Penulis : Dinda Pranata
Siang terik begitu menyubit kulit, Jono dan Hendro tak kuasa untuk menahan dahaga seusai pelajaran sekolah berakhir. Mereka menuju parkiran belakang sekolah untuk sekedar nongkrong di kantin Bik Suleha.
“Sial! Siang ini panas banget! rasanya pengen mandi es.” Keluh Hendro sambil mengipas diri dengan buku catatan tipisnya. Jono pun mengangguk karena ia sediri merasa siang ini tidak seperti hari biasanya. “Kamu pesan apa, Ko?” tanya Hendro sekali lagi pada Jono yang duduk di sampingnya.
“Aku bawa minum, jadi aku minta es batu saja.” Katanya sambil mengeluarkan termos pink dari tasnya. Hendro yang merasa ingin tertawa melihat termos milik Jono.
“Kok bawa termos pink, seperti perempuan saja.” goda Hendro sambil menunjuk ke termos Jono.
“Warna enggak punya kelamin,” jawabnya santai. Sambil berusaha menyembunyikan warna merah hatinya.
Warna Merah Hati Si Jono karya Dinda Pranata
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa warna pink identik dengan perempuan. Mulai dari dekorasi kamar perempuan, memilih pakaian bayi perempuan, hingga bunga pilihan untuk melamar sang pujaan menggunakan dominasi warna pink. Tanya kenapa perempuan identik dengan warna pink? sejak kapan warna ini diasosiasikan dengan gender tertentu?
Pink Warna Milik Perempuan? Hmm….
Warna pink sebenarnya warna yang sudah dikenal sejak masa sebelum masehi. Dalam sebuah catatan pada kisah Hommer dan beberapa karya sastra di masa kuno menyebutkan warna pink ini. Namun berbeda dengan istilah sekarang, pada masa itu orang menyebutnya sebagai warna Rosi atau merah muda. Sayangnya pada abad pertengahan warna ini tidak umum untuk fashion sampai pada abad ke-13 dan ke-14. Pada abad tersebut warna pink ini muncul sebagai warna merah muda untuk pakaian dan dekorasi pernikahan.
Pada pertengahan tahun 1700an, warna pink ini dipakai oleh kaum laki-laki atau perempuan. Kebanyakan warna ini dipakai oleh para aristrokat karena warna pink dan warna pucat melambangkan kemewahan. Bahkan pada masa itu warna pink menjadi mode fashion yang populer di Eropa sehingga banyak kaum bangsawan—baik laki-laki dan perempuan—menggunakan warna ini. Selain itu di Eropa abad ke 18 tidak pernah memikirkan untuk menggunakan warna pink sebagai pilihan pakaian bayi yang baru lahir. Kebanyakan bayi yang lahir pada masa itu menggunakan warna-warna yang terang karena cocok untuk kulit bayi yang pucat.
Lalu di abad ke-19 warna pink di Eropa banyak dipakai oleh anak laki-laki. Di Inggris sendiri dekorasi pita dan pakaian pink menjadi mode pakaian pada anak laki-laki sedangkan untuk orang dewasa kebanyakan menggunakan warna merah tua. Sedangkan pada bayi sampai anak berusia enam tahun mereka kebanyakan akan menggunakan warna putih untuk memudahkan proses pencucian yang masih memakai air panas. Lalu bagaimana bisa menjadi warna gender ya?
Psikologi, Fashion dan Konsumerisme
Di tahun 1880, G. Stanley Hall menerbitkan jurnal berjudul The Contents of Children’s Minds dan jurnal psikologi perkembangan anak yang lain. Dalam jurnalnya tersebut menjadi ia menyarankan kepada para orang tua untuk memantau perkembangan anak-anak sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak-anak. Pada tahun 1896, studi psikologis perkembangan anak begitu populer dan meluas dengan mengambil sample anak-anak remaja, namun orang tua justru memiliki kekhawatiran tersendiri tentang perawatan anak-anak mereka. Alasan ini pula yang memberikan kontribusi tentang pemilihan dekorasi kamar bayi dan pembeda jenis kelamin dari warna.
Baca juga: Gender dari Biologis ke Sosiologis
Dalam sebuah buku berjudul Pink and Blue: Telling The Boys and The Girls in America menyebutkan pada tahun 1900an identitas gender berkaitan erat dengan seksualitas, sehingga orang tua sangat berhati-hati dalam memperlakukan anak mereka. Penelit mengambil sample untuk anak-anak remaja namun belakangan orang tua Sedangkan pembicaraan tentang seksualitas begitu tabu yang membuat orang tua memberikan identitas gender pada anak-anak secara implisit melalui warna untuk membantu mereka mengenali kelaminnya (pria atau wanita) lebih awal .
Lalu sekitar pertengahan abad ke-20 (1930-an sampai 1960-an) terjadi ledakan kelahiran dan membuat anak-anak menjadi target produsen fashion dan media masa. Akibatnya pakaian anak-anak meledak di pasaran dan menjadikan pembeda warna pink untuk perempuan semakin meluas. Tak hanya itu, ketika muncul gerakan feminisme pertama di tahun 1960an, wanita melambangkan diri dengan warna pink yang bukan tidak mungkin karena persepsi awal baby boomer tentang warna gender ini.
Jadi warna pink sejak awal tidak memiliki hubungan dengan gender manapun dan semakin zaman berkembang justru membuat warna pink ini menjurus ke feminitas dan gender ya.
Source:
smithsonianmag.com
edition.cnn.com
Paoletti, Jo B. Pink and Blue: Telling the Boys from the Girls in America. Indiana Univ Press, 2013
Comment
Terima kasih sudah berbagi tulisan yang sangat menarik ini. Apa yang diulas ini sesuatu yang penting tapi kita tidak pernah mempertanyakannya. Iya, kenapa warna pink selalu identik dengan perempuan? Tulisan ini sudah membuka sedikit pikiran saya.
Iya kalo berpakaian pink, kuning, ungu itu lebih cocok untuk perembpuan.. saya suka artikel ini
karena menurutku juga wanita yang memakai baju warna pink, kelihatan lebih anggun hehe
Aku pribadi masih bingung perihal hubungan warna dan gender. Mungkin ya karna udah didoktrin juga dari dulu kalo pink itu warna khusus perempuan. Cuma, aku jadi tetiba kepikir, kalo bayi laki2 semua dekor kamarnya pink gmn ya?
Menarik banget. Terima kasih sudah berbagi kak. Pada dasarnya warna itu netral, tanpa ada pemiliknya dari jenis kelamin apapun. Dan budaya terdahulu lah yang menyumbangkan perspektif pemilik pada warna.
Warna pink memang selalu dikonotasikan pada perempuan. Entahlah apa relasi antara warna dengan gender. Namun sejak kecil perempuan sudah terbiasa dibedakan dengan laki-laki baik baik itu dalam memilih warna hingga mainan. Boneka selalu identik untuk anak perempuan sedang robot untuk anak laki-laki.
warna tidak mempunyai jenis kelamin, bentul banget nih, tergantung juga dengan padu padan lainnya untuk outfit ya kak, kalau sy bebas aja sih selama nyaman memakainya kenapa tidak
Namun sekarang ada sedikit pergeseran, ya, ka, sdh bnyk jg laki2 yg mau pake baju pink walaupun jumlahnya g banyak. Masih risih klo pke baju pink, kecewe2an banhet, hege. Thanks for sharing.
Jadi teringat seorang teman lk lk yang dia suka warna pink, tp pede aja gitu
Oalah.. aku baru tau ternyata dulu pink juga dipakai oleh laki laki.. skrg sudah melekat pink dengan perempuan cuma kalo laki kali pakai pink juga bagussss. Makasih infonya kak
saya dan adik laki-laki saya kebetulan nggak berbeda jauh umurnya. Sejak kecil, saya selalu dibelikan baju kembar dengan warna pink untuk saya dan biru untuk adek saya. You know what mbak? setelah besar saya risih dengan warna pink, terlalu girly, dan lebih milih warna biru laut yang unyu menurut saya..
Sebenarnya pink juga warna general cuma karena perspektif dan pandangan orang yang mengidentifikasi pink warna untuk perempuan, jadilah keindentik dengan warna feminin, deh
12 Responses