Penulis : Dinda Pranata
Vagina yang kita tahu adalah organ privat milik perempuan yang begitu tabu untuk kita sebutkan. Padahal organ privat ini tak hanya menjadi sekedar alat kelamin atau alat pemuas hasrat seperti yang kita tahu sebagai wanita. Nyatanya kata vagina ini kurang spesifik jika kita menyebutnya sebagai alat kelamin.
Vagina: Kuasa dan Kesadaran karya Naomi Wolf ini, nyatanya menguak banyak hal yang selama ini tidak banyak perempuan paham, termasuk aku sendiri. Kira-kira gimana sih isi bukunya? Apa yang bisa kita kulik dari buku ini dan bagaimana subyektifitas terhadap bukunya?
Vagina, Alat Kelamin dan Persepsi Feminis
Naomi Wolf membuka bab awal dari sebuah kejadian yang membuat dia merasa bertanya-tanya, apakah selama ini pengertiannya terhadap vagina ini salah. Kejadian yang ia alami ketika ia bisa merasakan kenikmatan yang paling luar biasa dari kegiatan bercintanya bersama sang kekasih hati. Kenikmatan itu membuat dia merasa lebih percaya diri. Namun suatu ketika ia merasakan kenikmatan itu berubah menjadi datar.
Pergilah Naomi ke dokter kandungan dan dari dokter itu ia mendapatkan pemikiran bahwa apa yang ia tahu tentang vagina nggak tepat. Pasalnya dokter kandugan itu menyatakan bahwa vagina perempuan memiliki banyak sekali syaraf yang terhubung dengan tulang belakang hingga panggul. Ketika seorang wanita merasakan rasa sakit pada panggul atau tulang belakangnya, maka sesuatu yang alami hubungan seks tidak akan terasa menyenangkan.
Tak hanya ketika tulang belakang sakit saja, jika ada masalah pada syaraf pusat di tulang belakang, hal itu bisa mempengaruhi syaraf otak yang mengirimkan rasa nikmat dalam berhubungan. Dari permasalahan vagina yang penulis paparkan, mengantar pada isu-isu feminis yang selama ini kurang tepat. Misalkan bahwa perempuan itu tabu untuk memiliki hasrat seksual yang besar seperti laki-laki. Atau anggapan sempit bahwa vagina itu hanya alat kelamin semata dan tidak ada hubungannya dengan persepsi otak tentangnya. Serta memperbaiki isu-isu feminis dari masa sebelumnya.
Kira-kira apa sih yang bisa kita kulik dari buku setebal 132 halaman ini?
Feminis Bukan Tak Butuh Lelaki, Hanya Saja ….

Ketika membaca buku Vagina: Kuasa dan Kesadaran, aku nggak cuma tahu pemahaman feminis itu nggak melulu tentang harkat dan kedudukan semata. Tapi, dalam buku ini penulis seolah mengajak kaum perempuan memahami dirinya dan tubuhnya lebih dalam. Selama ini juga pengenalan organ intim perempuan masih dianggap tabu bagi sebagian orang, baik itu laki-laki atau perempuan.
Buku ini memang tidak tebal, tapi cukup memberi gambaran bahwa isu feminis itu bisa berubah sesuai kebutuhan zaman per zaman. Penulis berusaha mengajak kaum feminis atau perempuan pada umumnya untuk bersama-sama memperbaiki persepsi tentang feminisme itu sendiri. Penulis berusaha mengubah persepsi masyarakat bahwa feminis bukan berarti tak membutuhkan lelaki. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki saling menggenapi, bukan adu kompetisi jenis kelamin mana yang lebih unggul.
Penulis mengharapkan buku ini bisa memperbaiki persepsi untuk mentralisir kesalahpahaman isu-isu feminis di luar sana. Bagaimana sih subyektifitas tentang buku ini?
Subyektifitas Tentang Si Buku

Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, buku ini memang tidak tebal tapi ada beberapa hal yang justru membuatku menyukai buku ini.
- Ukuran yang mungil dan ringan. Buku yang setebal 132 halaman ini cukup enak untuk dibaca dan dibawa kemana-mana. Secara fisiknya enak untuk kita pegang serta bahasanya juga nggak sulit buat kita cerna, apalagi kita yang masih awam tentang apa itu feminis dan organ perempuannya.
- Pandangan feminis yang lebih moderat. Naomi sangat lihai dalam mengangkat masalah sosial dari sisi biologis wanita. Nggak salah kalau buku ini bercerita dari masalah fisiologisnya sendiri. Dan jika kita pikirkan kembali sejatinya masalah gender ini pun bermula dari masalah perbedaan sisi biologis pria dan wanita. Selain ini pada buku setipis ini kita bisa mendapatkan informasi yang kaya tentang kajian gender dari biologis dari jurnal para ahli.
- Isi buku terfokus pada pandangan biologis dan seksualitas. Dalam buku ini banyak sekali istilah tentang bagian kewanitaan. Kalau kita pikir kembali memang alat kelamin ini nggak cuma punya fungsi sebagai pembeda makhluk, tapi termasuk di dalamnya berhubungan dengan neurologis manusia. Sedangkan neurologis sendiri memainkan peran dalam mengatur persepsi dan juga psikis.
Apa yang kurang kusukai dari buku ini?
- Fokusnya ke arah biologis jadi seolah mengabaikan sisi eksternal dari isu feminis. Sebenarnya isu feminis nggak hanya seputar biologis, meskipun segala masalah juga berasal dari biologis ini. Misal siapa yang memegang otoritas dalam aturan yang berlaku (kaum adam), tapi ada juga nyatanya kaum perempuan yang masih enggan (karena alasan takut) menentang aturan yang dibuat kaum adam. Sisi ini tidak hanya bisa dilihat dari sisi biologi tapi juga sisi humanis yang lain.
- Lebih cocok sebagai buku pengantar. Penjelasan Naomi Wolf yang singkat sehingga terkesan kurang mendalam. Buku ini lebih bisa mengantarkan kita pada pertanyaan lanjutan seperti jika memang Vagina itu terlalu dangkal disebut sebagai alat kelamin, mengapa kita tidak mengubah namanya? Atau bisakah masalah sosiologis feminis selesai dengan solusi biologis layaknya masalah ini terangkat? Dan pertanyaan sebagainya yang lain.
Adakah yang pernah membaca buku Vagina: Kuasa dan Kesadaran ini? Kalau sudah nih, bagaimana menurut kalian?
Comment
Jujurly selama ini pemikiranku ttg vagina ya sebatas pemuas hasrat, dan melahirkan saja, Ternyata pemikiranku salah setelah baca artikel ini. Nice info 👍
Sepertinya isi bukunya agak berat ya mba, mungkin lebih ke arah pemahaman ttg feminisme dan penerimaannya yang di lingkungan kita masih banyak pertentangannya, seandainya ada ebooknya mau baca saya 😀
Saya belum membacanya mba. Penasaran dengan isinya, harapannya sih membahas banyak sisi lain dari Vaginanya sendiri, bukan hanya sebagai sisi bilogis dan sisi seksualitasnya, namun ke arah cara pandang terhadap perempuan secara keseluruhan
isu feminisme maupun hal yang berkaitan dengan gender sulit diterima oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Beruntung jika dapat membacanya lewat buku ini
4 Responses