Penulis : Dinda Pranata
Siapa yang tidak mengenal Oprah winfrey? Salah satu pebisnis wanita paling dikagumi dan sukses di dunia. Ia paling dikenal setelah membawakan acara bincang-bincang the oprah winfrey show dan mengantarkan dirinya ke puncak karir. Sebelum pihak stasiun televisi mempercayakan acara itu padanya, ia sudah malang-melintang di dunia televisi sebagai pewarta.
Di puncak kesuksesannya itu, ia membagikan inspirasinya serta orang yang pernah terlibat di acaranya dalam buku berjudul The Path Made Clear. Bagaimana buku ini bisa menginspirasi dan apa yang bisa kita bredel dari buku ini? Dan subyektifitas buku dari pembaca?
Visi Tidak Harus Satu, Asal ….
The path made clear pada bab-bab awal menerangkan bahwa tujuan hidup itu tidak harus satu dan besar, bisa juga kecil-kecil tapi banyak. Meski besar dan cuma satu buah, tetapi tujuan itu membuat kita tidak sesuai dengan pribadi diri bukan tidak mungkin akan membuat seseorang menderita. Lain halnya dengan visi yang banyak atau kecil tapi membuat seseorang bisa terus bergerak dan bergairah dalam menjalani kehidupan. Kecil, bergairah dan banyak lebih berarti ketimbang besar, kecil, tapi melelahkan.
Dalam mencari tujuan hidup yang sebenar-benarnya memang kita mulai dari hal-hal sederhana, kecil dan beragam di tiap harinya. Itulah mengapa Oprah tidak menyarankan untuk memiliki ambisi hidup yang besar saat melakukan pencarian itu. Ibarat kita ingin menanam cabe, maka yang perlu kita perhatikan adalah pemilihan benih itu sendiri. Asal benih yang kita pilih sudah baik, meski banyak ia akan menghasilkan tumbuhan yang bermanfaat.
Lalu apa yang perlu kita lakukan setelah memilih benih dari diri kita (pilihan hidup, prinsip, moto diri, kekurangan kelebihan pribadi, dll) kita perlu merawatnya. Dengan apa? optimisme dan rasa syukur bahwa kita masih bernafas untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam buku the path made clear ini banyak hal tentang rasa syukur dan optimisme yang bisa kita petik, mulai bagaimana efek optimisme dan tindakan syukur ini bisa memberi seseorang kekuatan untuk bertahan. Utamanya ketika kegagalan lewat saat berjalan menuju ke arah tujuan itu.
Baca juga: Buku Tentang Freud, Kelamin dan Serigala Betina
Penaklukan Gunung dan Angin di Atasnya
Salah satu yang paling berkesan dari buku ini menurutku adalah bagaimana Oprah menjelaskan hal yang masuk akal, seperti perumpamaan pendakian gunung. Ketika mendakii gunung akan selalu lebih mudah saat berada di kaki gunungnya dan semakin sulit saat kita berada di dekat puncak gunungnya. Bukan saja karena medannya yang semakin terjal, tapi juga angin yang meniup atau badai yang bisa saja menghadang kita mencapai puncak.
Sama halnya dengan saat kita akan hampir sampai pada tujuan kita, entah tujuan sehari-hari atau target besar kita, kita sering kali terjebak pada badai atau rintangan yang membuat diri sendiri ingin berhenti. Namun apa yang perlu kita lakukan? Tetaplah berharap! Bagi orang-orang yang memiliki visi yang jelas dan optimis tentu saja harapan bisa membantu untuk tetap bertahan dalam situasi sulit. Harapan baik akan membantu mereka melewati kesulitan walau harus berhenti sejenak.
Lalu setelah berhasil mencapai puncak apa kita berhenti di situ saja? Tidak! Oprah justru menolak anggapan ini 100%. Masuk akal mengingat kompleksnya manusia, ya!
Setelah mencapai puncak atau mencapai tujuan besar apapun itu, ia pasti akan memiliki tujuan-tujuan lain yang lebih besar. Ia mengatakan bahwa akan ada gunung-gunung lain yang masih perlu didaki alih-alih berhenti pada gunung yang sudah didaki.
Apa itu masalah? Tidak! Selama manusia bernafas dan selama tujuannya itu memiliki manfaat bagi sesama, itu tidak masalah.
Baca juga: Mana yang Lebih Sulit, Obsesi Cinta atau Obat Kolera?
Bahkan dalam ceritanya sendiri ketika mendirikan sebuah sekolah khusus anak-anak perempuan di Afrika Selatan, ia mendapatkan banyak kritikan. Banyak yang beranggapan bahwa sekolah itu tidak akan bertahan di sana dan banyak pula yang menertawakan. Tapi pada kenyataannya sekolah itu sudah meluluskan setidaknya 400 perempuan kulit hitam. Hebatnya lagi sebagian besar sudah di terima masuk di perguruan tinggi bergengsi di seluruh dunia.
The Path Made Clear Bisa Jadi Jalan?
Buku ini mengingatkan aku pada sebuah buku lain yang dulu sempat booming banget, judulnya the secret. The Path Made Clear ini setipe dengan buku motivasi itu karena mantra-mantra yang diucapkannya tentang optimisme dan tarik menarik medan magnet pikiran dengan hasil.
Be grateful for what you have now. As you begin to think about all the things in your life you are grateful for, you will be amazed at the never ending thoughts that come back to you of more things to be grateful for. You have to make a start, and then the law of attraction will receive those grateful thoughts and give you more just like them.
Rhonda Byrne, The Secret
Berulang kali aku telah menyaksikan bagaimana Semesta bangkin untuk memenuhi visi yang hidup dalam diri kita. Tetapi berulang kali pula aku menyaksikan impian-impian hancur berantakan. Variable di antara memenangkan lomba dan gagal di garis akhir terletak pada salah satu kekuatan penuntun di dalam hidupku, yaitu: niat.
The Path Made Clear halaman 84.
Serupa juga dengan buku dari Paulo Coelho yang berjudul the Alchemis yang lebih cocok kita katakan sebagai buku motivasi alih-alih novel biasa.
Baca juga: Review Kitab Kawin yang Menunjukkan Sisi Lain Perempuan
Buku ini memang hampir seluruhnya berisi tentang optimisme dan pencarian niat dari seseorang. Tapi meski begitu ada juga bagian yang menceritakan bagaimana penerimaan hidup dari seseorang diperlukan untuk tetap membuatnya berpikir positif.
Subyektifitas Pembaca
Setelah membaca buku ini sampai habis, ada banyak sekali kesan yang ditinggalkan. Ada kesan baik, kesan tidak baik, termasuk rasa skeptis sampai penolakan dari aku yang membaca. LOL!
Menurutku buku ini punya beberapa kelebihan dari segi substansinya, seperti:
- Isinya bisa dibilang sangat ringan dan bisa dibaca setidaknya satu atau dua hari. Seperti kebanyakan buku motivasi, buku ini tidak menawarkan sesuatu yang rumit untuk dicerna kepala. Isinya juga nggak jauh-jauh dari kehidupan atau kesulitan yang bisa kita hadapi sehari-hari.
- Padat dan nggak bertele-tele. Sudah terbagi dalam bab-bab yang unik (menurutku) seperti pola menanam. Contohnya bagaimana menyemai benih, menumbuhkan akar, menjadi pohon. Lebih tepatnya aku melihat unsur alam di dalam buku ini, jadi membaca lebih adem dan relaks alih-alih tegang.
- Cukup terasa nyata karena berhubungan dengan pengalaman Oprah dan orang-orang yang pernah ia wawancarai dalam acaranya. Banyak orang-orang terkenal mulai dari politisi, artis hingga pemuka agama yang pernah ia undang berbagi pengalaman dengan Oprah.
Lalu kekurangannya apa sih?
- Penerjemahannya di beberapa bagian kurang ‘klik’ di pembaca. Jadi aku kadang harus baca beberapa kali agar bisa dapat insight atau kesan ‘aha‘ dari buku ini.
Karena jika anda berpikir, Oh Astaga, aku butuh pekerjaan ini, aku benar-benar membutuhkannya, dan aku harap mereka menyukaiku. Sebenarnya semua itu membatasi kapasitas Anda untuk bersinar sedemikian rupa sehingga mereka akan menginginkan anda untuk bekerja untuk perusahaan mereka. …
Halaman 95
- Lebih cocok aku bilang buku quotes karena lebih banyak mengungkap kutipan-kutipan dari orang yang ia wawancarai. Dari awal sampai akhir buku ini dominan tentang kutipan wawancara dengan orang-orang ternama.
- Idealisme yang tercover realisme. Kenapa aku bilang begitu? Lebih banyak bicara tentang optimisme dan visi belaka, dan tidak banyak menjelaskan tentang penerimaan keadaan secara benar-benar. Meski terkadang kita perlu optimis saat menghadapi kesulitan, tapi bagaimana cara kita dalam menerimaan keadaan secara apa adanya sulit tergambar. Sanget klise menurutku!
- Dari semua orang yang pernah ia wawancarai, sebagian kecil saja yang aku kenal. Seperti Presiden Joe Biden, Ellen Degeneres, Justin Timberlake, dan Jay-Z
Invitasi dan Diskusi
Setelah tahu kekurangan dan kelebihannya, baca buku ini justru membuatku jadi skeptis dan muncul beberapa pertanyaan lain.
- Apakah Oprah memang se-visioner itu dan segamblang itu menjalankan optimisme dalam hidupnya, termasuk orang yang ia wawancarai? Kalau merunut kembali bagaimana kisah hidupnya yang sempat mengalami rasis di Amerika, tentu agak nggak akan semudah itu.
- Apakah semua manusia (sebagian besar) bisa berpikir seoptimis itu saat menghadapi kegagalannya?
Nah, apa ada dari kalian yang sudah membaca bukunya? Dan gimana nih pendapatmu?