Penulis : Dinda Pranata
Hari ini Ratih sudah berdandan cantik dan sudah ada di auditorium untuk menghadiri acara wisudanya. Setelah 4 tahun ia menempuh pendidikan di Universitas, akhirnya ia mengenakan toga lengkap dengan topi dan kalungnya. Namun, sembari menunggu namanya di panggil untuk menerima Ijazah S1nya sejenak ia melihat sekeliling dan terbesit Tanya Kenapa kalau wisuda memakai toga? Lalu ia pun mencari informasi di ponselnya.
Sebagai Pakaian Hangat Hingga Trend Mode.
Pada abad ke 12 sudah umum di kalangan masyarakat untuk mengenakan jubah sebagai pakaian hangat. Di zaman itu yang membedakan jubah antara lapisan masyarakat adalah kain yang digunakan. Jika orang kaya, mereka akan menggunakan jubah yang terbuat dari sutra sedangkan rakyat biasa bisa terbuat dari kain yang lebih kasar dan murah. Namun, secara resmi jubah banyak dipakai oleh pendeta yang kemudian diadaptasi oleh siswa yang menempuh pendidikan karena keterbatasan pemanas di ruangan belajar.
Lalu pada tahun 1600-an, jubah mulai ditinggalkan dan mode untuk para akademisi berubah menggunakan pakaian panjang (gown). Pada masa ini, pakaian panjang digunakan oleh para pekerja profesional, dan pada abad ke 17 digunakan juga oleh para pejabat pemerintahan. Hingga akhirnya tradisi upacara kelulusan atau wisuda yang menggunakan jubah toga ini pun berhenti sementara sebelum dilanjutkan lagi.
Lalu Universitas Oxford menambahkan topi persegi lima (Mortarboard) sebagai penanda lulusan magister. Topi ini pun sebenarnya diambil dari hukum romawi yang mengatakan bahwa budak yang sudah bebas bisa menggunakan topi. Filofosi ini lah yang akhirnya mendasari penggunaan topi sebagai lambang kemandirian setelah lulus di perguruan tinggi.
Standarisasi Pakaian Toga
Walau Inggris menjadi pelopor penggunaan jubah toga untuk para akademisi, nyatanya semakin berjalanannya waktu mereka tidak menggunakan aturan khusus yang mengatur penggunaan warna Toga pada saat upacara kelulusannya. Setiap universitas bisa mengatur warna toga sesuai dengan institusinya.
Baca juga: Tanya Kenapa-Orang Mudah Menyebar Hoax? Berikut Cara Analisis Isi Kontennya!
Asal standarisas toga ini berasal dari Amerika Serikat ketika negara ini dengan cepat mengadopsi sistem seragam akademik atau toga pada masa kolonial. Pada tahun 1894 dibentuklah komisi yang berwenang menentukan standart pakaian toga. Komisi ini menentukan mulai warna toga, bentuk jubah, topi hingga rumbai pada topi wisuda dari sarjana, magister, doktoral, hingga rektor Universitas.
Toga ini juga tidak hanya diadopsi oleh negara Amerika tetapi kita yang di Indonesia. Masih belum diketahui kapan tradisi Toga ini masuk ke Indonesia.
Setelah Ratih membaca beberapa informasi mengenai pakaian toga yang ia kenakan, ia pun mengerti ternyata perjuangannya tidaklah sia-sia untuk mencapai sarjana dan mengenakan toga yang syarat akan sejarah akademik ini. Ratih pun menyentuh rumbai toga (tassel)nya dan berkata “Aku sudah sampai disini! Aku akan segera mandiri demi bangsa dan negaraku!”
Bagi kalian yang mengetahui sejarah Toga di Indonesia, yuk share disini!
Source:
washingtonpost.com
youniversitytv.com
Feldman, David, and Kassie Schwan. Are Lobsters Ambidextrous? : An Imponderables Book. New York, Harperperennial, 2005.