Penulis : Dinda Pranata
Mendengar nama William Shakespeare sudah tidak asing lagi di telinga kan. Dengan salah satu novel legendarisnya yaitu Romeo dan Juliet menjadikannya salah sastrawan dunia yang paling diakui. Selain menciptakan karya sastra berupa naskah pementasan, prosa dan puisi-puisi ada sumbang asihnya yang terbesar yaitu menyumbang sekitar 1,700 kata untuk bahasa inggris.
Beberapa waktu lalu iseng beli salah satu buku karya William Shakespeare berjudul Macbeth karena tergoda diskon. Bukunya termasuk tipis dengan tebal 150an halaman. Kira-kira gimana sih cerita Macbeth inu? Apa yang bisa kita lihat dari ceritanya? Lalu gimana subyektifitas untuk karya ini?
Macbeth William Shakespeare dan Sebuah Pementasan
Macbeth adalah seorang panglima perang dari kerajaan Skotlandia. Ia dikenal sebagai seorang yang jujur dan berjiwa ksatria. Pada saat kerajaan Skotlandia melawan pemberontakan dari pangeran Cawdor, Macbeth bersama anak-anak raja Duncan—Malcolm dan Donaldbain—memasuki arena perang. Saat pangeran mahkota alias si Malcom ini hampir tewas di tangan musuh, Macbeth lah yang menyelamatkan si calon raja ini dengan memenggal kepala musuhnya.
Sepulang dari berperang untuk menghadap raja ia dan Banquo bertemu dengan tiga penyihir yang meramalkan nasib mereka berdua. Salah satunya adalah Macbeth yang diramalkan akan menjadi raja berikutnya setelah Duncan. Setelah mendengar ramalan ketiga penyihir itu, Macbeth dan Banquo memiliki pikiran masing-masing tentang masa depan mereka.
Sampailah Macbeth dan Banquo menghadap raja Duncan. Mengetahui keberanian Macbeth, raja Skotlandia memberinya gelar pangeran Cawdor, yang mana gelar ini setara dengan gelar putra makhota. Untuk merayakan gelar baru Macbeth, raja menyatakan maksudnya nih berkunjung ke kediaman Macbeth. Untuk menyambut raja, Macbeth mengirim surat kepada istrinya agar mempersiapkan kediamanannya sebaik mungkin untuk tamu agung tersebut. Selama perjalanan dari kerajaan ke kediamannya, Macbeth memikirkan apa yang dikatakan oleh para penyihir itu hingga muncul niat jahat dalam dirinya.
Baca juga: Wuthering Heights dan Lingkaran Racun Suatu Hubungan
Sesampainya di rumahnya, ia pun memberitahu isi ramalan itu kepada Lady Macbeth. Macbeth yang penakut dan memegang prinsip kesetiaan sejatinya tidak ingin melalukan perbuatan jahat dalam kepalanya untuk membunuh raja Duncan. Namun karena ambisi sang istri kejahatan itu akhirnya ia lakukan di dalam rumahnya dengan siasat yang begitu matang ide dari sang Lady Macbeth. Setelah pembunuhan raja Duncan, Macbeth naik takhta dan tragedi itu berlanjut pada tragedi-tragedi lain di sekeliling Macbeth.
Menggali Ide Macbeth
Kisah Macbeth sendiri terbit tahun 1623 atau pada abad pertengahan. Banyak sekali analisis moral yang tertangkap dari tragedi lima babak di Macbeth. Seperti bagaimana membedakan orang yang ambisius realistis dan ambisius buta seperti yang terjadi pada karakter Lady Macbeth. Juga ada pesan moral mengenai perpolitikan bangsawan yang mana dulu kawan sekarang lawan. Pesan politik ini bisa kita lihat dari hubungan antara Malcomm dan Macbeth atau dari cara-cara Macbeth memperoleh kekuasaan.
Namun dari itu semua ada hal yang unik ketika menggali alur dan juga tokoh cerita Macbeth ini. Dalam sebuah catatan sejarah, Shakespeare menggunakan kisah dari alur dan tokoh asli wilayah Skotlandia bernama Duncan. Raja ini memiliki tubuh yang lemah dan memiliki masa yang cukup singkat sekitar 6 tahun (1034-1040). Macbeth membunuh Raja Duncan I dan kemudian menjadi Raja Skotlandia tahun 1040-1057. Meski tokoh-tokohnya nyata tapi karakter penokohannya ia buat terbalik di dalam karyanya untuk menjadikan efek cerita perebutan kekuasaan sedikit dramatis.
Pembalik karakter tokohnya, William Shakespeare terinspirasi dari kisah Holinshed’s Chronicles—semacam legenda kerajaan Britania Raya—yang kompleks dan terdiri dari tiga jilid. Misalkan pada saat Macbeth dan Banquo bertemu dengan tiga penyihir. Sebenarnya nggak cuma Shakespeare, tapi ada penulis lain seperti Edmund Spencer dan Christian Marlow yang menggunakan kronik ini sebagai inspirasinya.
Lalu bagaimana sih subyektifitas tentang novel ini?
Subyektifitas tentang Macbeth
Hal yang menarik menurutku dari buku ini:
- Buku ini memakai kata-kata yang cukup berseni meski terjemahan. Alurnya lebih mudah dicerna dan kita bisa menangkap keseluruhan isinya. Tapi akan berbeda saat kita membaca versi asli dalam bahasa Inggris.
- Aku baru saja mengetahui bahwa tokoh dalam buku ini adalah nyata dan bukan fiksi. Dari buku ini aku bisa melihat bagaimana Shakespeare begitu berani berkreasi dengan tokoh nyata dan alur nyata dengan membolak-balikkan karakternya. Aku sempat berasumsi bahwa cerita bukan tragedi semata, tapi juga bisa masuk kategori satir. Misalkan pada tokoh asli Raja Duncan tergambar sebagai tokoh yang lemah, tapi dalam cerita Macbeth karya Shakespeare tokoh ini memiliki karakter yang baik. Sedangkan untuk tokoh Macbeth nyatanya adalah Raja yang mampu memerintah dengan baik dan damai, sementara dalam cerita Shakespeare justru tergambar sebagai sosok yang lemah dan mudah terpengaruh.
Hal yang kurang menarik dari buku ini:
- Cetakan yang cacat. Pada saat mendekati klimaks sampai posisinya di klimaks aku kehilangan berlembar-lembar jalinan cerita. Dari halaman 112, halaman selanjutnya hilang dan justru mundur ke halaman tigapuluhan. Akhirnya aku harus membaca versi aslinya khusus bagian yang hilang itu. Dan seperti yang aku singgung sekilas, versi asli dari Macbeth William Shakespeare dalam bahasa Inggris sangat berseni dan banyak mengandung kosakata yang sekarang mungkin tidak terpakai lagi dalam bahasa Inggris (Contoh Thy, Thou, dll)
- Nuasa kebahasaan yang menurutku kurang terolah sehingga kurang estetis. Misalkan saat Raja Duncan bertanya, “darimana asalmu?” kepada Ross (salah satu bangsawan Skotlandia) akan lebih indah nuasa katanya diterjemahkan seperti, “Darimana asalmu, wahai bangsawan yang terhormat?” Dalam versi aslinya Raja Duncan berkata, “Whence camest thou, worthy thane?”, penambahan “wahai bangsawan yang terhormat” akan memberikan nuansa kebangsawanan yang kurang lebih setara dengan versi asli dalam bahasa Inggrisnya.
- Adegan yang kurang greget terutama saat perang berlangsung atau adegan yang berhubungan dengan emosi karakter-karakternya. Sebabnya karena narasi deskripsi begitu singkat dan tidak mewakili keadaannya. Ini salah satu kekurangan naskah drama yang tidak seperti novelet.