Penulis : Dinda Pranata
Masalah lingkungan tidak hanya berkaitan dengan iklim dan sampah. Tidak hanya berkaitan dengan perilaku manusia yang kian konsumtif, tapi juga berkaitan dengan bagaimana hewan domestik berkembang biak. Di beberapa negara masalah over populasi hewan domestik (hewan yang bisa dipelihara) ini bukan rahasia lagi, tapi untuk Indonesia istilah ini mungkin belum begitu dikenal luas.
Kita tentu sering banget menemukan banyak sekali kucing liar atau anjing liar di jalan. Juga menemukan banyak penyiksaan dan penelantaran kucing/anjing baik di berita atau di sekitar. Kondisi itu menjadi salah satu dari sekian banyak masalah dari overpopulasi hewan domestik. Tapi bukankah hewan domestik yang populasinya banyak itu berarti mereka tidak mudah punah? Nyatanya anggapan itu salah, kondisi over populasi hewan-hewan ini tidak berbeda dengan over populasi pada manusia. Sebelum sampai ke sana, bagaimana penyebab over populasi hewan ini dan apa dampaknya pada lingkungan?
Lingkaran Setan Over Populasi
Banyak sekali penelitian yang mengatakan bahwa memiliki hewan peliharaan itu baik untuk membantu kesehatan psikologis. Meski memelihara hewan domestik itu baik untuk kesehatan mental, sayangnya rasa ingin dari manusia terkadang tidak seimbang dengan rasa tanggung jawab untuk memelihara hewan yang mereka pelihara. Memelihara hewan peliharaan berarti seseorang juga harus bertanggung jawab dengan kelangsungan hidup serta kesejahteraan hewan yang kita pelihara.
Masalah overpopulasi yang terjadi di beberapa negara besar seperti Inggris, Amerika, Kanada dan lainnya ini berasal dari dua faktor. Pertama membiarkan hewan domestik ini berkembang biak tanpa terkendali dan kedua penelantaran hewan peliharaan.
Kalau di Indonesia bagaimana nih? Kita ambil saja salah satu kota besar seperti di Jakarta, tahun 2018 pemprov DKI Jakarta mendata populasi kucing di kota tersebut dan hasilnya ada kurang lebih 29.504 ekor. Sementara untuk populasi anjing lebih banyak tumbuh di luar Jawa, contohnya tahun 2018 di Bali mencapai 500,000 ekor. Dengan populasi yang cukup banyak tersebut ditambah dengan faktor penyebab overpopulasi menjadikannya lingkaran setan yang menyebabkan masalah bagi lingkungan.
Baca juga: Tanaman Menari, Memang Ada? Ternyata Tidak Hanya Manusia Yang Bisa Menari!
Overpopulasi pada hewan domestik tidak jauh berbeda dengan overpopulasi pada manusia. Keduanya bisa sama-sama membahayakan dan memperburuk masalah lingkungan, jika tidak kita atasi. Kira-kira masalah apa saja yang mungkin bisa terjadi ketika ledakan populasi ini terjadi?
Racun Bagi Ekosistem

Over populasi hewan domestik seperti kucing, anjing bahkan monyet bisa memperburuk kelestarian lingkungan. Semua masalah yang terjadi akibat kelebihan populasi berdampak besar bagi manusia.
- Masalah kesehatan yang berhubungan dengan penularan penyakit tertentu
Ledakan populasi dari hewan domestik (kucing, anjing hingga monyet) bisa menjadi agen penularan penyakit pada manusia seperti rabies, cacar monyet, pes dan lainnya. Penularan penyakit pada hewan-hewan ini bisa didapatkan dari makanan yang mereka konsumsi yang kemudian ditularkan ke manusia melalui kotoran atau gigitan.
Banyak negara termasuk Indonesia, melakukan serangkaian pengendalian persebaran penyakit yang menular dari hewan dengan memberikan vaksinasi. Namun vaksinasi hewan tidak efektif tanpa melakukan penekanan angka lahir pada hewan-hewan tersebut.
- Ketidakseimbangan rantai makan pada ekosistem
Saat populasi hewan berlebih maka ketersediaan makanan bagi hewan-hewan lain akan terganggu. Misalkan terjadi ledakan populasi kucing, akan membuat ketersediaan tikus sebagai konsumsinya akan berkurang. Sementara di sisi lain hewan yang mengkonsumsi tikus juga pada akhirnya terkena imbas seperti jenis ular.
Baca juga: Sekelumit Kisah Bumi, Hutan dan Penghuninya
Jika populasi tikus tidak dikendalikan maka posisi ular dalam rantai makanan bisa terancam. Hasil akhirnya membuat masalah bagi manusia juga semisal datangnya ular pada pemukiman untuk mencari makan, hewan liar yang membuang kotoran di rumah penduduk dan lainnya.
Apa tidak ada jalan untuk mengendalikan hewan-hewan ini?
Hewan Sejahtera, Manusia Bahagia

Kontrol atas penekanan angka kelahiran/populasi pada hewan domestik bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dalam sebuah jurnal kesehatan hewan tahun 2021 setidaknya ada lima cara mengendalikan over populasi hewan domestik seperti kontrasepsi, eutanasia, penembakan oleh dinas terkait, kebiri hingga meracun hewan.
Namun dalam pemilihan cara penanganan populasi ini setidaknya manusia perlu mempertimbangkan aspek moral dan kesejahteraan hewan itu sendiri. Salah satu cara yang menurut beberapa pihak lebih ramah dan murah adalah dengan kontrasepsi alias KB atau kebiri. Cara ini dinilai lebih baik daripada metode eutanasia/suntik mati. Lantas apakah eutanasia ini tidak boleh dilakukan untuk mengontrol populasi hewan domestik yang semakin banyak?
Dalam sebuah penelitian tentang eutanasia hewan pada tahun 2016 menyatakan bahwa untuk melakukan eutanasia ini setidaknya harus ada beberapa kondisi penting. Kondisi itu misalkan hewan memiliki penyakit yang berbahaya, hewan yang memiliki perilaku agresif yang membahayakan lingkungan, termasuk kondisi overpopulasi yang meresahkan lingkungan. Namun untuk melakukan prosedur eutanasia ini harus dilakukan oleh tenaga medis hewan dan tetap memperhatikan kesejahteraan hewan itu sendiri.
Baca juga: Mengajarkan Anak Memanfaatkan Sampah Masyarakat. Maksudnya?
Invitasi dan Diskusi
Hewan termasuk makhluk hidup yang jauh lebih rentan daripada manusia. Oleh karenanya manusia yang memutuskan untuk memeliharanya diharapkan bisa benar-benar bertanggungjawab atas kesejahteraannya. Kasus-kasus yang melibatkan penelantaran hewan menjadikan faktor overpopulasi hewan domestik ini tak kunjung mereda. Ditambah lagi, mereka yang memelihara hewan peliharaan tidak melakukan kebiri atau KB pada hewan peliharaan, menambah sederet faktor penunjang over populasi yang merugikan lingkungan.
Kamu yang pecinta hewan atau yang memelihara hewan, adakah solusi yang lebih baik atas kondisi over populasi hewan domestik ini?
Source:
www.bbc.com
www.sciencing.com
www.worldanimalfoundation.org
Abdulkarim, Abubakar, et al. “Stray Animal Population Control: Methods, Public Health Concern, Ethics, and Animal Welfare Issues.” World’s Veterinary Journal, no. 3, Scienceline Publication, Sept. 2021, pp. 319–26
Arjana, A.A Gede. 2016. Eutanasia Pada Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan: Universitas Udayana
Comment
Menarik sekali
Sudut pandang ini jarang tersentuh oleh pemerhati ya kak. Padahal kasus penyiksaan hewan salah satunya karena mereka over populasi. Tidak harmonis.
Bukan tidak tersentuh sih. Sudah banyak sebenarnya yang menggaungkan kontrol populasi pada hewan domestik. Hanya saja, masyarakat umum (bukan ahli dan pemerhati) tidak terlalu peduli dengan kondisi ini dan menganggap “ya sudah mau apa lagi,”
Wah betul sekali populasi hewan domestik sudah over apalagi kucing. Saya dulu cuma punya 2 kucing tapi sekarang sudah 10 kucing. Kucing betina dewasa kadang bisa melahirkan 2 kali dalam setahun. Ini jelas problem tapi mau steril biaya juga lumayan apalagi kucing banyak.
Yang menjadi kendala memang adalah masalah biaya ya kak. Dan ini jadi PR kita semua.
Bisakah? Jujur saya juga sangat terganggu dengan kucing yang berkeliaran. Kotor, jorok dan suka masuk rumah tanpa pamit! nyebelin deh. Eh, malah jadi curhat.
KB disini adalah steril ya kak. Hehehe..
Siapa nih yang mesti in charge? Dinas Peternakan? Mampukah? Maukah? Soalnya sepertinya kalau tidak ada perintah dari pemerintah, mereka juga tidak bergerak
Bukan cuma tugas pemerintah kak, tapi semua lapisan masyarakat. Terutama mereka yang memiliki peliharaan.
Aku baru tau hewan bisa KB. Sebenarnya bisa aja kan ya, kan ada suntik steril itu. Iya ga sih?
Bener kak KB di sini adalah steril. Semisal tidak ada kepentingan lagi untuk dikembangbiakkan maka sebaiknya di KB/steril.
Semoga pencinta hewan segera aware pada kondisi ini, ya, Kak. Bijak dan cermat dalam pemeliharaan agar berdampak baik ke depan.
Benar kak. Semoga kondisi ini bisa lebih bikin kita lebih aware lagi.
Artikelnya relate bgt sama keresahanku yg dirumah buaaaanyaaaakk banget berkeliaran kucing. Aku gemes bgt pengen steril aja itu kucing biar gak melahirkan terus. Kasian juga pada kelaparan. Ternyata bisa menyebabkan over populasi ya aku ga nyangka bgt ternyata sebahaya itu. Kalau di Bandung enak udah ada mobil yg buat steril hewan, keliling gitu. Aku menantikan bgt mobil itu bisa hadir ke kotaku dan lewat rumah, wkwk.
Sama kak, di wilayahku ini juga benar-benar meresahkan. Semoga mobil steril hewan ini segera hadir di kota-kota Indonesia ya buat mensterilkan hewan-hewan yang udah over populasinya.
Gak hanya manusia saja ya yang saat ini over populasi, ternyata hewan pun juga. Dulu keluarga saya punya kucing dan cukup repot karena semakin banyak kucing yang beranak pinak. Mungkin kalau di-KB atau disterilkan tentu pertumbuhannya bisa dikontrol ya.
Bener kak. Satu aja pemilik yang sadar pentingnya steril, maka menyelamatkan satu jenis sesamanya.
Baru tau klo angka populasi hewan domestik sampai over gitu. Perasaan saya malah gak tega bikin hewan KB, karena yg lucu ya anak²nyaa hehe
Ini salah satu alasan yang sering saya temui saat bertanya kok hewannya nggak di sterilkan. Hahaha, jawabannya ya karena anak-anaknya lucu dan bisa dijual kembali.
Saya cat lover. Untuk over populasi hewan domestik liar menurut saya yang bisa dilakukan adalah trap & neuter, ditangkap disteril dilepas.
Untuk hewan yang dipelihara pemiliknya juga harus tanggung jawab. Kalau hewannya beranak dan nggak sanggup miara anak-anaknya lebih baik dari awal disteril. Lalu jangan miara karena tren, kesenangan sesaat, dsb. Piara karena sayang, agar penelantaran hewan dicegah, ntar begitu bosen hewannya dibuang jadi liar beranak pinak.
Bener banget kak, kadang miris dengan mereka yang mau punya tapi enggak mau merawat. Makanya lebih baik kan kalau mereka dipelihara oleh pihak yang lebih menyanyangi mereka.
21 Responses