Penulis : Dinda Pranata
Pakaian menjadi salah satu identitas gender, setidaknya pemahaman itu masih ada sampai sekarang. Mulai dari identitas lipstik yang kuat dengan barang perempuan, pemilihan warna yang juga syarat identitas gender, hingga jenis pakaian entah rok atau celana. Tapi kenapa rok jadi identitas perempuan dan bagaimana itu terjadi?
Laki-Laki dalam Rok di Masa Kuno
Keberadaan model pakaian berbentuk rok sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno. Ya, kurang lebih ada di abad 30.000 SM yang mana fungsinya untuk menutupi tubuh bagian bawah dengan bentuk kain panjang. Seiring berkembangnya zaman, di tahun 3.000 SM di wilayah Armenia terbuat dari tenunan jerami. Lalu pada peradaban Mesir kuno perkembangan dalam teknologi dan budaya pun berkembang, pada masa ini mereka mulai menggunakan kain linen untuk membedakan pakaian dengan status sosial.
Berdasarkan banyak penelitian, banyak mengungkapkan bahwa baik laki-laki atau perempuan menggunakan kain berbentuk rok pada masa itu. Pembeda rok laki-laki dan perempuan terletak dari panjang dan pendeknya bentuk rok. Untuk laki-laki mereka akan menggunakan rok berbentuk segi empat dengan bahan linen (untuk kelas atas), sedangkan rok untuk perempuan biasanya berbentuk rok panjang (gaun).
Tak hanya di Mesir, beberapa negara di Eropa, Afrika hingga Asia memiliki cerita yang sama dalam berpakaian. Bahkan dari beberapa pakaian masih ada yang dipakai sampai sekarang. Contohnya bagaimana Kungi (Afrika), Langi (India), Sarung (Asia) dan Kilt (Skotlandia) dipakai hingga saat ini oleh laki-laki. Tapi memang berbusana pada masa itu menjadi cara untuk membedakan jenis kelamin, seperti dalam buku Dress and the Roman Woman Self Presentation and Society.
Oleh karena itu dalam bentuk pakaian baik laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan rok yang dibedakan dari bentuk panjang atau pendeknya. Tapi bagaimana visual tubuh ini menjadi pembeda kelamin dalam budaya?
Penutup Tubuh Vs Fashion
Pada awal peradaban, manusia hanya bisa menggunakan kain panjang sebagai penutup tubuh dan belum bisa mengolah menjadi pakaian berjahit seperti sekarang. Karena itu pembedanya hanya dari panjang dan pendeknya kain yang mereka pakai. Selain itu, salah satu alasan laki-laki menggunakan rok pendek pada masa itu adalah untuk memudahkan mereka berlari dan menangkap buruan. Dan, alasan ini pula yang menjadikan rok cikal bakal dari celana di kemudian hari.
Lalu semakin peradaban itu maju, tentu semakin kompleks pemikiran mereka. Pemahaman pakaian tidak hanya sekedar alat untuk menutup tubuh tetapi juga derajat sosial. Pada masa kerajaan Roma, munculah ide untuk membedakan laki-laki dan perempuan secara visual dengan pemberian atribut sosial tertentu (gender).
Contohnya untuk laki-laki pemerintah pada masa itu melarang penggunaan perhiasan atau merias diri secara berlebihan. Yang kemudian konsep tersebut mengikat dan memperkenalkan ide tentang feminitas perempuan. Selain itu, larangan penggunaan perhiasan atau merias diri ini terkait dengan pembatasan kehidupan mewah yang tak sejalan dengan norma agama. Setidaknya kode etik visual terkait kemewahan ini berlangsung hingga abad pertengahan atau sekitar akhir abad ke-13 dan mempengaruhi dunia fashion secara luas sampai saat ini.
Rok Untuk Perempuan dan Celana Untuk Laki-Laki?
Setidaknya sejak masa romawi industri garmen telah melekatkan unsur feminitas dan maskulinitas pada produk pakaian. Pakaian yang awalnya sebagai produk penutup tubuh terkotak-kotak menjadi produk gender. Lalu apakah benar rok untuk perempuan saja dan celana untuk laki-laki saja. Coba pikirkan kembali analogi ini.
Ketika kita menggunakan sarung panjang yang mana itu juga bagian dari kain panjang berbentuk rok, apakah yang laki-laki mirip perempuan? Jawabannya tidak! Mereka tetap laki-laki secara se iniksual. Lalu, apakah wanita yang mengenakan celana terlihat seperti laki-laki? Ya tentu saja tidak, secara alamiah mereka tetap perempuan. Dalam berpakaian sebenarnya tidak ada istilah pakaian milik kelamin laki-laki atau perempuan. Lantas kenapa ada produk celana saat rok bisa dipakai sebagai pakaian unisex?
Dalam beberapa penelitian setidaknya ada alasa biologis yang mendasari penggunaan celana panjang ini. Salah satu artikel yang terbit di laman livescience menjelaskan bahwa celana ini terkait dengan kenyamanan saat menunggang kuda dan hubungan dengan iklim dingin. Jadi rok tidak selalu milik perempuan dan celana tidak selalu menjadi milik pria. Setidaknya alasan biologis lebih masuk akal daripada alasan gender yang sangat bias.
Source:
britannica.com
Ford, Richard T. Dress Codes: How the Laws of Fashion Made History. Simon & Schuster Paperbacks, 2022.
Olson, Kelly. Dress and the Roman Woman: Self-Presentation and Society. Routledge, 2008.