Home / TanyaKenapa

Tanya Kenapa – Orang Asia Timur Memakai Sumpit?

Senjahari.com - 05/04/2022

Sumpit

Penulis : Dinda Pranata

Tok,tok,tok! Suara ketukan pintu membuat Asih berlari ke ruang tamu dan membuka pintunya. Akhirnya apa yang ia tunggu datang juga.

“Dengan mbak Asih?” tanya lelaki di depan pintu sambil menyerahkan bungkusan plastik putih padanya.

“Iya,” sahut Asih dan menerima plastik itu. Ia memeriksa barang itu dan ternyata ada yang kurang. “Sumpitnya tidak ada ya, Mas?” tanyanya.

“Wah, saya kurang tahu Mbak. Sushi-nya sudah dibungkus keresek putih waktu saya ambil.” kata sopir pesan antar itu.

“Ya, sudah. Terima kasih ya.” Asih memberikan uang kepada pengemudi itu dan segera lelaki itu mengendarai sepedanya kembali.

Kota yang Apa-apa Tinggal Panggil karya Dinda

Mendengar kata sumpit rasanya banyak orang langsung mengaitkannya dengan makanan Cina, Jepang, atau Korea. Tapi adakah yang bertanya kenapa mereka makan menggunakan sumpit? Walau ada juga dari negara-negara tersebut yang menggunakan sendok, garpu, atau pisau untuk memakan makanan, tetapi sumpit tetap menjadi alat makan utama di negara Asia Timur itu.

Sumpit Bukan Alat Makan Utama

Pada masa Neolitikum alat makan pada masa itu bukanlah sumpit yang kita kenal sekarang. Pada masa itu, alat makan orang China adalah sendok yang terbuat dari tulang binatang. Dalam teks Cina kuno mereka menyebutnya sebagai bi atau chi. Peneliti menemukan jenis sendok ini di berbagai situs penggalian Neolitik di seluruh China.

Contohnya adalah peneliti menemukan sendok paling awal tahun 1977 di Peiligang, Wuyang, Henan, dan Cina Utara. Para peneliti menduga bahwa orang Cina menggunakan sendok jenis ini dalam rentang waktu antara 8000 dan 7500 SM. Orang pada masa itu menggunakan sendok sebagai peralatan makan dan juga keperluan memasak seperti memotong daging, mengambil makanan dalam panci.

Selain sendok, orang pada masa neolitikum juga menggunakan garputetapi tidak terlalu umum. Lalu semakin waktu berjalan sendok dan garpu semakin jarang digunakan. Ada yang mengatakan bahwa ajaran konfusius menjadi salah satu alasan berkurangnya penggunaan sendok garpu atau pisau. Salah satu kutipan yang sering dikutip salah satunya

“Orang yang terhormat dan jujur menjauhkan diri dari baik rumah jagal maupun dapur. Dan dia tidak mengizinkan pisau di atas mejanya.”

Konfisius

Alternatif Peralatan Memasak

Sumpit Alat Makan
Sumpit Alat Makan

Berdasarkan buku Chopstick: A Cultural and Culinary History menjelaskan peranan perubahan politik dan budaya juga menggeser alat masak dan makan pada masa itu. Sejak masa Neolitikum pusat politik dan budaya Cina terletak di Cina utara. Bagian utara sendiri memiliki iklim yang cenderung lebih dingin di musim dingin dan kering di musim panas, sehingga preferensi makanan hangat menjadi kebutuhan saat itu. Jenis masakan inilah yang menyebabkan peralatan makan seperti sumpit atau sendok bisa berguna untuk menghidangkan makanan.

Mengolah makanan yang hangat menjadi budaya dalam kuliner di Cina pada masa itu. Untuk membantu orang dalam memakan makanan hangat, maka sumpit bisa dijadikan pilihan yang pas. Lho kan ada sendok pada masa itu? namun sendok pada masa itu cukup besar sehingga tidak cocok menjadi pilihan alat makan. Selain itu, pilihan menggunakan sumpit juga tertulis dalam Ritus Klasik (206 SM – 220 M) yang menjelaskan bahwa menggunakan sumpit menjadi hal yang umum untuk semua orang saat memakan makanan yang direbus. Kala itu makana yang direbus merupakan makanan semua kalangan dari kalangan kelas atas hingga bawah.

Di era dinasti Shang sekitar 1600–1046 SM pertama kali penggunaan sumpit terlihat lebih jelas yang mana sebagai peralatan memasak. Pada dinasti ini orang-orang menggunakannya untuk mengaduk atau mencampur bahan makanan. Lalu sekitar tahun 1045–256 SM saat dinasti Zhou berkuasa, para arkeolog pun menemukan fakta bahwa sumpit digunakan sebagai peralatan alternatif sendok, pisau atau garpu hingga menjadi alat makan. Pada tahun 500 M, penggunaan sumpit ini menyebar ke beberapa tempat seperti Jepang, Korea, Vietnam, dan beberapa negara Asia Tenggara dengan material yang berbeda-beda.

Source:
britannica.com
thoughtco.com
Wang, Q. Edward. Chopsticks. Cambridge University Press, 2015.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

fanny_dcatqueen

Tapi sampai sekarang aku lebih menguasai sumpitnya orang China dan jepang, Krn ga licin. Sementara sumpit Korea yg kebanyakan dari iron atau stainless kali ya, itu liciiin 🤣🤣🤣. Lebih banyak mencelatnya makanan hahahaha.

Wow gak nyangka ada sejarahnya seperti itu ya kk. Kirain cuma sekedar kebiasaan saja

Nice info mbak, lengkap lagi sumbernya. Ada yang bilang kalau sumpit ini juga membuat orang jadi menikmati makanan secara mindfull, soalnya harus pelan-pelan. Katanya juga ini salah satu faktor yang bikin orang2 Asia Timur itu secara umum badannya langsing-langsing..

Alfia D. Masyitoh

Nah aku baru tahu nih, wawasan baru buat aku. Ternyata mereka dulu pake sendok juga ya. Hehehe. Pertama kali makan pake sumpit pas kelas 3 SD, ada sodara pulang dari Taiwan bawa oleh2nya sumpit. Sekarang kebiasaan kalo makan mi lebih suka pake sumpit. Sok2an kayak orang Korea, hahaha.

Suka banget makan mie pasti pake sumpit. Ternyata dibaliknya ada sejarah yang panjang.

Mohammad Rizal Abdan Kamaludin

Pake sumpit sih bisanya buat makan mie aja kalau aku, buat alternatif aja emang nya sih menurut ku biar seru hehe…

Saya suka nih soal sejarah kuliner seperti ini. Kata kenalan saya sumpit juga bisa dijadikan senjata. Kalau kepepet salah satu ujungnya diruncingin, badan sumpit dililit tali/kain/kulit pohon biar berat, jadi deh senjata lempar (piauw) yang bisa dipakai memburu hewan kecil.

Andri Marza Akhda

Mungkin salah satu alasan kenapa mereka memakai sumpit, adalah untuk membudayakan hidup sederhana dan minimalis

Sama-sama Asianya, kok sumpit ga populer di Indonesia ya? btw nice info jadi tahu sejarah sumpit ternyata seperti apa, lengkap lagi

Akhir akhir ini suka dengan alat makan satu ini, mungkin karena suka liat drama jadi rasanya ingin meniru.

10 Responses