Home / Taman

Melasti 2023: Detoksifikasi dan Lambaian Nyiur di Pantai Balekambang

Senjahari.com - 19/03/2023

Melasti 2023 di Pantai Balekambang

Penulis : Dinda Pranata

Angin tepi pantai yang menderu bersama dengan deburan ombak menyapu pesisir berpasir putih. Lahan parkir yang sudah penuh bahkan di jarak dua kilometer dari pintu masuk Pantai Balekambang tidak menyurutkan orang-orang untuk berjalan kaki menuju lokasi pantai ikonik di Malang itu.

Suara lonceng berdering dan lantunan mantra dari pemangku terdengar lewat pengeras sudah terdengar bahkan di lahan parkir terjauh. Minggu (19/3/23) itu menjadi momen penting bagi ribuan umat Hindu yang datang untuk bersembahyang di Balekambang untuk melakukan serangkaian upacara “detoksifikasi” alam. Kegiatan detoksifikasi alam ini biasanya dilakukan tiga atau empat hari sebelum hari raya nyepi. Bagaimana acaranya?

Proses Detoksifikasi Alam

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang mana melakukan upacara melasti secara terbatas baik dalam jumlah maupun lokasinya. Tahun 2023 ini, kegiatan Melasti di Malang Raya sangat meriah bahkan ada ribuan umat dari berbagai tempat yang mengikuti kegiatan ini.

Salah satu umat hindu bernama Sari (nama samaran) yang berasal dari Ngajum berkata,”Ini momen yang luar biasa, karena baru tahun ini bisa ramai-ramai berkumpul dengan keluarga besar umat Hindu.” Selain itu, ia menambahkan khusus untuk kegiatan ini, ia bahkan sudah ada di pantai Balekambang sejak pukul sembilan pagi.

Melasti dan Detoksifikasi
Kegiatan Melasti 2023 di Pantai Balekambang

Kegiatan Melasti di tahun ini benar-benar menarik, karena pelaksanaannya serentak di berbagai wilayah di Indonesia. Prosesi melasti sendiri selalu berlangsung di tempat-tempat sumber mata air (Tirta Amerta) seperti danau, sungai atau pantai sebagai sumber kehidupan.

Adapun tujuan dari proses melasti sendiri sebagai proses detoksifikasi alam semesta. Proses melakukan pembersihan dari perbuatan buruk secara batiniah melalui mantra dan doa serta lahiriah melalui percikan air suci dari sumber mata air.

Baca juga: Catur Warna - Fenomena Salah Kaprah Tentang Golongan Dan Kasta. Lalu Yang Benar Bagaimana?

Selain itu, pada hari pelaksanaan melasti, masing-masing pura dari berbagai banjar akan membawa dan menyucikan perlengkapan dari pura. Mereka akan berkumpul di tepi pantai, meletakkan peralatan masing-masing pura dan pinandita/pedanda akan memercikkan air suci/tirta sembari mengucapkan mantra. Setelah itu, pedanda melanjutkannya dengan panca sembah bersama umat.

Melasti dan Weekend Tepi Pantai

Kegiatan melasti pada 19 Maret 2023 ini berbeda dari dua tahu sebelumnya sempat ‘libur’ dan terlaksana secara terbatas karena COVID-19. Pada tahun ini kegiatan melasti berlangsung kembali dan membawa euforia bagi seluruh umat Hindu untuk berkumpul bersama keluarga besar umatnya dari berbagai tempat.

Salah satunya, sebut saja Sari warga Ngajum (40) yang datang bersama suami dan kedua anaknya. “Saya nggak ikut rombongan dari pura,” katanya sambil meneguk air kelapa. Menurutnya jika ikut rombongan mereka harus berangkat pagi-pagi sekali dan itu membuatnya sedikit kerepotan mengingat kedua anaknya masih balita.

“Seneng sekali bisa ikut meramaikan kegiatan melasti. Apalagi ini serentak dan pas weekend,” katanya. Saat kami bertanya apakah cuma ikut sembahyang, “nggak cuma sembahyang sih, kebetulan anak-anak ingin main di pantai, jadi sekalian wisata gitu,” tuturnya sambil mengawasi anaknya yang sedang bermandian di pantai Balekambang.

Kegiatan melasti ini tidak hanya menjadi momen beribadah umat Hindu, tapi juga momen weekend yang cocok untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Melalui kegiatan setahun sekali ini banyak pihak yang merasakan manfaatnya.

Baca juga: Maha Rsi Visvamitra-Salah Satu Rsi Dalam Epos Ramayana. Siapa Beliau?

Kegiatan Ibadah yang Membuka Keran Rezeki

Keberagaman dan Toleransi
Keberagaman dan Toleransi

Salah satunya seorang berdagang es kelapa muda di area pantai. “Kalau hari sabtu minggu biasa, pemasukan bisa kisaran lima ratusan ribu udah lumayan. Saat ada acara seperti ini pendapatan satu hari bisa hampir mencapai satu jutaan,” katanya sambil melayani kami.

Ini cukup masuk akal mengingat kegiatan melasti diikuti ribuan umat hindu. Belum lagi, tambahan dari para wisatawan lokal yang juga memadati area pantai Balekambang. Cuaca yang terik minggu itu serta lambaian nyiur diterpa angin, menambah rasa nikmat berwisata dan beribadah.

Beberapa pedagang merasa bersyukur dengan kegiatan melasti yang diadakan kembali. Ini membantu pemasukan perekonomian mereka setelah setidaknya dua tahun kegiatan ini sempat terhenti karena pembatasan, yang mempengaruhi perekonomian mereka.

Tidak peduli apapun agamamu, kita akan saling mengisi dan membantu sama lain. Karena esensi dari agama adalah cinta kasih antar sesama manusia dan alam.

Dinda Pranata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment