Home / Pojokan

Buku Ini Bercerita Seni Bergaul Itu Tidak Harus Merubah Diri Kok!

Senjahari.com - 05/10/2020

Resensi Nunchi

Penulis : Dinda Pranata

Adinda merenung di pojokan kamar kostnya. Ia merasa tidak bisa mengikuti teman-temannya yang selalu nongkrong dan kadang berbicara hal yang tidak menarik perhatiannya. Ia pun menjadi kehilangan jati dirinya. Salah seorang teman bernama Devi menyarankan membaca buku berjudul Nunchi karya Euny Hong. Ia pun membaca sampai habis dan menemukan seni bergaul yang cocok. Seperti apa sih nunchi itu?

Nunchi: Bergaul Itu Memperhatikan Sekeliling!

Anggapan umum bahwa orang ekstrovert itu lebih sukses dalam pertemanan. Selain itu, anggapan yang umum pula mengira bahwa dengan kita membuat orang lain senang kita layak masuk dalam komunitas tersebut. Anggapan inilah yang membuat kita terjebak dan justru kehilangan jati diri kita sebenarnya. Jelasnya bahwa kita tidak bisa bebas menjadi diri sendiri secara apa adanya. Tapi, nunchi tidak sesempit itu dalam menjalin sebuah hubungan intrapersonal

Nunchi adalah seni untuk berhubungan dengan manusia lain dari orang Korea Selatan. Orang tua Korea Selatan sudah membekali anak mereka dengan seni ini lho! Dalam nunchi kita tidak hanya mengembangkan empati pada manusia lain, tetapi juga mampu membaca situasi sekitar kita. Emang bisa ya? Tentu aja bisa. Caranya gimana? Dengan fokus memperhatikan sekeliling kamu seperti apa.

Kalau sekedar menulis atau baca memang sekilas mudah ya. Kalau penerapannya semudah itu, pasti tidak akan ada lagi masalah dengan orang lain dan buku ini tidak akan terbit. Tapi, membaca sekeliling kamu tidak semudah itu. Kamu perlu latihan terus menerus agar bisa menjadi master nunchi.

Nunchi dan Empati.

Nunchi terdengar mirip dengan empati, tetapi pada dasarnya berbeda. Jika empati memiliki fokus kepada orang yang mengalami penderitaan, Untuk mempermudah lihat tabel berikut:

Baca juga: Nyonya Bovary: Cermin Negara Lewat Drama Rumah Tangga

NunchiEmpati
Kadang kala menuntut kita untuk menanggung ketidaknyamanan pribadi demi orang lainKadang kala menuntut kita untuk menanggung ketidaknyamanan pribadi demi orang lain
Berfokus pada suasana ruangan secara keseluruhanberfokus pada orang yang berbicara pada anda, atau misalnya kepada satu kelompok yang sama, kelompok minoritas tertentu, ke negara yang tengah mengalami kelaparan.
Kadang-kadang diam adalah respon terbaikberbicara kepada pihak yang menderita biasanya merupakan tindakan yang sesuai.
Anda mengamati seraya menjaga jarak.Anda berusaha menyusup ke dalam pikiran orang lain.
Nunchi tidak memiliki unsur moralitas.Empati adalah ‘tindakan yang benar’ dari sudut pandang sosial dan religius.
Kita bisa netral secara emosional.Unsur emosi sangat kuat, sehingga orang lain bisa memanfaatkan kita.
Netral GenderSebagian besar orang menilai empati lebih bersifat feminim.
Kecepatan amat sangat pentingKecepatan tidak berpengaruh.
tabel nunchi dan empati halaman 46

Jika kita membaca tabel mungkin sekilas nunchi dan empati itu sama, tapi nyatanya berbeda. Empati lebih menekankan kepada sisi emosi kita dan sedangkan nunchi lebih terdengar seperti insting atau penangkap radar secara sadar. Jadi, nunchi menuntut ketepatan dalam membaca situasi yang sedang kamu hadapi sehingga tindakan yang kamu hasilkan membawa hasil yang sesuai.

Namun, dalam buku ini perlu menggaris bawahi perihal kecepatan kita sedang berlatih nunchi. Ada satu bagian yang mana menjelaskanbahwa nunchi itu memerlukan kecepatan pada kolom tersebut. Penulis berkali-kali menekankan untuk bisa cepat dalam menangkap situasi sosial yang sedang terjadi, tetapi penulis tidak menekankan pada sisi ketepatan. Tepat tidak selalu cepat dan cepat tidak selalu tepat, yang terpenting ketika kamu mulai mencoba menerapkan nunchi, coba untuk tidak terburu-buru dalam menilai situasi. Kamu hanya perlu diam dan memperhatikan, sehingga kamu bisa mendapatkan situasi yang lebih tepat.

Adinda sedikit merasa lega setelah membaca buku itu, tidak masalah ia tidak nyaman. Toh dia hanya perlu diam, jika dia memang tidak tertarik atau tidak mengerti denga topik pembicaraan teman-temannya.

Apa kamu sudah membaca buku ini dan bagaimana menurut kalian? Kalian bisa meninggalkan komen di kolom komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment