Penulis : Dinda Pranata
Olimpiade merupakan pesta olahraga sejagad yang mana banyak orang menantikannya. Mereka menghelat acara akbar ini setiap lima tahun sekali. Tahun ini Olimpiade 2021 dilakukan di Tokyo Jepang dimana kita bisa melihat beragam kemegahan teknologi saat upacara pembukaannya. Jika saat ini olimpiade dilakukan dengan beragam teknologi. Bagaimana dengan olimpiade di zaman kuno?
Olimpiade Untuk Menghormati Zeus.
Jauh sebelum perhelatan modern ini berlangsung sebenarnya olimpiade sudah ada pada masa Yunani kuno sebagai bagian dari tradisi mereka. Dalam sebuah catatan pertama kali perhelatan ini berlangsung pada abad ke-8 SM dan berulang setiap empat tahun sekali pada tanggal 6 Agustus sampai16 September. Legenda mengatakan bahwa Hercules mendirikan pekan olahraga ini pada akhir abad ke 6 SM sehingga pekan olahraga ini menjadi populer. Tujuan menyelenggarakan pekan olimpiade ini adalah untuk menghormati dewa Zeus yang pelaksanaan acaranya di kuil suci Olympia di bagian barat semenanjung Peloponnese. Acara ini pun bernama Olimpiade yang berasal dari lokasi tempat terselenggaranya kegiatan itu.
Catatan pertama acara ini tertulis pada tahun 779 SM yang mana seorang juru masak memenangkan juara pertama acara lari 192 Meter bernama Stade (lomba lari yang namanya menjadi asal kata ‘stadion’). Setelah melewati 13 pesta olahraga, dua balapan baru bergabung dalam stade. Olahraga itu antara lain diaulos (lomba lari jarak pendek 400 meter), dan dolichos (lombaan lari jarak jauhkurang lebih 1.500 atau 5.000 meter). Lalu ada juga Pentathlon (lima olahraga tambahan termasuk lomba lari, lompat jauh, lempar cakram dan lembing dan pertandingan gulat) pada 708 SM.
Di tahun berikutnya pesta olahraga di Yunani ini menambah banyak lomba olahraga. Olahraga-olahraga antara lain seperti tinju pada 688 SM, balap kereta di tahun 680 SM dan di tahun 648 SM ada pankration yang merupakan kombinasi tinju dan gulat. Tetapi partisipasi atlet pada olimpiade kuno hanya terbatas pada atlet pria saja. Biasanya mereka hanya berlaga dalam satu hari dan malam harinya akan melakukan perjamuan kepada para pemenang, dengan semakin beragamnya olahraga maka mereka pun memperpanjang pesta ini menjadi empat hari.
Dari Perayaan Ritual Dan Fenomena Kecurangan.
Dalam tradisi Yunani Kuno orang yang berpartisipasi dalam pesta olahraga ini juga melakukan ritual keagamaan. Mereka yang mengikuti pesta ini berkorban tenaga, uang dan waktu untuk menghormati Zeus dan ketika mereka menang hal itu menjadi kenikmatan dari Dewa untuk mereka dan kotanya. Olimpiade kuno menjadi wadah bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan dan ketaatan kepada Dewa. Salah satu penyair Thebes Hesiod yang mengutip pada laman the conversation, menyanyikan “Para dewa membuat keringat menjadi harga keunggulan.” Sayangnya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam perhelatan ini tidak semua rakyat Yunani bisa merasakannya. Perhelatan olahraga ini membatasi kegiatannya hanya untuk mereka yang berasal dari kelas sosial tertentu.
Baca juga: Lari Menjadi Olahraga Tertua Di Dunia? Kamu Perlu Tahu!
Mereka yang lahir dari keluarga bangsawan memiliki banyak sumber daya seperti uang, dukungan, dan pelatihan untuk mengikuti kontestansi ini. Bangsawan yang memiliki sumber daya bisa mensponsori pemain/atlit baik dalam memberikan pelatihan atau biaya perjalanan menuju tempat perhelatan. Belum lagi fenomena ‘taruhan’ dari para pemberi sponsor peserta olahraga ini sehingga bisa mengundang kecurangan dan penyuapan juri. Melansir dalam laman Ancient Olympic memberikan salah satu contoh kasus penyuappan Damonikos dari Elis. Ayah dari seorang anak muda yang mengikuti perhelatan, menjanjikan suap ke ayah lawan putranya. Ayah dari anak tersebut memastikan agar putranya menang dalam pertandingan gulat. Panitia acara tersebut mengetahui dan kedua ayah mendapatkan sanksi denda.
Ternyata Olimpiade zaman kuno juga rentan terhadap kecurangan dan jika sekarang siapapun dari golongan mana pun bisa mengikuti pekan olahraga ini, tetapi di zaman kuno kegiatan ini terbatas bagi mereka yang memiliki sumber daya dan kelas tertentu.
Source:
Britannica.com
History.com