Home / Fiksi

Pancawarna: Lima Warna dalam Rupa Arah

Senjahari.com - 17/01/2022

pancawarna

Penulis : Dinda Pranata

Ada seseorang bernama Anda yang hidup bersama Pertiwi. Ia begitu tersesat dan berkelana menghilangkan penat akan tujuan.

***

Di persimpangan, Anda bertemu dengan angin. Ia menyapa Anda dengan berdesis dan bertanya, “apa yang kamu butuhkan?”

Anda pun menjawab, “aku merasa kosong yang membuatku hilang kendali.”  Si angin pun meniup kulit Anda dan menuntunnya ke timur. Ia meminta untuk menemukan putih di situ.

Anda bertemu si putih lewat bisikan dari buku di ambang pintu. Itu seperti rumah seorang guru yang lupa bukunya tertinggal di situ. Anda pun membuka buku. Ilmu dari sebuah buku membuatnya lebih tahu apa yang perlu ia lakukan setelah itu. 

Ia pun mengembalikan buku di tempat asalnya dan berjalan kembali. Ia hanya mengikuti langkah kakinya sendiri. Hingga, sesuatu pun terjadi di mana ia kehilangan tujuan lagi. 

***

Di perjalanan, ia berpapasan dengan gunung di seberang. Si gunung menatapnya dan bertanya, “apa yang kamu risaukan?” 

Si Anda pun menjawab, “aku takut kehilangan ilmu. Apa yang harus kulakukan?” Si gunung menjatuhkan bebatuan dan akibatnya ia menimbulkan gempa. Anda pun dibuat berlari karenanya dan sampai pada satu tempat bernama utara. Gunung pun menyuruh Anda menemukan hitam di sana.

Di utara, ia menemukan hitam pada penciumannya. Warna itu masuk ke dalam hidungnya dan seolah berkata, “tambahkan naluri pada ilmu, agar hatimu bisa lebih jeli.” Si Anda pun menikmati aroma dalam gelap, tapi tetap bisa berjalan dengan tegap. Ia pun melanjutkan perjalanan dengan lebih mantap. 

Tapi di tengah perjalanan sekali lagi ia risau akan tujuannya. Ia melihat seseorang yang tenar dengan kepandainnya. Ia pun gelisah dibuatnya dan berpikir sambil berjalan.

***

Sembari melangkah, ia menginjak genangan. Air pun bertanya, “apa yang kamu pikirkan?” 

Si Anda pun menjawab, “Aku merasa iri pada orang yang lebih pandai.” Si air kemudian beriak dan menyuruh Anda untuk mengikutinya. 

Sampailah Anda di barat dan si air meminta untuk menemukan warna kuning sebagai syarat. Anda menemukan warna kuning pada matahari yang muncul di akhir hari. Warna kuning itu menyilaukan mata. Ada suara yang muncul dari pancaran dan berkata, “Perhatikan pandangan, karena ilmu dan naluri mungkin tak abadi.” Si Anda pun mengerti dan kemudian pergi.

***

Beberapa langkah setelahnya, ia kembali hilang tujuan. Ada emosi yang menjalar, saat mendengar ujaran. Di tengah perjalanan ia bersua dengan si api dan api bertanya, “apa yang kau cari?” 

Si Anda menjawab bahwa ia marah karena apa didapatnya hanya sementara. Api pun berkobar ke selatan dan berkata untuk menemukan merah.

Di selatan, Anda menemukan warna merah dalam ucapan seorang kakek padanya. Kakek itu pun berkata, “Saat kehilangan, yang kau cari akan ditemukan.” Seketika anda menemukan jawaban apa yang hilang dan kembali pulang.

***

Di titik tengah, Anda kembali ke rumah. Ia pun bertemu dengan Pertiwi yang selalu menunggu Anda kembali. Pertiwi pun tersenyum dengan sepenuh hati.

“Bagaimana perjalananmu?” tanya Pertiwi.

“Baik,” jawab Anda, “ada satu hal yang kusadari saat mengelilingi setiap sudut bumi.” Pertiwi siap mendengar dengan hati. “Setiap menapaki bumi, aku mengalami rotasi yang mengenalkanku pada transformasi dan reinkarnasi tujuan,” kata Anda. Ia pun tertidur di titik tengah bersama Pertiwi dengan semburat warna-warni yang ia temukan tadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment