Penulis : Dinda Pranata
The Golden Road adalah salah satu buku klasik dari L.M Montgomery—seorang sastrawati asal Kanada—tentang petualangan sekelompok anak-anak keluarga King dan teman-temannya. Sebenarnya the golden road ini menjadi seri kedua dari buku the story girl/gadis pendongeng.
Bagaimana sih kisah buku ini, apa yang bisa kita kulik dan subyektifitas untuk buku the golden road ini?
Petualangan Anak-Anak Keluarga King dan Sebuah Majalah
Kisah The Golden Road ini melanjutkan kisah dari si Gadis Pendongeng dan teman-temannya dari relasi di keluarga King. Pada seri sebelumnya Beverly King, Peter, Dan King, Felix, Cecily, Felicity, Sara Ray, dan Sara Stanley (si gadis pendongeng) menikmati tahun-tahun yang mengesankan di pulau Edward Prince dengan berbagai petualangan.
Pada tahun kedua dan di seri kedua ini, mereka berkumpul untuk membahas pembuatan majalah kelompok. Ide ini muncul ketika mereka membaca sebuah majalan bernama Family Guide di Carlisle dan akan lebih menarik ketika mereka bisa mencatat apa yang sudah mereka lewati sepanjang tahun itu.
Perkumpulan dan ide itu menghasilkan kesepakatan bahwa Beverly (Narator) King sebagai editor, Cecily mengisi kolom fashion, Peter mengisi kolom fiksi, Felicity mengisi kolom rumah tangga, dan lainnya mengisi kolom rupa-rupa. Lalu Majalah Kita mereka pilih sebagai nama yang cocok serta waktu terbitnya yang sebulan sekali.
Baca juga: The Path Made Clear: Optimisme sang Visioner Oprah Winfrey
Petualangan mereka selama hampir satu tahun di pula itu, mereka lampirkan dalam majalah kita tersebut. Resolusi-resolusi masing-masing anak yang berhasil tercapai atau yang tak tercapai, tak lupa cerita masyarakat di sekitar yang mereka sisipkan dalam majalah itu. Mereka tak hanya mengalami hal-hal yang menyenangkan, tapi juga ada hal-hal menyedihkan dan hal-hal konyol khas anak-anak.
Dalam seri kedua buku L.M Montgomery, tidak hanya berfokus pada si Gadis Pendongeng tapi pada perjalanan petualangan anak-anak yang terlibat di dalamnya.
Apa yang sih hal-hal yang tersembunyi dari kisah The Golden Road ini?
Kisah Menyenangkan yang Menjadi Harapan
Sesuai denga judulnya The Golden Road atau hari-hari bahagia, tampaknya L.M Montgomery ingin membagi imajinasi dan harapannya pada pembaca. Harapannya mungkin bisa jadi di luar apa yang kita bayangkan.
Saat kita baca buku ini, kita akan berpikir bahwa anak-anak harusnya banyak bermain dan menikmati petualangan. Namun, di sisi lain buku ini tidak hanya menyiratkan hal-hal tentang bagaimana orang dewasa seharusnya atau anak-anak seharusnya.
Baca juga: Novel Emma: Idealitas Wanita di Era Victoria
Buku ini menjadi harapan terpendam dari penulis akan kehidupannya sendiri. Untuk menutup masa kehidupan yang kurang bahagia, ia membuat cerita yang begitu menyenangkan seperti The Golden Road ini. Seperti bagaimana ibunya meninggal, bagaimana ia dititipkan ke neneknya hingga kehidupan bersama ibu tirinya tidak bahagia. Ia sudah banyak menyaksikan ketidakbahagiaan itu dalam hidupnya.
Selain menggambarkan kisah ketidakbahagiaan semasa hidupnya. Novel yang terbit tahun 1913 ini juga menggambarkan kerinduan sang penulis pada tanah nenek moyangnya di Skotlandia. Nggak heran unsur budaya Skotlandia cukup kental dari cerita buku ini. Misalkan saja budaya orang Skotlandia dataran rendah yang menyukai cerita, mitos dan legenda. Ia menggambarkannya lewat tokoh Sara Stanley.
Apa sih yang aku suka dan tidak sukai dari novel ini?
Subyektifitas Pembaca dari Novel
apa yang aku suka dari novel The Golden Road?
- Ceritanya mengalir dan asyik buat dinikmati. Beberapa kasus dari cerita dalam cerita agak membosankan dan kurang nyambung. Tapi novel ini berbeda, kita tetap bisa menikmati kisah kelompok kecil itu juga cerita yang Sara Stanley ceritakan.
- Cerita yang menyisipkan pesan moral bahwa anak-anak yang banyak bermain di alam, mereka bisa mengembangkan daya imajinasi. Selain itu legenda, mitos dan cerita rakyat selalu menjadi topik yang perhatian anak-anak sekaligus mendidik.
- Mengenalkan pembaca bahwa Nasrani tidak hanya ada protestan dan katolik, tapi juga ada Presbitarian dan Metodis. Cerita ini di dominasi oleh aliran Presbitarian yang mana banyak dianut oleh orang-orang Skotlandia.
- Menutup sekuel kisah The Story Girl yang bukan di bagian akhir. Kisah sekuel ini berakhir pada novel The Golden Road, namun bagaimana nasib dari tokohnya justru diungkap tidak pada bagian akhir novel, malah di bagian anti-klimaksnya.
Apa yang tidak aku sukai dari novel ini:
- Buku ini tidak tercantum apakah buku ini berseri atau tidak, jadi pembaca mudah terkecoh dan menganggapnya bukan buku seri. Di dalamnya ada potongan cerita pada buku pertamanya yaitu The Story Girl. Pembaca yang belum membaca buku pertamanya, akan sedikit bingung membaca bab awal dari kisah ini.
- Petualangan dari buku ini, tidak semenantang buku pertamanya The Story Girl. Petualangannya tidak terlalu mendebarkan daripada buku pertama. Juga kisah yang diceritakan oleh Sara Stanley yang lebih banyak di seri pertamanya.
Kalau kalian sudah baca bukunya, gimana nih kesan terhadap novel ini?