Home / TanyaKenapa

Tanya Kenapa-Permukaan Es Licin? Baca Ini Dulu!

Senjahari.com - 30/11/2021

es menjadi licin

Penulis : Dinda Pranata

“Mel.. Amel.. Ambilkan mama es batu di freezer!” Seru mama di dapur belakang saat amel berjalan menuju lemari es.

“Iya!” Teriaknya sambil membuka lemari freezer dan mengambil bongkahan es besar dalam plastik. Saat menyentuh tangannya terasa digigit karena dinginnya es. Saat hendak memindahkan es ke tangan satunya, es nyaris tergelincir dari tangannya tepi berhasil dia tangkap.

“Astaga kenapa es ini licin banget sih?!” Gerutunya dalam hati sambil berjalan cepat setengah berlari, menuju dapur belakang untuk diberikan kepada mamanya.

“Amel dan es dalam freezer” cerita ilustrasi pribadi

Jangan Salahkan Diri Sendiri Karena Es Menjadi Licin!

Permukaan Es Licin
Permukaan Es Licin ilustrasi by canva.com

Tentang Es yang mencair sebenarnya sempat menjadi perdebatan di kalangan para ilmuan. Aha! Ini memang pertanyaan yang konyol tapi justru didebatkan ya kan. Akhir dari perdebatan itu memunculkan adanya teori-teori yang hmm.. tidak masuk akal.

Ada yang mengatakan jika seseorang menginjak permukaan es tekanan berat seseorang itu akan menyebabkan lapisan es meleleh sedikit demi sedikit dan menjadi air. Lalu ada juga yang mengatakan jika seseorang bersentuhan dengan permukaan es, sentuhan itu akan menghasilkan panas dan menyebabkan es mencair.

Kalau dipikirkan kembali, teori pertama dan kedua sekilas nampak masuk akal ya kan. Utamanya saat kita menyentuh es, tiba-tiba es sedikit mencair mengenai tangan kita. Lalu, apa benar itu semua ‘salah kita’ karena es menjadi licin? Tidak! Komponen molekul es memang bersifat kurang padat dari cairan sehingga titik lelehnya berada di bawah titik didih air. Oleh karenanya walaupun tidak disentuh oleh manusia ia akan tetap meleleh jika suhu disekitarnya berbeda dari suhu bekunya. Selanjutnya, bagaimana sifat es yang membuatnya menjadi licin?

Rahasia Dibalik Sifat Es.

Molekul dan SIfat Es

Tidak hanya manusia yang punya rahasia dan sifat asli. Nyatanya es juga memiliki sifat asli dan jarang diketahui oleh orang utamanya saat es itu meleleh. Dalam sebuah jurnal berjudul Journal of Chemical Physics mengatakan bahwa Rahasia sifat es ada pada permukaannya yang mana permukaan es itu bukan lapisan cairan melainkan adanya molekul yang lepas dari es.

Es pada dasarnya membentuk dua molekul yaitu molekul air dan molekul kristal. Pada bagian es yang padat molekul kristal lebih kuat dibandingkan dengan molekul air. Struktur es yang berbentuk kristal ini memiliki sifat teratur dan rapi. Struktur kristal yang rapi dan teratur ini melekatkan molekul air pada tiga molekul kristal di dalam es.

Sedangkan pada lapisan es di permukaan sifat molekul berbeda, molekul air hanya menempel pada dua molekul kristal sehingga sifat molekul kristal pada es menjadi lemah. Molekul air yang lemah dalam mengikat molekul kristal mudah sekali jatuh dan melepaskan diri. Itulah kenapa kita seperti melihat asap saat memegang es. Jadi sifat es yang licin hanya terjadi pada permukaannya saja. Lalu, apakah tigkat kelicinan pada es selalu dekat dengan titik lelehnya?

Titik Leleh Es Tidak Selalu Di Atas Minus Derajat!

Apakah selama ini kamu menyangka titik leleh es berada di atas angka 0 derajat celsius? Nyatanya titik leleh es tidak selalu berada di atas 0 derajat celsius lho! Kita di ruangan normal terbiasa menikmati es meleleh saat mendekati titik lelehnya di atas 0 derajat celsius. Berdasarkan pada data penelitian jurnal tersebut tingkat kelicinan es rata-rata ada di -7 derajat celcius. Ini sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang kita perkirakan.

Es memiliki tiga fase komplit yang bisa kita lihat seperti fase padat saat air menjadi es, lalu fase gas saat es akan berubah menjadi cair dan fase cair saat es berubah menjadi cair. Di Alaska misalnya dimana salju akan menjadi pasir salju hanya di suhu -40 derajat, itu justru jaih dari titik leleh es bukan. Jadi apakah jawaban tentang permukaan es ini sudah final? Tentu tidak!

Temuan ini bukan hukum alam yang bisa dikatakan final. Ini masih sekedar teori yang memungkinkan dari hasil penelitian dan uji coba. Bahkan teori-teori ini masih banyak sekali sanggahannya. Namun, jika teori ini sudah final maka kita bisa saja menyebutnya hukum seperti hukum gravitasi yang sudah final dan pasti terjadi dimana pun.

Source:
livescience.com
sciencedaily.com
insidescience.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment