Penulis : Dinda Pranata
Kata-kata indah tidak cuma dimiliki oleh bahasa Inggris atau bahasa asing, bahasa Indonesia juga memiliki banyak sekali kata-kata Indah. Bahasa Indonesia sendiri memiliki banyak kata yang diambi dari bahasa Kata-kata indah itu pun memiliki cerita sendiri dan membuat pemaknaan kata-kata itu bisa berubah. Bagaimana bisa dan apa kata indah yang berubah makna itu?
Bahasa Jawa Kuno Dipakai Untuk Kalimat Puitis
Pernah mendengar kata sandhyakala? Cukup asing bukan di telinga. Kata sandhyakala merupakan kata yang tergolong indah dalam bahasa Indonesia. Sandhyakala ini berasal dari bahasa sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja atau cahaya merah saat senja. Sandhya atau sandi berarti senja sedangkan kala artinya waktu. Sayangnya, kata sandhyakala ini justru tidak terdapat dalam KBBI atau kamus besar bahasa Indonesia namun banyak muncul di kesusasteraan Indonesia seperti salah satu karya Sanusi Pane tahun 1930 berupa drama dengan judul Sandyakala Ning Madjapahit.
Kata sandhyakala ini seiring berjalannya waktu mengalami beberapa perubahan dari pengucapan, tulisan hingga pergeseran makna. Kata sandhyakala berubah menjadi kata sendyakala dan kata yang kita kenal sekarang yaitu senjakala. Tidak hanya itu, kata ini pun dipakai dalam bahasa Jawa yang biasa disebut candikala atau candikolo. Jika Kala dalam bahasa Indonesia lebih banyak menyiratkan waktu, berbeda halnya dengan bahasa Jawa yang menyiratkan kala sebagai bentuk atau wujud raksasa. Maka di sinilah bentuk pergeseran makna ini berubah menjadi negatif.
Mitos Yang Menaungi Kata Sandhyakala.
Beberapa budaya mempercayai waktu senja hari atau pergantian dari sore menjelang malam sebagai peralihan kekuatan baik dan buruk. Peralihan dari terang ke gelap inilah yang biasanya mengembangkan sebuah kepercayaan bahwa roh halus atau makhluk halus keluar di hari menjelang malam. Kepercayaan ini tidak hanya berkembang di tanah Jawa tetapi juga di beberapa daerah. Sehingga sering kali orang sering mendapat wejangan atau saran untuk segera pulang sebelum senja.
Mitos tentang sandhyakala ini pun segera berkembang dengan pesat di masyarakat zaman dulu karena memang pada masa lampau pengetahuan terbatas. Sehingga kata yang sebenarnya memiliki nilai estetika berubah menjadi menyeramkan atau negatif. Namun, pada masa modern semasa sekarang ini banyak orang dengan rutinitas yang mengharuskan senja hari masih ada di jalan entah untuk pulang atau untuk beraktifitas sehingga mitos tersebut sudah banyak ditinggalkan.
Baca juga: Hiraeth, Sebuah Kata Indah Tentang Rindu!
Dari nilai estetika sendiri waktu senja sebenarnya sangat dinikmati oleh pelaku seni atau sastra. Senja menawarkan guratan warna yang indah di langit sehingga sering diburu oleh para fotografer, pelukis atau pelaku seni lainnya. Bagi pelaku sastra kata ini selalu menjadi pilihan dalam isi kesusasteraan karena fenomena keindahan alam serta makna yang ditawarkan.
Source:
ensiklopedia.kemdikbud.go.id
jayakartanews.com