Home / Pojokan

The Will to Meaning, Lebih dari Sekedar Mencapai Sesuatu

Senjahari.com - 30/08/2022

The Will to Meaning cover

Penulis : Dinda Pranata

The Will to Meaning salah satu buku karya Victor Frankl yang merupakan lanjutan dari penjelasan mengenai logoterapi di buku sebelumnya. Metode logoterapi sempat muncul secara singkat di dalam buku Men’s Search For Meaning dari penulis yang sama. Berbeda dari buku sebelumnya, kali ini dalam buku ini penulis menjelaskan apa itu logoterapi, pondasi dari logoterapi hingga tantangan dunia psikiatri ke depannya. Seperti apa garis besar isi bukunya?

The Will to Meaning, Simbol dalam Kehidupan

Prof. Victor E. Frankl adalah salah satu penyitas genosida era Nazi yang terbilang sukses membantu banyak orang. Ia adalah profesor neurologi dan psikiatri di Univetsitas Wina, Austria. Ia pun pernah tertangkap Nazi dan berhasil keluar dalam keadaan hidup-hidup. Setelah keluar dari penjara di kamp kosentrasi, ia banyak mengembangkan metode logoterapi.

Logoterapi sendiri sebenarnya sudah ia coba terapkan untuk membantu para pesakitan di kamp tersebut. Dan beberapa di antaranya sukses dan lainnya gagal (karena teman curhatnya dimasukkan ke kamar gas lebih dulu). Dalam metode logoterapi tersebut, Prof. Frankl berusaha menyembuhkan pasien dengan mengubah mindset untuk menemukan tujuan hidup. Mengapa bisa begitu?

Kalau kalian sudah pernah baca buku Men’s search meaning sebelumnya, kalian pasti akan paham. Tapi kalau yang belum, aku sekilas cerita. Bapak ini melihat banyak jiwa-jiwa putus asa tapi enggan mati dari para korban di kamp kosentrasi. Sebagian mereka yang gagal adalah mereka yang tidak bisa menemukan tujuan hidupnya karena tergerus ketidakpastian tentang hidup mereka. Dari kamp tersebut Prof. Frankl ini menemukan benang merah antara harapan hidup dan tujuan hidup dari seseorang dan menamainya sebagai logoterapi.

Dalam buku yang aku bahas kali ini, lebih banyak penjelasan mengenai aplikasi logoterapi setelah ia keluar dari kamp kosentrasi. Logoterapi memang sebuah terapi penyembuhan dengan pendekatan yang lebih filsafati. Why? Pendekatan filsafati ini menekankan manusia untuk bernilai dengan cara spiritual.

Baca juga: Buku Homo Sapiens yang Menantang Keyakinan dan Logika. Berani Baca?

Pilar Dasar Logoterapi

Dalam buku ini dasar-dasar logoterapi dipaparkan secara singkat, padat dan jelas berdasarkan pengalaman penulis sendiri. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasar penerapan metode logoterapi antara lain alasan seseorang untuk berbahagia/bermakna, keinginan seseorang untuk menciptakan makna itu dan pemenuhan akan makna tersebut.

Pilar Logoterapi dalam the will to meaning
Pilar Logoterapi

Prof. Frankl juga memberikan gambaran tentang bagaimana orang-orang masa kini terlalu sibuk mengejar kebahagiaan. Pengejaran kebahagiaan ini membuat mereka salah menafsirkan antara kebahagiaan dan kenikmatan itu sendiri. Hingga pada akhirnya kebahagiaan yang mereka cari justru semakin jauh dan bias. Selain memberikan gambaran tegas tentang bagaimana psikis manusia tapi juga tantangan yang dihadapi dunia psikiatri itu sendiri.

Beberapa penilitan dari si penulis sudah banyak diterapkan oleh banyak psikiater dan pakar neurologi. Pofesor Frankl juga secara terbuka memberikan informasi jenis obat, gejala serta bagaimana ia menangani pasiennya tersebut melalui terapi retorika kepada pasiennya. Lalu bagaimana aku memandang buku ini?

Semenarik Apa Buku Ini?

Entah kenapa bapak satu ini kalau nulis buku bisa begitu dalam dan tetap asik buat dinikmati. Setelah sebelumnya aku baca men’s search of meaning, aku justru terpancing baca buku lanjutannya.And yes, it is! Ada sisi menarik baca buku psikologi karya bapak Frankl, antara lain:

  1. Penyampaian awam pemikiran pakar: Buku nonfiksi yang susah kalau penuturnya bagus dalam menyampaikan, pembaca akan mudah memahaminya. Aku suka buku ini karena pembahasan yang rumit tentang psikologi bisa dengan mudah tersampaikan. Kalau pembaca adalah orang awam dengan istilah psikologi, masih bisa menikmatinya.
  2. Daging yang mengenyangkan: Substansi dari buku ini termasuk padat tapi spesifik dan menjawab pertanyaan tentang makna hidup sendiri. And yeah, realitanya memang masuk akal kalau makna dan nilai dari tiap orang itu berbeda dan kita tidak bisa menguniversalkannya. Belum lagi buku ini mengedepankan realita dunia psikiatri yang (kadang) terasa bias. Kalau kita lapar akan pencarian jati dir
  3. Konsep klasik, penjelasan yang out of The Box: Sejak berabad-abad para pemikir pun sudah menyadari manusia ini memiliki masalah pada pemahaman tentang nilai dan maknanya sebagai manusia. Tapi hanya beberapa orang yang mampu memberikan pemahaman bahwa nilai dan makna yang mereka miliki terkait dengan situasi-situasi yang dialaminya.

Dari apa yang saya sampaikan, tidak ada yang namanya makna hidup yang universal. Yang ada adalah makna-makna unik dari situasi-situasi yang dihadapi oleh individu. Meskipun kita tidak boleh lupa bahwa di antara berbagai situasi tersebut, terdapat situasi-situasi yang memiliki hal yang sama.

The Will to Meaning Hal 94-95

Kurangnya….

Secara obyektif buku ini sudah memiliki terjemahan, gaya penjelasan hingga isi yang padat berbobot. Menurutku kekurangannya justru bersifat minor sih! Tapi apa saja ya?

  1. Nama metode terapi kurang stereo: secara pribadi aku belum pernah mendengar penerapan logoterapi ini dalam pengobatan psikoterapi di Indonesia. Bahkan di luar negeri (sepertinya) juga kurang populer daripada metode seperti behavior cognitive therapy atau yang lainnya. Dan buku ini kurang menjelaskan pengobatan dengan logoterapi apakah populer apa tidak dan bagaimana perjalanan perkembangan metode ini.
  2. Sebagian besar memaparkan pihak yang pro terhadap metode ini mulai dari penelitian, dosen hingga pihak yang mengaplikasikan pengobatan dengan logoterapi. Jika seandainya ada pihak yang mengkritik atau kontra dengan metode ini, pembaca (dan aku) minimal bisa melihat alasan mengapa metode ini kurang stereo.

Sebagai pembaca kekurangan di atas hanya bersifat minor dari sudut pandangku dan belum tentu pembaca lain memiliki sisi yang sama dengan itu. But, overall buku ini bagus banget buat nambah wawasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Wow! Saya baca sampe akhir tulisan ini. Menarik banget. Saya tuh suka baca buku psikologi, tulisan ini bikin saya penasaran.

1 Response