Penulis : Dinda Pranata
Ketika berangkat sekolah Pia sapaan akrab Pingkan suka melihat ibunya merapikan tamannya. Taman depan rumahnya terlihat asri dengan macam bunga yang membuatnya selalu merasa nyaman berada di rumah. Apalagi kamarnya yang menghadap langsung ke taman membuatnya betah berlama-lama tinggal di sana. Suatu hari sepulang sekolah, ia mendapat tugas mengarang dari guru bahasa Indonesianya. Ia tidak tahu harus membuat karangan apa yang berhubungan dengan alam. Saat ia sedang duduk di jendela menikmati taman bunga ibunya dan melihat bunga krisan ia mendapatkan ilham. Entah apa yang menyihirnya, tapi hal itu terus berulang setiap ia berada di alam yang hijau. Sejak saat itu Pia menyukai alam, hijau dan menulis. Lantas apa benar alam bisa membuat ide menulis lebih cepat? Bagaimana nyatanya menulis bisa menjadi aksi mitigasi perubahan iklim?
Proses Kreatif Berjalan Karena Ada Alam.
Banyak orang yang bilang menulis atau bahkan proses kreatifitas tidak ada hubungannya dengan alam. Padahal sebenarnya ada, pada kasus Pia yang tiba-tiba mendapatkan inspirasi untuk tugas mengarangnya bukan hal yang mustahil saat berhadapan dengan alam. Menurut sebuah studi penelitian bahwa menghabiskan waktu di alam bisa mengaktifkan atau menstimulasi bagian otak yang berhubungan dengan kreatifitas atau ide. Oleh karena tak heran para pelaku seni atau kreatifitas seperti penulis, pelukis, fotografer, penari atau pelaku kreatif lain memiliki rasa cinta terhadap alam sangat besar.
Alam menghadirkan sesuatu yang berbeda seperti cara pandang kita terhadap keindahan itu sendiri dan kita bisa merasakan relaksasi yang luar biasa. Seperti sebuah penelitian dari Universitas Stanford bahwa orang yang menghabiskan waktu di lingkungan alami secara tidak langsung mengalami perubahan alami dalam memandang waktu dan cenderung merasa kagum sehingga tak terasa waktu sudah begitu lama berjalan.
Seorang pelaku seni dan kreatifitas lain sangat membutuhkan alam untuk mengaktifkan ide mereka. Sudah lama sekali sejak isu perubahan iklim ini terjadi, bahkan sudah banyak ekspedisi yang dari para peneliti untuk mencegah terjadinya perubahan iklim ekstrim yang bisa merusak alam, tapi sayangnya masih banyak orang yang kurang perduli akan alam itu sendiri. Contohnya sederhananya mereka yang membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah industri dan lainnya. Lalu apakah mungkin menulis bisa menjadi langkah mitigasi perbaikan iklim?
Menulis Membuat Sadar Bahkan Alam Bukan Sekedar Pemandangan.
Semakin sering berada di alam semakin sadar Pia akan betapa pentingnya alam bagi proses kreatifnya. Sekarang Pia yang tumbuh menjadi seorang blogger dan ibu rumah tangga mulai mengajarkan sang anak untuk mencintai lingkungan dan merawat apa yang mereka miliki sendiri. Seperti hal sederhana membuang sampah pada tempatnya, memisahkan botol plastik dan lainnya. Bahkan hal sederhana yang Pia lakukan saat ia kehabisan ide tulisan adalah menghias dan merawat taman mungil yang ia miliki di rumah. Entah dengan DIY sederhana atau sekedar memangkas dahan daun dari tanamannya agar ia bisa tumbuh dengan baik.
Baca juga: TanyaKenapa Sinar Matahari Berwarna Kuning, Merah, Atau Orange?
Ia menumbuhkan berbagai jenis bunga seperti krisan, mawar, kamboja, krokot dan lainnya. Ia pun mendesaign sendiri taman mungil di depan dan samping rumahnya agar saat kehabisan ide ia tidak perlu jauh pergi keluar rumah. Ketika mendesign taman sendiri, Pia merancang untuk menanam beberapa pohon selain menjadi lebih rindang, pepohonan juga bisa menyerap karbondioxida dalam rumah seperti saat memanaskan kendaraan, atau memasak menggunakan kompor gas. Tak hanya karena menulis dan membutuhkan kehadiran keindahan itu, ia sadar bahwa mencegah perubahan iklim harus mulai dari diri sendiri dan lingkungannya.
Tak hanya masalah menanam pohon atau bunga-bungaan. Pia tidak kehabisan ide untuk memanfaatkan sayuran yang sudah ia pakai untuk memasak sehingga bisa ‘dihidupkan kembali’. Seperti contohnya kangkung yang ia beli dari pasar, setelah memetik daunnya untuk memasak, ia pun mengambil batang sisa untuk ia tanam kembali. Awalnya ia hanya mencoba apakah mungkin melakukannya, tapi nyatanya tanaman itu tumbuh subur dalam pot. Hal ini membuatnya takjub bahwa manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali apa yang sudah mereka ambil dan bukan tidak mungkin memperbaiki perubahan iklim di bumi yang juga terjadi karena manusia. Ia pun menyuarakan idenya dan pemikiran yang ia dapatkan dalam berkebun dalam tulisannya. Lantas bagaimana menulis bisa menjadi cara mitigasi perbaikan iklim bumi?
Menulislah Dari Hati.
Pernah suatu hari karena ada urusan di luar rumah, ia meninggalkan rumah selama 7 jam lamanya. Sepulangnya dari luar kota ia melihat tanamannya layu karena tidak mendapatkan cukup air. Ia membayangkan jika seandainya tanaman ini bisa berbicara ia akan berkata “aku haus, di sini sangat panas! Beri aku air!” Dan segeranya ia mengambil air untuk menyirami tanaman-tanaman itu. Ia memang merasakan bagaimana panasnya bumi yang terkadang membuat layu tanaman yang ia tumbuhkan dari bibit. Merawat tanaman sama seperti merawat manusia yang harus diberi makan, minum, nutrisi dan penghiburan agar tidak stress. Ia mengembangkan pola pikir serupa bahwa bumi pun merasa demikian jika mereka terus dieksploitasi tanpa perawatan, suatu ketika bumi akan merasa stress dan tidak bisa mengatur suhu alaminya.
Menulis yang sudah menjadi hobinya sejak ia mampu mendapatkan ide dari taman ibunya menjadikannya semakin peduli terhadap lingkungan dan alam sekitarnya. Menurutnya hal yang terpenting bagaimana mengembangkan kesadaran peduli lingkungan dari diri sendiri sebelum mengharapkan orang lain untuk peduli terhadapnya. Untuk #mudamudibumi yang tak lagi muda ia tak hanya berusaha menciptakan tulisan yang enak dibaca tetapi sebuah gerakan seperti #TimeForActionIndonesia #UntukmuBumiku agar lebih sehat. Dengan tulisan ia bisa menggerakkan hati tetapi dengan aksi ia bisa menggerakkan inisiatif. Di hari sumpah pemuda ia berkata pada diri sendiri “aku bersumpah dengan menulis aku akan membagikan pengalaman pada masyarakat, tentang memanfaatkan taman pribadi sebagai tempat mencari ide tulisan sebagai langkah sederhana mitigasi perubahan iklim.“
Source:
medium.com
nationalgeographic.com