Penulis : Dinda Pranata
Ratna (25) seorang lulusan akutansi yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Setiap harinya ia bekerja di depan laptop sambil menganalisis laporan-laporan keuangan baik untuk pajak maupun cash flow perusahaannya. Namun selepas bekerja di kamar kost sederhananya di wilayah Sukolilo, ia bekerja sebagai pekerja lepas.
Jenis pekerjaan lepas yang ia lakoni berhubungan dengan penerjemahan dan input data. “Kalau biaya jasa biasanya beragam tergantung tingkat kesulitan pekerjaannya,” katanya melalui pesan instan. Tawaran pekerjaan tidak semua ia terima tergantung dari ketersediaan waktunya dan jenis pekerjaannya.
Salah satu yang pernah ditawarkan padanya adalah jasa mengerjakan skripsi salah satu mantan kliennya atau joki skripsi.
Joki Studi: Si Pintar Akademik yang Oportunis
Menurut Ratna permintaan Joki untuk sekedar mengerjakan tugas kuliah, menulis karya ilmiah hingga mengerjakan skripsi menjadi salah satu pekerjaan yang cukup sering ditawarkan. Meski begitu Ratna enggan mengambil pekerjaan itu meski bayarannya cukup menjanjikan.
“Selama ini takut buat joki yang hubungannya dengan tugas kuliah,” jawabnya, “alasannya sih karena kalau ketahuan atau nggak beres, nggak cuma aku yang kena tapi juga imbasnya pada image jasa freelance-ku,” lanjutnya. Meski begitu tampaknya bisnis perjokian ini sudah banyak terjadi, nggak cuma buat mengerjakan tugas, bahkan sampai joki untuk ujian hingga penerimaan kerja pun banyak terjadi.
Baca juga: Jurusan Kuliah Keren, tapi Cari Kerjanya Senewen
Berkebalikan dengan Ratwa, Siwi (23) yang bekerja sebagai pelayanan administrasi perusahaan swasta, juga mengaku bahwa dia terkadang mengambil jasa joki pembuatan karya ilmiah bagi mahasiswa di sela kesibukan sehari-harinya. “Kalau ada job bikin karya ilmiah, esai atau makalah biasanya aku nggak ngambil side job lain. Soalnya ‘kan esai gitu butuh konsentrasi biar fokus,” katanya.
“Sebenarnya banyak sih teman-temanku yang kerja jadi joki buat temen-temennya, termasuk aku juga,” lanjut Siwi. Menurutnya ia mengambil pekerjaan itu karena fee yang cukup menjanjikan dan bidang keilmuan yang ia kuasai.
Selain itu baginya tidak masalah mengambil joki selama ada hitam di atas putih dan bermaterai. “Misal kalau ada apa-apa sama hasil kerja, bisa dibuktikan dari kontrak. Biasanya isi kontraknya mengenai fee, pembayaran, revisi dan kondisi setelah esai itu ada diterima klien,” tambahnya lagi.
Joki dan Bayangan Kelam si Akademisi
Dalam sebuah riset yang dilakukan tahun 2023 tentang menjamurnya jasa joki ini setidaknya ada beberapa alasan yang mendasari. Alasan yang membuat seseorang menggunakan jasa joki seperti adanya manfaat kemudaan pengerjaan tugas, penggunaan joki yang umum di sekitar klien dan hasil yang bisa disesuaikan dengan keinginan klien.
Kondisi perjokian tugas studi tidak hanya banyak terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Jepang dan negara lainnya. Bahkan sebuah riset dari Universitas Swansea setidaknya tahun 2014 hingga 2018 ada 15,7% dari 31 juta siswa pendidikan tinggi di seluruh dunia menggunakan jasa joki untuk pekerjaan/tugas mereka.
Baca juga: Sapu Jagad Ala Keyboard Warrior: Menyikat atau Menyudutkan?
Hasil riset-riset tersebut memunculkan dampak yang cukup besar dari situasi perjokian itu sendiri. Yang paling menonjol dari akibat penormalan perjokian akademik ini adalah bagaimana integritas akademik suatu instansi dan maraknya perilaku korupsi di suatu negara menjadi indikator perilaku memberi atau menerima jasa joki.
Perjokian di dunia akademik berdampak besar pada individu-nya. Contoh pengaruh itu misalkan bagaimana kompetensi keilmuan dari individu, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan tekanan, serta nilai moral yang individu itu miliki.
Selain berdampak pada individunya, perjokian ini pun bisa memberi dampak besar terhadap instansi/lembaga. Contohnya menurunnya kredibilitas sekolah/lembaga/instansi akademik meluluskan siswa yang menggunakan joki. Lambat laun instansi/lembaga akademik yang kredibilitasnya menurun akan membuat lulusan dari lembaga tersebut kehilangan kepercayaan di publik/bursa kerja.
Adakah solusi untuk mengatasi masalah perjokian ini?
Industri Joki Sama dengan Kriminal
Negara-negara maju terus mengupayakan solusi dari ancaman industri perjokian tugas/studi ini. Contohnya di kawasan Amerika, Inggris dan Australia banyak sekolah tinggi yang memasukkan layanan atau industri joki akademik sebagai bagian dari tindak kriminal. Bahkan pemerintah Australia, misalkan, tidak hanya mengsanksi penerima jasa joki yang mana mengembalikan masalah pada pihak kampus/lembaga, juga memberikan sanksi pada penyedia jasa. Sanksi tegas penyedia jasa joki studi yaitu penjara dua tahun serta denda sebesar 100,000 AUD.
Baca juga: Berdiri Seperti Pahlawan, Isi Kepala Jadi Sorotan
Di Indonesia sendiri, kondisi perjokian ini termasuk tindak pidana kriminal. Berdasarkan pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional dalam pasal 25 ayat (2) soal plagiasi atau kasus menjiplak pihak penyedia jasa joki studi dan pengguna akan dipidanakan. Sayangnya memidanakan industri perjokian tidak serta merta akan membuat industri ini mati.
Berdasarkan laman detikX menyatakan bahwa sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berubah yang mana tidak mengisyaratkan skripsi sebagai syarat kelulusan. Sama halnya seperti di Amerika pada era tahun 1990-an yang sudah menghapus skripsi sebagai syarat kelulusan.
Invitasi dan diskusi
Meski kuliah di kampus terbaik, memperoleh nilai yang luar biasa, cumlaude, tapi semua hasil dari menyewa joki studi/tugas maka apa yang bisa kita banggakan dari itu semua. Integritas sebagai individu, beratnya biaya kuliah hingga “beban gelar” yang kita perolah bisa runtuh semalam hanya karena penyewaan jasa joki yang tak seberapa.
Bagaimana menurut kalian dengan fenomena ini?
Source:
Baca juga: Romantisasi Kriminal: Dari Kasus Brigadir J hingga Saiful Jamil
Heriyati, Dina, et al. “Understanding Contract Cheating Behavior Among Indonesian University Students: An Application of the Theory of Planned Behavior.” Journal of Academic Ethics, Springer Science and Business Media LLC, Jan. 2023. Crossref, doi:10.1007/s10805-023-09470-y.
Newton, Philip M. “How Common Is Commercial Contract Cheating in Higher Education and Is It Increasing? A Systematic Review.” Frontiers in Education, Frontiers Media SA, Aug. 2018. Crossref, doi:10.3389/feduc.2018.00067.
Erguvan, Inan Deniz. “The Rise of Contract Cheating during the COVID-19 Pandemic: A Qualitative Study through the Eyes of Academics in Kuwait.” Language Testing in Asia, no. 1, Springer Science and Business Media LLC, Dec. 2021. Crossref, doi:10.1186/s40468-021-00149-y.
https://news.detik.com/x/detail/spotlight/20221025/Jerat-Pidana-Sarjana-Jalur-Joki/
Comment
Bisnis joki ini akan selalu menjanjikan selama ada orang malas kerja/belajar tapi mau hasil maksimal. Seingatku dulu waktu mau masuk kuliah ada juga joki tapi cepat ketangkap.
Bener kak, dan ini benar-benar jelas sekali terlihat. Bahkan beberapa komunitas yang saya ikuti di media sosial malah dengan terbuka menawarkan jasanya.
hmm jalan pintas yang menyesatkan, untuk apa jika hanya sekedar nilai tapi tidak memahami, mending ga deh
Bukan saya sok suci sih kak, saya juga pantang jadi joki untuk tugas, apalagi skripsi
Salut kak! Dan saya bener-bener salut dengan yang menolak joki atau menyediakan jasa joki. Efeknya memang tidak langsung kelihatan, tapi dampak jangka panjangnya benar-benar berbahaya.
Tentunya akan lebih baik jika sebagai siswa maupun mahasiswa mengerjakan dan bertanggung jawab atas tugasnya sendiri. Dan untuk para joki semoga Allah SWT berikan petunjuk dan pintu rezeki yang lebih baik lagi dari joki.
Semoga ya kak. Demi kebaikan bersama.
aku sepakat bahwa joki akademis ini menjadi menjadi masalah yang cukup serius di dunia pendidikan, bayangkan jika seorang akademisi dianggap memiliki nilai sempurna karena nilai bagus banyak jurnal dll tapi semua itu dikerjakan oleh joki, maka suatu saat saat menjadi guru ataupun dosen pastun kualitasnya tidak sebaik dari yang nampak
Wah, sebenarnya ini fenomena klasik yang sudah ada sejak dulu ya. Namun kalau mendengar cerita serupa selalu merasa miris. Padahal yg jadi joki itu biasanya pintar2, namun malah membantu merusak generasi muda…
buat bikin tulisan artikel di blog sendiri aja rasanya udah berat. jadi gak mungkin bisa ambil job bikinin skripsi si mahasiwa/wi yang males.. hahaha.. bener tuh, para joki skripsi adalah kriminal, mereka harus dihukum kalo ketangkep, karena itu gak fair buat mahasiswa/wi yang bekerja keras sendiri untuk skripsinya.
Waduh! Uji kompetensi pakek joki, yg lulus & beneran pintar si jokinya dong.
Pro dan kontra sih kak. Sebagian orang menganggap hal seperti dpat menolong dirinya. Namun disisi lain engga.. Semoga kedepannya semakin baik akademisi kita
Kayanya joki akademik ini menyasar orang-orang yang memang uda seputus asa itu mungkin ya..
Soalnya, aku kok gak pernah nemu yang beginian di kampusku…huhu.. Bukan mau coba-coba, tapi karena serasa gak dekat dengan duniaku, aku baru percaya setelah membaca artikel ini.
Sangat membuka wawasan sekali.
Dan turut prihatin, sebenarnya.
Woww!! Pertama, aku salut sama kak senjahari, berani angkat isu ini. Karena ini menurutku isu sensitif yaa..
Kedua, joki begini emang dilematis ya. Dikriminalisasi gak mati2, gak dikriminalisasi itu yaa gak jujur namanya. Menurutku kembali lagi ke nurani masing2, harusnya cari ilmu tuh yg jujur kalo mau ilmunya berkah. Tapi kadang ya emang ada yg sampe gak sempat bikin tugas gitu, kok nggak cuti aja sih.. Joki2 ini terus ada karena yaaa ada aja yg cari…
Memang cocok sekali untuk orang-orang yang malas kerja.
14 Responses