Penulis : Dinda Pranata
sasagani wa
Spider – Minamoto no Toshiyori
koke no tamoto ni
furumaedo
namida narade wa
kuru hito mo nashi
A tiny crab
On my mossy sleeves
Does spin her web, yet
Absent my tears,
There is no one to come, at all…
Lumut sering kali tidak bersahabat dengan manusia, sering pula keberadaannya menimbulkan masalah. Seperti saat menempel di dinding rumah yang lembab, bebatuan taman sehingga membuatnya licin. Mesti banyak yang menganggapnya masalah, lumut nyatanya merupakan salah satu tumbuhan tertua di dunia. Bagaimana bisa? Lalu hal apa yang jarang kita ketahui tentang si tumbuhan hijau ini?
Fosil Tumbuhan Lumut Tertua
Lumut pada dasarnya memiliki banyak jenis. Berdasarkan laman britannica, setidaknya ada kurang lebih 12,000-30,000 spesies lumut yang tersebar di dunia. Mereka hidup di wilayah lembab termasuk di tempat dengan kadar garam tinggi. Tidak hanya tumbuhan yang mudah tumbuh, tapi juga keberadaannya sudah menyebar pada 450 juta tahun yang lalu.
Pada tahun 2013, sekelompok peneliti melakukan penelitian atas fosil lumut yang mereka temukan di wilayah Canada. Lumut tersebut bernama tricosta plicata yang usianya kira-kira 95 juta tahun atau tumbuhan itu sudah ada pada zaman cretaseous (145-66 juta tahun). Bahkan, dalam hasil studi tersebut menyebutkan bahwa spesies tricosta sudah menyebar luas pada masa mesozoic. Lalu bagaimana bentuk fosil lumut tertua itu?
Sebuah tesis milik Glenn W.K. Shelton tahun 2015 memaparkan, fosil dari tricosta plicata memiliki diameter batang 0,2 mm; sel epidermis dari fosil ini lebih sempit daripada sel kortikalnya. Lalu bentuk daunnya bulat telur tapi seluruh tepi dan puncak membentuk ujung lancip. Selain itu daun pada tumbuhan fosil ini berjumlah 10-20 helai dan termasuk kategori tumbuhan berdaun lebat. Walau tumbuhan kecil ini kerap kali menjengkelkan, tapi tanaman ini pun memiliki manfaat baik di zaman dulu dan sekarang.
Menjengkelkan Bukan Berarti Tak Bermanfaat
Sebelum masa industrial seperti sekarang, orang-orang pada masa pra-sejarah memanfaatkan lumut sebagai makanan mereka. Merangkum sebuah tulisan tahun 2017 tentang fosil dari plak gigi orang-orang Neanderthal, hasilnya bahwa mereka (orang-orang Neanderthal) mencampurkan lumut, kacang pinus dan jamur sebagai bahan makanan mereka. Jika orang Neanderthal menggubakan lumut sebagai bahan makanan, beda lagi dengan orang-orang dari suku di Amerika Utara. Mereka yang hidup di wilayah dingin seperti Amerika utara atau kutub utara justru memanfaatkan lumut sebagai alas tidur, alas kaki hingga sekat ruangan.
Ketika memasuki masa industrial terjadi pergeseran dari pemanfaatan lumut ini. Lumut bukan lagi sebagai bahan makanan, tapi kerapkali orang masa modern memanfaatkannya sebagai penghias taman atau rumah. Di era industrial ini banyak yang menemukan beberapa jenis lumut memiliki nilai jual yang menjanjikam. Salah satunya lumut Sphagnum yang berfungsi sebagai media tanam. Tanaman ini mampu menyerap cairan 20 kali dari beratnya sendiri. Tak heran pada PD II, lumut menjadi salah satu obat pertolongan pertama untuk mengobati tentara yang terluka.
Salah satu manfaat tidak terduga dari lumut salah satunya adalah sebagai penyerap karbondioksida dan polutan. Ternyata Inggris sudah menerapkan konsep dengan memanfaatkan lumut sebagai penyerap karbondioksida yang memiliki istilah city trees. Sebuah studi menjelaskan bahwa lumut yang tumbuh di satu pepohonan mampu menyerap polutan udara yang setara dengan 275 pohon biasa. Apakah tumbuhan keunikan dari lumut sampai di sini saja?
Tumbuhan yang Memiliki Legenda
Tidak hanya sebagai tanaman yang memiliki segudang manfaat dan sejarah panjang dari kehidupannya. Nyatanya selama lumut ini hidup di bumi, terdapat hal menarik seperti legenda yang mengikuti perjalanan kehidupannya. Salah satu legenda yang berhubungan dengan lumut ini adalah manusia lumut (moss people)
Bagi masyarakat Eropa di abad pertengahan, manusia lumut (moss people) ini bisa dianggap sebagai makhluk halus (peri) yang hidup di hutan-hutan. Legenda ini terkenal di Jerman dan salah satu mahakarya dari Jacob Grimm yang terkenal dengan cerita bertema gotik. Tak hanya legenda tentang manusia lumut, tapi pada budaya di era victoria (yang dikenal dengan bahasa bunga) juga memperlihatkan lumut ini memiliki arti tersendiri.
Bahkan lumut sering kali dijadikan dekorasi bertema natural atau rustic di acara-acara pernikahan, lamaran hingga acara luar ruangan lain. Menurut buku floriografi nyatanya lumut dianggap sebagai lambang kasih sayang, cinta yang tulus, kebaikan hingga kasih murni seorang ibu.
Walau punya keunikan dan manfaat yang banyak, tetapi pertumbuhan lumut di rumah memang perlu dikendalikan. Agar rumah tetap nyaman dihuni dan keindahan tetap terjaga.
source:
Shelton, Glenn. W.K. 2015. Tricostate Mosses And Associated Bryophilous Fungi From The Early Cretaceous of Vancouver Island (Canada): Humboldt State University
Kew.com
forbes.com
secretldn.com
Comment
Baru tahu ternyata lumut juga bisa menyerap karbon dioksida dan polutan.
Baru tahu juga ternyata elemen rustik bisa dibuat dari lumut.
Makasih infonya~
1 Response