Penulis : Dinda Pranata
Di Era digital orang mulai mencari buku digital seperti e-book untuk menghemat area penyimpanan. Selain hemat ruang di lemari, orang juga bisa menghapus atau mengunduh ulang jika memerlukan buku jenis ini. Walau memiliki banyak keuntungan banyak orang yang masih belum bisa beralih sepenuhnya ke buku digital. Banyak peneliti yang melakukan penelitian untuk membuktikan apakah benar buku digital belum bisa mengganti buku cetak. Hasilnya di luar dugaan dimana orang masih mencari buku cetak daripada digital. Tapi, apa sih penyebab orang belum bisa beralih ke buku digital?
Persepsimu Memainkan Peran Terhadap Pilihan Buku.
Seorang profesor asosiasi UA yang meneliti persepsi konsumen bernama Profesor Sabrina Helm menyatakan bahwa, kepemilikan benda memiliki unsur yang disebut kepemilikan psikologis. Istilah kepemilikan psikologis ini biasanya tidak selalu terkait dengan kepemilikan legal atau yang berhubungan dengan hukum. Hal ini terkait dengan persepsi seseorang tentang apa yang saya miliki. Sekelompok peneliti meneliti pengalaman membaca buku melalui e-book dan juga buku fisik.
Nyatanya konsumen yang membaca melalui buku fisik kebanyakan memiliki persepsi bahwa buku fisik menawarkan sensasi pengalaman yang berbeda. Berbanding terbalik dengan pengalaman yang mereka miliki saat membaca buku digital. Dari jurnal penelitian yang diterbitkan science daily tahun 2018 mengatakan bahwa dengan responden dari berbagai usia dan generasi, buku fisik memang cenderung dekat dengan kehidupan seseorang. Hal ini terkait dengan pengalaman mereka saat menyentuh buku, memberikan tanda pada buku, atau mengenang buku yang mereka baca saat masih anak-anak.
Persepsi mereka terhadap e-book justru tidak merasakan adanya pengalaman nyata membaca buku. Responden penelitian tersebut menyatakan bahwa saat mereka membaca e-book mereka tidak merasakan sensasi fisik seperti membaca buku cetak. Seolah mereka hanya mendapatkan layanan membaca buku tanpa bisa merasakan menandai buku, mengenang dan bahkan menyentuhnya. Sebagian besar mereka merasa e-book memberikan sensasi yang terbatas sehingga mereka tidak mendapatkan kendali atas buku yang mereka miliki seperti keterbatasan untuk berbagi dengan teman atau menjual buku yang sudah mereka baca. Lantas bagaimana dengan data persentase buku fisik dan e-book?
Buku Cetak Masih Berjaya Di Era Digital.
Beberapa media menyoroti bagaimana nasib buku fisik di era digital. Nyatanya pada tahun 2020 kominfo melakukan jajak pendapat bahwa orang-orang masih memilih buku fisik daripada buku digital. Berdasarkan data dari laman kompas (28/9/2020) dari 232 responden sejumlah 77,2 persen orang yang menjawab voting lebih memilih buku fisik, sedangkan 22,8 persen lainnya memilih e-book. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia negara maju seperti Inggris dan Amerika pernah melakukan survei terhadap pemilihan buku fisik atau ebook.
Baca juga: The Perks of Being A Wallflower-Pencarian Jati Diri Seorang Remaja.
Media yang pernah melaporkan hasil survei tersebut seperti CNBC (19/9/19) menyatakan bahwa tahun 2019 pendapatan terbanyak dari penerbit dari hasil penjualan buku fisik sebanyak 22,6 Miliyar Dolar sedangkan 2,04 Miliar dolar dari penerbitan buku elektronik. Walaupun di Amerika dunia digital sudah menjangkau banyak orang, namun mereka cenderung memilih buku fisik yang membutuhkan penjelasan yang detail dan ramah terhadap mata. Mereka lebih cenderung menikmati berita atau artikel yang pendek dengan perangkat digital.
Perjalanan masyarakat dalam menerima buku fisik memang sangat panjang setidaknya perlu ratusan tahun sampai menjadi manfaat sepenuhnya. Bisa jadi pemanfaatan buku digital secara penuh tak ubahnya dengan perjalanan buku fisik. Lantas bagaimana perjalanan buku fisik ini?
Jika menurut kalian informasi ini bermanfaat, kalian bisa bagikan info ini dan bantu kami berkembang!
Source:
Sciencedaily.com
Kompas.com
Cnbc.com