Penulis : Dinda Pranata
Jika mendengar kata prostitusi, nampaknya akan begitu tabu dan tidak senonoh. Namun, saat kita melihat ke sejarah keberadaan prostitusi nyatanya membuat kita akan terkejut dan ternganga. Sejak abad sebelum masehi, prostitusi sudah ada dan berkembang bersama dengan masalah-masalanya. Lantas, sejak kapan meruaknya prostitusi ini? dan apa dilema yang ada untuk memerangi prostitusi ini?
Prostitusi Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun.
Para peneliti masih mencari catatan kepastian akan lahirnya prostitusi. Berdasarkan dari hasil penelitian para antropolog sejauh ini, prostitusi sudah ada setidaknya pada zaman bangsa Sumeria. Hasil yang mereka temukan dalam beberapa tulisan pada abad 792 SM menjelaskan bahwa prostitusi yang mereka lakukan memiliki tujuan sebagai ritual kepercayaan. Seperti yang ada dalam kode Hammurabi yang merupakan hukum bangsa Sumeria saat itu menuliskan sebagai berikut:
If a “devoted woman” or a prostitute to whom her father has given a dowry and a deed therefor, but if in this deed it is not stated that she may bequeath it as she pleases, and has not explicitly stated that she has the right of disposal; … Her position of inheritance belongs to her brothers.
Hammurabi Code, Pasal 178
Tidak hanya bangsa Sumeria, seiring berjalannya waktu kondisi yang sama pun juga terjadi pada peradaban di Yunani. Hanya saja dalam catatan hukum Dracon tahun 620 SM (berasal dari nama seorang ahli hukum), sudah menentang adanya prostitusi dan menghukum mereka yang terlibat pandang bulu . Tetapi ketika Raja Lycurgus memerintah, ia mulai lunak terhadap hukum baru dari Solon yang justru melegalkan prostitusi dan mendirikan rumah bordil di Athena.
Dilema yang Muncul dari Prostitusi
Kemudian prostitusi tidak lagi menjadi sarana ritual keagamaan, tetapi justru sebagai lahan untuk mencari sumber pendapatan dan menaikkan status sosial. Istilah ini kemudian meluas ke Mesir pada zaman Firaun hingga ke bangsa Romawi. Bangsa Romawi merupakan bangsa yang memiliki istilah yang banyak tentang prostitusi, bahkan pemerintah Romawi melegalkan pengesahan bisnis ini. Pemilik rumah bordil biasanya orang-orang terhormat yang mendapatkan pajak tinggi negara dan pelacur yang bekerja juga membayar pajak yang sama tingginya.
Baca juga: Sejarah Kimchi Yang Ternyata Sudah Ribuan Tahun. Ada Yang Tahu?
Semakin berkembangnya model prostitusi pada zaman ke zaman, kondisinya pun tidaklah sama. Hampir di sudut-sudut jalan sudah banyak rumah-rumah bordil yang dibangun, namun sayangnya tidak semua rumah bordil itu memiliki kualifikasi yang sesuai seperti kebersihan, dan aturan yang sudah ditetapkan. Banyak dari prostitusi baik di Roma, Inggris, Wina, dan beberapa negara di zaman pertengahan memiliki model prostitusi yang tidak lazim.
Raja Henry VIII berusaha menutup rumah-rumah bordil yang kotor dan tidak sesuai dengan aturan pemerintahannya tahun 1546 namun hal itu tidak berhasil. Justru bermunculan rumah bordil dengan tembok pembatas tinggi yang menghalangi orang-orang untuk menerobos masuk. Hingga pada abad ke 16, epidemi penyakit sifilis menyerang negara-negara eropa pada saat itu.
Kebijakan dari tahun ketahun berusaha menutup dan menghilangkan adanya prostitusi ini. Bahkan hingga di zaman modern ini pun segala cara digunakan untuk memberantas prostitusi yang bertujuan melindungi norma umum, menjaga warga agar tetap sehat, dan mewujudkan lingkungan yang lebih bermoral dengan menutup wilayah-wilayah prostitusi tapi masih saja hal itu belum bisa mengakhiri masalah prostitusi itu sendiri. Di era digital seperti ini justru bermunculan prostitusi yang berbasis online dan itu lebih mengerikan.
Dilema ini tidak hanya dirasakan pada ratusan tahun lalu dan belum berhasil diatasi hingga saat ini. Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa pendapatmu?
Source:
independent.co.uk
gutenberg.org
britannica.com
thoughtco.com