Home / Jendela

Fenomena Virtue Signaling. Apa Itu?

Senjahari.com - 27/07/2021

Fenomena Virtue Signaling. Apa Itu?

Penulis : Dinda Pranata

Virtue signaling? Sebagian dari orang sangat asing dengan istilah ini. Virtue signaling sendiri begitu populer dan sering sekali kita lihat di media sosial seperti tiktok, facebook, instagram. Contoh nyatanya seperti mereka yang berdonasi dan mempostingnya ke media sosial atau mereka yang memamerkan kekayaan di media sosial. Lantas apa sih virtue signaling dan apa dampak dari fenomena ini?

Virtue Signaling Seperti Topeng Di Dunia Maya.

Istilah ini muncul sebagai dampak dari adanya fenomena sosial dan postingan di dunia digital. Beberapa pihak menduga pertama kali istilah ini muncul dalam esai David Foster Wallace berjudul tense present di tahun 2001, ada juga pihak yang menduga istilah ini muncul dari seorang jurnalis Inggris bernama James Bartholomew di tahun 2015. Virtue signaling merupakan istilah yang merujuk pada tingginya moral seseorang. Orang yang melakukannya menggunakannya sebagai wacana moral, agar orang lain memberikan pengakuan. Pengakuan itu berupa pujian tentang moral tersebut atau like pada sosial media. Demi meningkatkan keyakinan moral orang lain membenarkan peran seseorang entah influencer, publik figur, politisi, artis atau kelompok tertentu dalam melakukan fenomena sosial ini. Namun jika seseorang yang melakukan tindakan tini erlalu mementingkan dirinya sendiri maka bisa berdampak pada kesombongan. Bisa juga seseorang itu menjadi pribadi yang narsistik.

Berdasrkan jurnal berjudul Virtue signalling is virtuous yang mengutip Tosi dan Warmke menjelaskan bahwa satu masalah bisa menimbulkan semacam kemunafikan yang mana mereka mengaku prihatin atau marah atas ketidakadilan atau kemalangan orang lain. Tetapi pada batas tertentu, mereka memiliki keinginan untuk memberitahu orang lain betapa bermoralnya dirinya. Seringkali ini akan menempatkan orang yang melakukan tindakan sosial ini menjadi narsistik, sombong dan munafik. Hal ini semacam topeng identitas seseorang dalam menutupi sifat aslinya entah ia orang yang kurang perduli terhadap lingkungan atau sifat inferior.

Melansir halaman sindonews menjelaskan ada dua penyebab orang melakukan tindakan ini. Yang pertama karena seseorang ingin mengikuti pendapat atau tindakan orang lain. Kedua, seseorang hanya sekedar ikut-ikutan fenomena atau konten yang membahas isu-isu tertentu tetapi tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Fenomena Yang Memiliki Dua Sisi Mata Uang

Ilustrasi virtue signaling
Ilustrasi virtue signaling/ credit by canva.com

Virtue signaling merupakan fenomena sosial di dunia digital yang memiliki dampak seperti dua sisi mata uang. Satu sisi menjadi dampak buruk tidak hanya bagi orang yang melakukan, satu lagi bisa menjadi baik tergantung dari bagaimana orang melakukan fenomena sosial ini. Eh, melakukan? Iya, lebih tepatnya melakukan tindakan ini secara sengaja untuk tujuan tertentu dan cara tertentu.

Baca juga: Efek Hari Ulang Tahun-Terdengar Bahagia Tapi..

Dampak buruk dari fenomena ini antara lain: bisa berakibat seseorang overacting dalam menilai sesuatu kebaikan dalam dirinya, menjadikan dirinya seorang narsistik, menumbuhkan rasa ketidakpercayaan publik jika pelaku melalukannya hanya untuk ikut-ikutan saja. Orang yang melakukan tindakan hanya untuk ikut-ikutan biasanya mendapatkan dorongan dari faktor psikologis. Faktor tersebut misalnya keinginan dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dan bisa juga karena ingin mendapatkan manfaat dari yang orang lain lakukan.

Virtue signaling jika dilakukan dengan cara yang tepat tentu saja bisa menghasilkan dampak yang baik bagi orang lain dan pelakunya. Evan Westra dalam jurnal Virtue signaling and moral progress bahwa fenomena ini bisa memberikan dampak yang baik bagi kemajuan moral. Menurut penelitian tersebut landasan dalam psikologis kesesuaian norma membuat norma sosial mudah mengalami perubahan ketika menghadapi argumen yang rasional. Dengan virtue signaling penyebaran norma baru akan berjalan lebih efektif.

Virtue signaling bisa menjadi positif dan negatif tergantung dari pelaku dan pemirsa yang menontonnya. Pelaku yang melakukannya dengan tujuan positif dan bukan sekedar ikut-ikutan saja bisa menyebarkan nilai positif pada orang lain. Tetapi, jika pelaku virtue signaling negatif maka hal itu pun bisa berdampak pada tersebarnya nilai negatif pada masyarakat.

Source:
Levy, N. Virtue signalling is virtuous. Synthese (2020)
gensindo.sindonews.com
westra, evan. 2021. Virtue signaling and moral progress. Philosophy and Public Affairs 90 no.2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment