Home / Pojokan

Cecilia Dan Malaikat, Percakapan Ringan Antara Penghuni Surga Dan Bumi!

Senjahari.com - 19/07/2021

Cecilia Dan Malaikat, Percakapan Ringan Antara Penghuni Surga Dan Bumi!

Penulis : Dinda Pranata

Cecilia dan malaikat salah satu novel karya Jostein Gaarder selain dunia Sophie yang syarat akan filsafat tentang alam semesta. Novel ini menceritakan tentang pertemuan Cecilia dengan Malaikat Ariel saat Cecilia terbaring sakit. Pertemuan mereka terjadi pada hari Natal dan percakapan dua orang yang memiliki keingintahuan besar tentang bagaimana perbedaan bumi dan surga. Apa makna yang tersirat dari percakapan mereka dan tantangan bagi pembaca untuk buku ini?

Rahasia Penghuni Surga Dan Bumi.

Dalam percakapan antara Cecilia dan Malaikat Ariel terlihat bagaimana manusia memandang malaikat sangat berbeda dengan malaikat itu sendiri. Malaikat memandang manusia itu tidak nyata dan tidak dapat disentuh. Begitu pula dengan benda yang ada di alam manusia. Malaikat di surga tidak dapat merasa dengan panca indra manusia, karena sifat mereka lebih rohaniah. Alam malaikat tidak tertembus oleh mata dan Malaikat ariel mengibaratkannya dunia dalam cermin. Ibarat ini seperti kalian bisa melihat diri sendiri tetapi tidak dapat menggenggam diri kalian di cermin. Lantas bagaimana manusia memandang surga?

Ketika malaikat Ariel bertanya kepada Cecilia untuk memberitahunya bagaimana rasa menjadi manusia yang memiliki indra dan seperti apa memiliki berbagai rasa, terkadang Cecilia kesulitan menterjemahkannya. Manusia lebih banyak menerima sensasi panca indra seolah sensasi rangsangan itu terjadi begitu saja. Contohnya menyentuh rasa dingin seperti salju, terasa menggigit di kulit seolah ada ratusan semut menggigit. Atau bagaimana rasanya bisa bermimpi, kita merasa seperti aktor yang memainkan peran sekaligus penonton yang melihat. Jawabannya tidak sesederhana jawaban enak, aneh, dingin, sulit dan lainnya.

Rahasia di dua alam tersebut bisa kita terjemahkan sebagai peng(ada)an dan keber(ada)an. Manusia sebagai peng(ada)an yang sengaja Tuhan ciptakan untuk memenuhi alam semesta yang luas. Sedangkan malaikat sebagai keber(ada)an yang Tuhan ciptakan untuk menjadi bagian dari diriNya di alam semesta. Seperti yang ada dalam buku tersebut tentang kisah adam dan hawa bahwa mereka tercipta sebagai anak-anak di Surga yang semakin dewasa semakin ingin tahu dan akhirnya melakukan kesalaahan.

Setiap detik, bunyi-bunyi baru muncul dari lengan jas Tuhan. Sim salabim! setiap detik pula, ada orang-orang yang menghilang. Mantra KELUAR terucap, maka kau pun harus keluar…
Bukan kita yang datang ke dunia. Dunialah yang datang kepada kita. Terlahir sama artinya dengan dianugerahi seluruh dunia ini. Kadang-kadang Tuhan hanya berkata “Aku tahu, banyak hal bisa dibuat berbeda, tetapi semua sudah terjadi, dan aku sudah berbuat sebisa-Ku.

Cecilia dan Malaikat hal 67-68.

Makna Tersirat Dari Kisah Cecilia

Cecilia dan Malaikat Ariel
Ilustrasi cecilia dan malaikat ariel/ credit by: canva.com

Banyak hal yang tersirat dalam kisah ini selain ‘rahasia’ bumi dan surga. Salah satunya tentang bagaimana Tuhan menciptakan malaikat dan manusia. Makna tersiratnya adalah kita bisa merenungkan bahwa dalam diri manusia terdapat percikan api Tuhan yang menuntunnya dalam perbuatan-perbuatan baik. Kita pun tidak pernah tahu apakah bagian kecil Tuhan dalam diri kita menceritakan semua perbuatan kita padaNya. Sama seperti penggalan kisah tentang burung-burung Odin yang merupakan mitologi norse yang mana burung gagak Odin tercipta agar Odin bisa melihat dan mendengar kisah dunia saat ia tidak bisa melihatnya.

Selain menceritakan kisah tentang bagian Tuhan dalam diri manusia, Malaikat Ariel pun berkata bahwa penciptaan dunia ini pun tidak sempurna dan Tuhan pun tahu tentang itu. Contoh penciptaan yang tidak sempurna seperti Usia manusia, kemampuan manusia yang terbatas dan lainnya. Makna tersiratnya yaitu Tuhan sudah tahu bahwa penciptaannya tidak sempurna dan sebagai konsekuensinya Tuhan pun tidak meminta manusia menjadi sempurna. Keterbatasan itu membuat manusia secara ikhlas menerima keterbatasan yang Tuhan ciptakan.

Tantangan Untuk Pembaca Dalam Novel Cecilia dan Malaikat.

Bahasa dalam buku ini cukup mudah sehingga siapapun bisa memahami setiap gambaran cerita di dalamnya. Bahasa yang ringan tentang topik yang berat memang menjadi ciri khas Jostein agar pembaca lebih menikmati filsafat tanpa harus mencerna sedemikian sulitnya. Tapi walau bahasanya ringan, pembaca justru ditantang untuk membayangkan bagaimana keberadaan surga itu sendiri. Apakah yang selama ini tergambar dalam bayangan kita sudah sama seperti surga terdiri dari bidadari cantik, taman yang indah, alunan musik yang menggema serta keceriaan? Tetapi penggambaran surga dalam buku ini berbeda. Malaikat Ariel justru menggambarkan surga sebagai keseluruhan jagad raya beserta planet dan benda-bendanya. Tentu saja ini sangat berbeda dengan apa yang tergambar dalam film-film fiksi yang selama ini kita tonton.

Tantangan lain dari membaca kisah ini adalah bagaimana menemukan dan menyadari hakikat kehidupan sebenarnya. Kita hanya hidup kemudian mati, tetapi kita hidup untuk menemukan makna sejati dari kehidupan kita. Dari kutipan pada halaman 67-68 di atas kita perlu menafsirkan ulang bagaimana hakikat keber(ada)an manusia yang sesungguhnya. Masih banyak misteri kehidupan alam yang belum terjawab termasuk hakikat kehidupan bagi manusia.

Bagi kalian yang pernah membaca buku ini, bisa komen di kolom komentar. JIka artikel ini bermanfaat, kalian bisa share dan bantu kami berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment