Penulis : Dinda Pranata
Mendengar nama prancis, pasti dalam benak kita ada menara Eifell dan museum Lourve yang menjadi ikon dari negara itu. Namun sebelum menjadi negara dengan pusat fashion, paris memiliki masa kelam. Masa saat banyaknya perang, pemberontakan, wabah penyakit dan kelaparan yang menyerang negara ini. Lalu bagaimana resensi buku Bloody History Of Paris ini menceritakan masa lalu negara prancis ini?
Ibu Kota Prancis Sebelum Paris
Nama paris sebenarnya diambil dari nama penduduk dari suku parisii yang sudah bermukim sejak lama di negara itu. Orang-orang parisii datang ke Ile de la cite sekitar tahun 250 SM. Ile de la cite merupakan kota di sepanjang sungai seine yang menjadi sungai yang bermanfaat bagi orang-orang parisii zaman itu.
Orang-Orang Parisii datang ke Ile de la cite karena mereka percaya sungai seine memiliki keajaiban yang akan mendatangkan keberuntungan. Menetap sekitar tahun 250 SM, orang-orang parisi menyembah dewa sungai. Mereka melakukan persembahan berupa pengorbanan manusia dan percaya kalau mereka dikutuk oleh dewa. Terutama saat mayat-mayat muncul ke permukaan sungai yang berlumpur itu.
Bloody History Paris Halaman 11.
Namun pada abad ke 121 SM bangsa Romawi mulai masuk dan berusaha menginvasi kota ini. Pada tahun 54 SM, Julius caesar menduduki kota ini dan menetap di Ile de la cite sebagai markas besarnya. Ia sekaligus meletakkannya sebagai ibukota prancis zaman kuno. Berdasarkan beberapa keterangan Julius caesar sangat menyukai keadaan kota yang ia anggap indah ini. Namun orang-orang suku parisii tidak menyambut baik bangsa Roma ini sehingga banyak dari mereka yang melakukan pemberontakan dan salah satunya adalah pertempuran lutetia.
Tidak hanya bangsa romawi yang menduduki paris pada masa kuno itu, tetapi juga bangsa Franka dari Jerman yang berhasil mengalahkan bangsa Romawi. Bangsa Franka ini adalah bangsa pertama yang menerapkan konstitusi dan hukum peradilan di prancis zaman kuno. Hal itu terlihat dari adanya bukti hukum sali yang disusun oleh Raja Clovis I pada tahun 500 M.
Baca juga: Resensi Le Petit Prince - Dilema Orang Dewasa Dalam Cerita Seorang Anak.
Paris Bloody History-Paris Berdarah
Sejak awal pendudukan bangsa Romawi hingga zaman pertengahan Paris atau negara Prancis ini mengalami teror berdarah yang sudah menelan ratusan ribu bahkan jutaan nyawa. Kehidupan paris hampir tidak pernah stabil baik dari luar maupun dalam kota itu. Serangan teror dari bangsa-bangsa yang ingin mengambil alih kota hingga pemberontakan penduduk atas ketidakstabilan pemerintahan kerajaan.
Kondisi teror itu bermula ketika adanya perang Agama hingga perang politik akibat kekuasaan raja. Gereja yang ingin menguatkan posisinya dalam pemerintahan menjadikan agama sebagai kemutlakan pengangkatan seorang raja. Akibatnya agama bukan lagi sebagai sesuatu yang sakral, tapi justru menuai banyak pemberontakan. Karena sistem pemerintahan dan sikap raja yang menyengsarakan rakyat. Pada masa ini banyak pembantaian yang terjadi di jalan-jalan tanpa mengenal ampun dan berpengaruh pada kondisi politik negara, serta sistem perekonomian menjadi sangat rapuh yang mengakibatkan banyak kelaparan dan wabah penyakit.
Tidak hanya terjadi pada zaman pertengahan, mala lalu paris yang berdarah pun tercatat pada masa pemerintahan Adolph Hitler yang mengusik warga paris yang berketurunan Yahudi. Hitler pada tahun 1942 mengambil alih tempat-tempat strategis di wilayah paris untuk markas besarnya dan mengendalikan prajurit serta tentara Prancis di bawah kendalinya.
Negara yang menjadi pusat mode dunia ini tidak hanya penuh dengan hingar bingar dan gemerlap lampu saja. Paris juga penuh dengan masa berdarah yang tidak pernah terbayangkan oleh orang yang menikmati keindahan kota itu.