Penulis : Dinda Pranata
Nama perang ini nampaknya jarang terdengar oleh kita pada saat kita memperlajari sejarah. Namun, perang Granicus ini merupakan salah satu perang yang membuktikan bagaimana kekuatan dari Alexander Agung. Perang yang terjadi pada Mei 334 SM ini membuktikan kekuatan strategi dan pasukan Alexander Agung begitu besar. Bagaimana KamHis dari perang ini?
Perang Dengan Motif Balas Dendam.
Kisah perang ini dimulai ketika raja Makedonia sebelumnya yaitu Raja Philip II meninggal dan Alexander Agung menjadi raja pada usia 22 tahun. Namun, walau usianya masih terbilang muda, dia sudah menjadi pemimpin kavaleri perang sejak usia 16 tahun dan mengikuti perang di berbagai tempat. Sebelum meninggal ayahnya meminta untuk menyerang Persia karena sudah menyerang Yunani dan ia menyanggupinya dimana Yunani merupakan tanah kelahiran Ayah Alexander, Raja Philip II.
Saat itu, Raja Persia Darius dan beberapa orang tidak terlalu mengenal raja muda dan baru itu. Sehingga ia menganggap remeh dan menyerahkan kedatangan Raja Alexander dari Makedonia ini kepada pejabat lokal yang berwenang. Sementara menunggu kedatangan tentara dari Makedonia yang dipimpin Alexander, para penguasa dan pejabat lokal mengadakan diskusi mengenai strategi yang mungkin untuk mempertahankan Persia dari serangan yang mungkin terjadi. Dari diskusi itu, mereka akhirnya sepakat untuk mengumpulkan masa di Sungai Gracius yang curam dan deras karena bagi mereka itu bisa menguntungkan pihak persia.
Perang Dimenangkan Alexander Tetapi Hampir Membunuhnya Juga!
Strategi perang yang cerdas dimana Alexander Agung meletakkan strategi penyerangan terpusat sehingga pasukan Persia yang berada ditengah medan perang tidak bisa berkutik. Saat itu, Persia begitu menyepelekan kekuatan berperang raja muda ini sehingga tidak mempersiapkan peralatan perang yang memadai. Pasukan persia justru membawa peralatan tempur seperti kereta sabit yang khas dari persia juga tidak cocok untuk medan berlumpur. Walaupun persia saat itu dibantu oleh tentara bayaran Yunani, namun situasinya tidak menguntungkan akibat strategi perang Persia yang kurang baik.
Dengan mudahnya pasukan Alexander menyerang pasukan Persia walaupun banyak korban yang berjatuhan. Selain itu, pada saat perang ketika Alexander Agung maju ia hampir terbunuh oleh pedang Spithridates, seorang komandan Persia lainnya. Namun, ia diselamatkan oleh pasukannya ketika salah satu pimpinan pasukan itu memotong lengan Spithridates dan menyelamatkan nyawa Alexander.
Baca juga: Lorong Waktu-Asal Usul Virus Yang Dari Dulu Memang Bikin Galau.
Pada akhir perang yang dimenangkan oleh Alexander Agung dan kekalahan pada kerajaan Persia sebagian tentara bayaran yang membantu persia dikirim ke Makedonia untuk mengerjakan peralatan perang dan ranjau, dan persia sendiri kehilangan hampir 10-20 persen pasukan mereka.
Jadi, sejak saat itu Persia mengenali sosok Alexander Agung yang berwibawa serta kemampuan perang yang sangat unggul dan mulai berhati-hati dalam menempatkan strategi perang.
Source:
ancient.eu
britannica.com
historyhit.com