Home / Gerbang

Dukun Bayi: Catatan Dinamisme Dukun Tanpa Teluh

Senjahari.com - 13/10/2022

Dukun Bayi

Penulis : Dinda Pranata

Dukun bayi merupakan istilah keren orang yang membantu proses melahirkan orang-orang kuno sebelum adanya bidan. Sekarang orang melahirkan sebagian besar sudah pergi ke bidan atau dokter kandungan. Dari riset kesehatan kementerian kesehatan tahun 2018 untuk proporsi bantuan melahirkan di dukun bayi hanya 6,2 % dan mayoritas lebih memilih ke bidan 62,8%, dokter kandungan 28,9% dan sisanya 2,2% memilih ke dokter umum, perawat atau melahirkan tanpa pertolongan.

Lantas apakah dukun beranak masih memerankan peran dalam membantu persalinan ataukah sudah benar-benar lenyap? Bagaimana sejarah dukun bayi ini?

Ketika Ilmu Pengetahuan Belum Berkembang!

Praktek perdukunan zaman dulu memang sudah umum, tidak hanya yang berhubungan dengan teluh ada juga yang tidak, seperti dukun bayi. Praktek tradisi ini berasal dari kepercayaan animisme yang berkembang sejak zaman purba dan merupakan kepercayaan tertua sebelum kedatangan agama-agama dunia.

Negara-negara maju sebelum mengenal agama dan pengetahuan, mereka bergantung pada praktik perdukunan. Praktik ini kuat kaitannya dengan animisme dan dinamisme yang mempengaruhi masyarakat kala itu. Menurut peneliti Inggris Jennifer Nourse asal kata dukun berasal dari bahasa Persia děhqn atau dukkan, yang memiliki kemampuan untuk mengobati. Tak heran profesi ini memang mengemban tugas untuk mengobati orang-orang dengan metode spiritual.

Dukun dan Animisme
Tradisi Animisme

Di Indonesia sendiri budaya dan tradisi perdukunan sudah ada pada masa kakek buyut kita. Dukun menjadi profesi yang dekat dengan masyarakat karena profesi ini banyak membantu masyarakat tanpa patokan tertentu. Sayangnya, profesi perdukunan tersebut sudah mengalami penyempitan ketika kolonialisme masuk ke Indonesia. Kedatangan kolonial Hindia Belanda kala itu menggantikan hal-hal berbau tradisional dengan ilmu pengetahuan yang modern.

Demikian juga dengan dukun bayi yang profesinya membantu persalinan wanita yang juga ikut bergeser. Profesi ini sebenarnya memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain umumnya terdiri dari orang biasa, pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa; umumnya buta huruf; pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan demi uang semata tetapi karena ‘panggilan’ dengan tujuan untuk menolong sesama; profesi dukun adalah sampingan. Bahkan, mereka yang memiliki profesi dukun bayi menjadi posisi terhormat zaman dulu.

Dukun Bayi dan Peran Emosional

Di negara kita, profesi dukun bayi termasuk dalam kategori profesi non-medis. Kehadirannya lebih dulu ada jauh, seperti yang aku paparkan di atas, sebelum bidan dan ilmu kedokteran kandungan terkenal luas. Dukun bayi tidak hanya membantu ketika ibu hamil melahirkan, kehadirannya bisa dikatakan membantu ibu hamil sebelum hingga sesudah melahirkan. Profesi ini tidak hanya menuntut keahlian atau keterampilan tentang menangai ibu hamil tetapi juga harus menguasai prosesi adat kehamilan seperti upacara kehamilan tiga bulanan, tujuh bulanan, hingga mengetahui cara membuat ramuan obat untuk ibu setelah melahirkan.

Perawatan Ibu oleh Dukun
Perawatan Ibu oleh Dukun

Dukun bayi yang memiliki keahlian merawat bayi dan ibu yang baru saja melahirkan bagi sebagian besar masyarakat (terutama pedesaan) dianggap sangat membantu. Pasalnya kemampuan mereka dalam merawat bayi, merawat ibu hamil hingga proses ritual kelahiran bayi membuat banyak masyarakat menaruh kepercayaan kepada mereka hingga kadang menjadikan mereka konsultan keluarga.

Dalam kajian di wilayah Bantul, Yogyakarta beberapa masyarakat menganggap dukun bayi sebagai orang tua yang mengetahui hal-hal yang terkait dengan tradisi dan pengetahuan tentang perawatan ibu serta bayi. Walaupun pegetahuan yang dimiliki dukun sebagian bertentangan dengan dunia medis saat ini.

Ketergantungan beberapa masyarakat yang belum bisa lepas dari dukun ini, menurut mereka karena adanya ikatan emosioal antara keluarga dengan kliennya. Kedekatan emosional ini biasa berupa dukungan tenaga yang tidak bisa diberikan oleh tenaga medis setelah keluar dari rumah sakit atau puskesmas. Dukun bayi yang membantu persalinan biasanya akan membantu keluarga atau ibu untuk mencucikan baju, memandikan bayi, mencuci rambut ibu setelah melahirkan hingga 40 hari.

Profesi ini bukan hanya sekedar tentang membantu melahirkan tetapi juga merawat mereka yang kesulitan setelah melahirkan. Lantas bagaimana nasibnya kini?

Pemberdayaan Sebagai Mitra Bidan.

Dukun bayi sudah tidak lagi terdengar di masyarakat perkotaan, tetapi masih ada di beberapa wilayah yang kekurangan tenaga medis atau di beberapa desa. Karena banyaknya orang yang lebih memilih ke bidan atau dokter kandungan, menjadikan profesi ini kian meredup dan dukun bayi yang ada kesulitan dalam mencari penghasilan. Namun bukan berarti tenaganya tidak diperlukan lagi.

Beberapa puskesmas di banyak wilayah justru menjadikan dukun bayi ini sebagai mitra bidan yang membantu persalinan. Memang benar mereka melakukan prosedur persalinan itu, tetapi membantu bidan dalam melakukan prosedur persalinan ibu melalui koneksi emosi. Misalkan melalui wejangan, menjaga emosi ibu yang melahirkan stabil, dan lainnya.

Tidak hanya itu, mereka juga memberikan pertolongan tentang persiapan melahirkan kepada keluarga, membantu selama proses nifas. Pekerjaan yang mereka lakukan biasanya tergantung dari kesepakatan antara bidan, pihak puskesmas dan dukun bayi itu sendiri. Mereka pun sebagai mitra juga dibekali dengan ilmu kesehatan ibu dan anak melalui program pelatihan di puskesmas.

Peran dukun bayi yang dulunya adalah penolong utama ketika melahirkan sekarang menjadi penolong sekunder dari tenaga kesehatan di puskesmas atau fasilitas kesehatan. Terlepas dari profesi dukun yang sedang ramai gara-gara pesulap merah, kita tidak bisa memungkiri bahwa profesi ini pernah hidup dalam catatan sejarah manusia.

Dukun era modern bertransformasi,
Sebagian lenyap di telan bumi, sebagian lagi naik ke permukaan.
Bukan kata dukunnya yang salah, tapi metode yang digunakanlah yang perlu dibenahi.

DInda Pranata

Source:

Vol 12 no 1 (2021): Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 12 nomor 1 Tahun 2021. Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021 | Jurnal Kesehatan Reproduksi.
Maryam, Siti, dkk. 2014. Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO: Jawa Timur
Janti, Nur. 2020. Midwives and Dukun Beranak, the Choices for Handling Childbirth. Jurnal Lembar Sejarah. Hal 165—182: Universitas Gajah Mada
dinkes.brebeskab.go.id/berita-terbaru/kesmas/395-sosialisasi-kader-kesehatan-dan-dukun-bayi-di-kabupaten-brebes-tahun-2019.html
magdalene.co
news.detik.com/x/detail/intermeso/20190702/Dukun-Beranak,-Dilarang-dan-Dirindu/
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/nandini/pesulap-merah-bongkar-trik-dukun-c1c2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Terima kasih sharingnya sangat bermanfaat apalagi di era digital, masyarakat mudah tersulut emosi dr berita yang belum doketahui kebenarannya.

Hampir lupa kalau profesi ini pernah ada. Di kampung saya dulu dukun bayinya bernama mbah Tas. Seingat saya kalau dipanggil bantuin lahiran ya dia berangkat cepat dengan dandanan seadanya. Tapi kalau nggak darurat dia datang ke rumah pasien dengan necis, pakai kebaya lengkap. Pelayanannya juga totalitas seperti yang mbak bahas di artikel ini, misalnya bayi sakit dia juga dipanggil.

2 Responses