Penulis : Dinda Pranata
Sejak zaman kuno teh memang sangat terkenal sebagai minuman yang menenangkan. Minuman ini bahkan terkenal sampai ke Eropa. Bahkan di Inggris memiliki tradisi Afternoon tea bagi kalangan kelas atas pada masa pertengahan. Tak khayal teh menjadi sangat bernilai ekonomis dan sering dijadikan komoditi perdagangan di Eropa. Sayangnya nilai ekonomis ini membuat teh jadi merugikan banyak pihak salah satunya dalam tea party di Boston Amerika Serikat. Bagaimana itu?
Uang Dan Hutang Kadang Bawa Untung Atau Buntung.
Berawal dari hutang besar milik Inggris tahun 1760-an. Hutang milik Inggris ini membuatnya mewajibkan pajak tinggi pada negara koloninya. Salah satu negara koloni yang mendapatkan imbasnya adalah Amerika Serikat.
Inggris melalui parlemennya memberlakukan pajak untuk lembar kertas cetak yang mereka gunaka termasuk permainan kartu, izin usaha dan semua yang menggunakan kertas. Peraturan ini dikenal dengan nama The Stamp Act 1765 atau Undang-Undang Stempel. Tak hanya undang-undang stempel, masih ada Townshend yang muncul pada tahin 1767 dengan membebani 0ajak untuk barang penting seperti cat, gelas, timah termasuk teh.
Pembebanan pajak ini nyatanya membuat pemerintah koloni merasa tidak adil karena mereka tidak memiliki perwakilan yang mengeluarkan hak suara di parlemen. Namun, Inggris tidak menerima keluhan dari pemerintah koloni tersebut sebab mereka merasa ini adil. Inggris beralasan bahwa sebagian besar utang yang pemerintah Inggris miliki digunakan untuk membiayai perang negara koloni bukan atas nama negara Inggris sendiri. Lalu apa mereka diam saja? Tidak kisanak!
Uang Dan Hutang Adalah Dalang Untuk Darah.
Masalah pajak ini kemudian membuat banyak pihak melakukan penolakan keras. Penolakan itu memunculkan kaum-kaum anti-Inggris di Amerika dan serangkaian protes antara tentara Amerika dan Inggris serta Warga yang pro terhadap Inggris dan yang Anti-Inggris. Protes ini banyak merusak toko-toko yang menjual barang dari Inggris di kota itu dan menelan korban luka.
Sekelompok tentara anti Inggris kemudian menyerang petugas bea cukai Ebenezer Richardson. Untuk menyelamatkan diri dari situasi tersebut petugas tersebut menembakkan senjata ke arah luar demi meredam para pendemo, namun tembakan itu mengenai seorang anak berusia 11 tahun, Crishtoper Seider dan kemarahan semakin besar karenanya.
Kerusuhan demi kerusuhan terjadi di sana sehingga munculnya kaum Anti Inggris semakin banyak. Pembantaian warga lokal tidak dapat dihindari. Setelah melewati persidanhan atas pembantaian boston, Inggris mencabut The Stamp Act dan mengubah pajak-pajak yang dibebankan kepada Amerika sebagai negara koloninya. Pajak yang harus mereka bayar hanya pajak teh yang mana pajak itu adalah pajak pendapatan terbesar untuk Inggris. Mengapa pajak teh sangat berarti?
Teh Jadi Komoditi ‘Kepentingan‘ Bernilai Ekonomis.
Negara Amerika sebagai koloni Inggris sudah mengkonsumsi teh sebanyak 1,2 Juta pond setiap tahun. Inggris membuat undang-undang teh sebagai pajak bagi Amerika. Lagi-lagi pihak Amerika tidak terima dengan penetapan undang-undang tersebut karena justru merugikan pihak Amerika. Sebagai bentuk protes mereja melakukan boikot perusahaan dagang British East India Company dan melakukan penyelundupan teh dari Belanda. Lalu apa yang terjadi kisanak?
Perusahan tersebut nyaris bangkrut. Tapi dengan bantuan parlemen perusahaan iti bisa bertahan. Ya, namanya juga power politik ya?
Bulan Mei 1773, mengesahkan undang-undang teh dan mengizinkan perusahaan British East India Company menjual teh ke koloni secara bebas bea dan lebih murah dari kompetitor lainnya. Tapi walau begitu, ia tetap menerapkan pajak teh pada Amerika saat teh mencapai pelabuhan. Intinya Amerika bayarnya double. Ya, mana sih yang mau rugi kalau gitu?
Dengan aturan tersebut semakin banyak penyelundupan teh di Amerika. Harga teh yang diselundupkan bisa lebih mahal dari harga teh yang dijual oleh Inggris. Lho mereka kok mau beli kan lebih mahal? Sikap itu mereka lakukan sebagai bentuk protes dan sikap anti Inggris semakin besar. Bagaimana mereka bisa menyelundupkan teh? Dengan bantuan penyundup teh seperti John Hancock dan Samuel Adam (ssttt.. mereka membantu juga karena punya kepentingan sendiri untuk perdagangan teh mereka).
Pesta Teh Boston Bukan Pesta Teh Yang Menyenangkan! Tapi Perang!
Para pedagang kemudian membentuk suatu kelompok bernama Sons of Liberty dengan para patriot terkenal seperti Patrick Henry, Paul Revere, Benedict Arnold juga si pedagang teh Adam dan Hancock. Mereka mengagendakan pertemuan yang menentang Parlemen Inggris dan mengajukan protes atas kedatangan kapal Dartmouth yang membawa teh di Dermaga Griffin.
Pada tanggal 16 Desember 1773, Kapal Dartmouth ternyata bergabung dengan dua kapal Beaver dan Eleanor yang sama-sama membawa teh dari Cina. Sementara di dermaga dan di jalanan sekitarnya pedagang pihak koloni sudah berkumpul dan pertemuan dengan perwakilan yaitu Gubernur Thomas Hutchison. Mereka melangsungkan pertemuan itu di Gedung Pertemuan Lama bagian selatan. Hasil dari pertemuan itu sebagian besar menolak atas pembayaran pajak teh atau kapal pengangkut mereka dibongkar, disimpan, dijual dan digunakan. Namun Apa Yang terjadi?
Gubernur tersebut menolak permintaan para kelompok tersebut dan tetap mewajibkan para koloni membayar pajak teh pada kapal yang berlabuh. Ia bahkan tidak menawarkan kompromi apapun pada para penolak. Akhirnya, malam hari di tanggal yang sama 16 Desember 1773, sekelompok orang yang menyamar mengenakan pakaian asli orang Amerika. Membongkar teh yang berlabuh di pelabuhan Boston, lalu membuang teh tersebut ke laut. Butuh 3 jam bagi para pembongkar untuk mengosongkan kapal penuh teh tersebut. Akibat tindakan tersebut kerugian pihak Inggris mencapai $ 1.000.000 atau sebanyak 45 Ton teh. Apa akibatnya setelahnya?
Tindakan pembalasan dendam oleh Inggris dengan lahirnya Intolerable Acts. Undang-undang ini sebagai cara Inggris balas dendam dan kemudian terus bergulir sampai pecahnya pesta teh boston kedua atau tea party ke dua. Warga Amerika disatukan oleh pesta teh boston ini dan pada akhirnya menjadi salah satu alasan pecahnya perang Revolusi Amerika.
Source:
history.com
britannica.com