Home / Pojokan

Resensi-Berani Tidak Disukai. Realitas Dunia Yang Tidak Selalu Indah!

Senjahari.com - 01/06/2020

Resensi-Berani Tidak Disukai. Realitas Dunia Yang Tidak Selalu Indah!

Penulis : Dinda Pranata

Resensi buku berani tidak disukai ini mendobrak pemikiran masa kini dimana orang berlomba untuk menunjukkan eksistensinya. Tak jarang dari perlombaan ini meningkatkan stress yang semakin parah. Apa sebenarnya dasar pemikiran penulis dalam menuliskan buku ini dan bagaimana buku ini menyikapi fenomena rasa pengakuan itu?

Berawal dari Pemikiran Alfred Adler.

Buku ini sejatinya mengambil pemikiran Alfred Adler yang merupakan seorang psikolog, dokter terapi dan pendiri teori psikologi Individual. Teori ini yang ia kembangkan ini menekankan bahwa individu pada dasarnya manusia merasa superior karena sifat inferior mereka. Seperti contoh seorang yang memuji dirinya penyabar, pada dasarnya mereka tidak sabar.

Alfred Alder adalah seorang Yahudi yang lahir di Wina, Austria. Ia berteman dengan Sigmund Freud dan pada akhirnya bekerja sama dengannya untuk meneliti hubungan syaraf dengan kondisi psikologi manusia atau yang dikenal dengan istilah psikoanalisis. Namun, karena pandangan Freud dan Adler sangat berbeda. Freud menekankan pada masalah seksualitas masa anak-anak sebagai motivasi berperilaku sedangkan Adler berpendapat bahwa dorongan menjadi ‘lebih’ superioritas menjadi dasar manusia berperilaku.

Bahagia Bukan Dari Pengakuan Orang Lain.

Pandangan Adler menekankan pada dasarnya manusia ini memiliki dorongan untuk menunjukkan eksistensinya dengan berusaha memperbaiki kondisi inferiornya. Keinginan untuk menjadi ‘lebih’ membuat mereka mudah terjebak pada pandangan orang lain dan haus akan sebuah pengakuan yang tak kala membuat mereka justru tidak bahagia. Selain itu, keinginan untuk diakui membuat kita juga terjebak pada hubungan antar manusia yang rumit.

Keinginan untuk diakui kadang mudah membawa kita pada emosi-emosi negatif yang tidak penting sehingga justru merusak diri sendiri. Emosi-emosi itu datang dari ketidakmampuan kita dalam meraih ekspektasi orang lain sehingga membuat kita kehilangan pengakuan. Semakin banyak keinginan diakui oleh orang lain, membuat kita justru termakan oleh ekspektasi untuk memuaskan orang lain yang juga memungkinkan kita untuk terus berbohong pada diri sendiri.

Baca juga: Ketika Uang Cuma Numpang Lewat, Perhatikan Kesehatan Mental si Uang!

…….. Tapi, di titik ini, ada sebah kontradiksi besar yang membayangi. seseorang bersumpah setia kepada sepuluh orang semata-mata karena hasrat agar tidak dibenci. Ini seperti seorang politikus yang jatuh kejebakan populis dan mulai membuat janji-janji yang mustahil dan menerima tanggung jawab yang berada di luar kemampuannya. Wajar bila dustanya akan terbongkar dalam waktu yang tidak lama. Dia akan kehilangan kepercayaan orang banyak, dan mengubah hidupnya menjadi hidup yang dipenuhi penderitaan yang lebih hebat.

Berani Tidak Disukai hal. 164

Jika kita terus dibayangi oleh rasa ingin dipuji atau diakui oleh orang lain menjadikan kita terikat oleh orang lain dan tidak memperoleh kebebasan yang kita harapkan. Entah yang kau lakukan baik atau tidak tetap ada orang yang menyukaimu atau membencimu namun kau harus tetap memilih melakukan yang baik untuk kualitas dirimu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment