Home / Headline / TanyaKenapa

Tanya Kenapa-Orang Suka Sebar Foto Korban Kecelakaan Tanpa Sensor?

Senjahari.com - 15/11/2021

Tanya Kenapa-Orang Suka Sebar Foto Korban Kecelakaan Tanpa Sensor?

Penulis : Dinda Pranata

Gusman mendengar suara riuh dan terlihat orang bergerombol di depan warung tempat ia membeli makan. Di depan warung tersebut merupakan jalan yang tidak terlalu besar tapi banyak mobil dan motor yang lalu lalang. Ia mendekati kerumunan itu untuk melihat ada apa dan ternyata seorang ibu bersama anaknya mengalami kecelakaan sepeda motor . Tapi ada yang aneh disana, beberapa orang sibuk memotret kejadian itu sebagian yang lain membantu meminggirkan sepeda sang ibu, dan orang yang menabrak sang ibu membantu sang ibu menepi. Syukurlah ibu tersebut tidak apa-apa hanya terluka pada bagian tangan dan kakinya. Gusman kemudian berpikir mengapa orang suka mengabadikan momen naas itu dan membagikannya?

Peran Media Sosial Dan Dampaknya

“kamu tau nggak ada kecelakaan tadi pagi di depan warung langganana kita?” Wawan salah satu teman kost gusman bertanya padanya. “Aku dapat dari group anak kost tadi.” Wawan pun menunjukkannya pada Gusman pesan berantai dari aplikasi chattingnya.

Gusman membaca pesan itu dan sangat terkejut bahwa wajah ibu, anak dan pengendara yang menabrak tidak di blur oleh pengirim. “Jangan disebarkan lagi wan, ini sudah tidak beretika.”

“Aku sudah meneruskan pesan ini ke anak-anak kampus.” Wawan dengan polosnya menjawab dan Gusman hanya menpuk jidatnya. “Kamu tau nggak ini nggak baik dan nggak beretika?” Wawan hanya menggeleng dan tak lama Gusman menjelaskan mengapa bisa begitu dari informasi yang ia baca.

Pengalaman yang wawan alami merupakan salah satu dampak negatif dari media sosial. Media sosial tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga sisi gelap dari media sosial itu. Salah satunya adalah sharing informasi, baik berupa foto maupun video di media sosial. Menurut beberapa penelitian seperti salah satu jurnal berjudul Social media? It’s serious Understanding the dark side of social media menjelaskan sisi gelap media sosial tersebut.

Baca juga: Tanya Kenapa - Orang Asia Timur Memakai Sumpit?

Sisi gelap yang dipaparkan jurnal tersebut antara lain bagaimana orang dengan mudah membagikan foto, video atau berita. Selain itu percakapan tidak akurat yang bersifat agresif dan cenderung kurang beretika, serta kecenderungan hubungan sosial yang dangkal dan lainnya. Hal ini menyebabkan seseorang perlu memiliki edukasi yang cukup tentang pengetahuan akan bermedia sosial secara bijak. Lantas apa alasan seseorang membagikan informasi kecelakaan atau musibah begitu saja?

Antara Kebaikan Dan Eksistensi Yang Kabur.

Berdasarkan dari laman berita seperti kompas (19/01/2017) menyebutkan bahwa alasan orang dalam menyebarkan foto atau video musibah/kecelakaan adalah karena adanya sifat manusia yang ingin menjadi yang pertama dalam menyebarkan informasi atau berkomentar. Semacam adanya keinginan untuk tampil atau menunjukkan eksistensinya. Tidak hanya masalah ingin menjadi yang pertama menyebarkan informasi tersebut pada komunitasnya, ada pula alasan kebaikan seperti ingin mengingatkan untuk lebih waspada atau berhati-hati.

Namun sayangnya ada celah kabur di antara sisi baik dan sisi buruk dari pesan-pesan tersebut. Salah satunya adalah masalah privasi dan etika yang banyak orang belum mengerti sepenuhnya. Jika kita hendak mengirimkan informasi kecelakaan dengan menyertakan video atau foto korban, orang perlu memperhatikan hal seperti sensor pada foto korban atau foto yang menunjukkan identitas korban (contoh alamat rumah, nomor rumah, plat nomor, dll). Hal ini bermaksud untuk melindungi korban dari perilaku tidak baik orang yang ingin memanfaatkan kondisinya entah secara fisik atau materi. Selain itu juga menghindari dampak yang muncul setelah pemberitaan mengenai korban. Memang apa dampaknya?

Dampak-Dampak Tak Kasat Mata Pada Korban Dan Penerima Informasi.

Dampak fisik dapat kita lihat dari ada atau tidaknya luka pada tubuh korban dalam suatu musibah. Selain dampak fisik bisa juga memunculkan dampak materi yang dapat kita lihat pula kerusakan materi dari korban musibah. Tapi ada hal yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata yaitu dampak psikologis dari korban.

Bagi seseorang yang menyebarkan video atau foto mereka yang menjadi korban dari kecelakaan atau sebuah musibah mungkin tidak akan berfikir bagaimana kondisi psikologis dari si korban itu sendiri atau bahkan penerima informasi tentang korban. Korban dalam sebuah bencana, musibah atau kecelakaan bisa mengalami trauma atas kejadian tersebut, tidak hanya trauma tetapi mereka bisa memperoleh stigma-stigma negatif. Dampak psikologis inilah yang tidak dapat dirasakan langsung oleh penyebar berita atau pesan tentang korban tersebut. Contohnya menyebar foto anak yang menjadi korban kekerasan seksual bisa menyebabkan stigma pada anak tersebut dan keluarganya.

Baca juga: Menfess- Fenomena Anonimitas Dunia Maya. Kata Apa Sih?

Selain berdampak pada korban dan keluarga, informasi penyebaran foto korban juga pada psikologis penerima informasi itu, bukannya kita bisa membuatnya waspada justru kita menebarkan ketakutan akibat foto-foto tersebut. Dalam istilah psikologi kita bisa menyebutnya secondary trauma atau trauma tidak langsung. Seperti contohnya pada penyebaran foto kecelakaan artis Vanessa Angel dan Suaminya dalam tragedi kecelakaan tol, secara tidak langsung bisa menyebabkan orang yang menerima pesan berantai atau unggahan foto mendiang di media sosial mengalami trauma atau takut untuk melewati jalan tol.

“Peran media sosial memang tidak bisa dipungkiri bisa membawa manfaat baik, tetapi juga bisa membawa dampak buruk jika tidak bijak dalam menyebarkan informasi.” Wawan melanjutkan. “Jangan hanya karena buru-buru ingin menjadi yang pertama membawa pesan dalam komunitas, atau buru-buru mengingatkan untuk waspada atau bahkan sekedar pamer informasi, kita jadi tidak berempati dan kehilangan rasa kemanusiaan itu sendiri.” Wawan akhirnya mengakhiri penjelasannya dan Gusman mengangguk-anggukan kepala sambil meresapi penjelasan temannya itu.

Source:
kompas.com
psychiatrictimes.com
Baccarella, C. V., et all. (2018). Social Media? it’s serious! understanding the dark side of social media. European Management Journal, 36(4), 431–438.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Senangnya bisa komentar di blog kakak
Salam kenal ya kak
Sukses Selalu
Semangat

artikelnya bagus.. 😉

Tidak sepantasnya kita menyebarkan ketakutan ke sesama, yang seharusnya kita menyebarkan kebaikan yang akan berdampak positif.

Betul pak.. salam inspiratif.. 😁

Bener kak, terdang lihat postingan tanpa sensor. Ingin segera sebar tanpa dikonfirmasi kabarnya benar atau ndak, atau izin dulu ke yang bersangkutan/keluarga untuk diupload dan disebarkan gambarnya. Kalau sekali jurnalis, ini melaggar etika dalam menulis.

iya kakak, kadang ngeri kalo dapat pesan-pesan kaya gitu. Auto nggak bisa tidur.. haha.. 😀

Memang seharusnya lebih bijak dalam menggunakan media sosial ya Kak. Duuh, mengambil video kecelakaan tanpa ijin dan sensor, enggak beretika banget ya, apalagi hanya demi eksistensi, enggak pikirkan juga dampak negatifnya

iya kak, nggak sopan dan kurang beretika. Jadi kita kudu waspada.. ^^

Hal-hal yang menyangkut privacy selayaknya kita sikapi dengan bijak, termasuk apa yang disampaikan oleh penulis pada artikel ini. Terima kasih sharingnya

Sama-sama mas.. salam inspiratif.. ^^

Mohammad Rizal Abdan Kamaludin

Saya memang kurang setuju kalau ada orang kecelakaan atau tertimpa musibah malah direkam dan difoto sembarangan, kasihan dan kurang sopan menurut saya.

Nampaknya mereka sudah kehilangan etika. Setidaknya kita mengingatkan agar kekhilafannya berhenti ya kak.. ^^

Karena merasa ingin jadi yang pertama, merasa kayak yang “wah ni lho aku yg bagiin ke kamu”. Padahal nonsense yah, ngga ada manfaatnya. Suka banget sama tulisannya, semoga banyak yg baca ini sih yaa biar pada sadar

Amin.. Amin kak.. Semoga kita juga terhindar dari perilaku begini jadi lebih aware sama sekitar.. ^^v

sebenarnya, setau saya klo di bidang jurnalis tidak di perbolehkan membagikan gambar korban atau pelaku secara langsung, karena itu menyangkut pada hak privasi

benul, eh.. betul.. udah ada kode etik jurnalisme kan ya.. ^^v

16 Responses