkomunikasi lainnya hingga ia berhasil menemukan ketajaman sensor rasa, getar dan sentuhan.

Baca juga: Resensi Le Petit Prince - Dilema Orang Dewasa Dalam Cerita Seorang Anak.

Ia bisa merasakan perasaan orang yang ia temui hanya dengan merasakan genggaman tangannya atau gerak tubuhnya. Ia pun bisa memiliki daya imajinasi yang kuat tercermin dari bagaimana ia bisa menggambarkan perbedaan suasana serta bau perkotaan dan pedesaan, malam dan pagi atau rasa marah hingga sedih. Ia tidak bisa melihat dan mendengar tapi ketajaman imajinasi, rasa dan sentuhannya melebihi orang-orang normal yang mampu melihat, atau mendengar.

Ada harmoni dalam segala sesuatu, perpaduan dari segala yang kita ketahui tentang dunia material dan spiritual. Bagiku itu terdiri dari berbagai kesan (impresi), getaran, panas, dingin, rasa, bau an sesnsasi yang dihantarkan kepada pikiranku, selalu saling berpadu dan terjalin dengan ide-ide dan pengetuan yang sudah ada, Bagi seseorang yang bernalar, mereka tidak akan percaya bila apa yang kukatakan tentang arti langkah kaki hanyalah terdiri dari getaran dan hentakan. Langkah kaki merupakan perpaduan sejumlah elemen alami, ketukan-ketukan yang menyentuh ditambah pengetahuan sebelumnya tentang kebiasaan fisik dan karakter moral dari manusia yang tercipta secara seksama…

The Story of My Life hal 294

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment