Penulis : Dinda Pranata
Pada bulan Agustus 2022, kota Malang sempat mengalami krisis air bersih selama hampir satu bulan. Penyebabnya karena pipa dinas yang bocor di beberapa titik sehingga mempengaruhi debit air yang tersalurkan ke rumah warga. Aku sendiri sempat kesulitan dalam memperoleh air karena kondisi ini.
Misalkan pada rela nggak mandi pagi demi air bisa untuk masak atau buang air karena pada saat pagi justru air tidak mengalir. Lalu pada sore/malam hari mengantri bersama tetangga untuk mendapatkan air kiriman dari PDAM. Mandi pun sangat irit air, satu orang rumah hanya bisa menggunakan lima sampai tujuh gayung air untuk mandi. Kondisi ini pun kurang lebih sama dengan krisis air akibat water stress yang dialami oleh beberapa tempat di Indonesia termasuk dunia.
Apa itu stres air? Bagaimana dampaknya dan solusi yang bisa kita lakukan untuk memitigasi kondisi ini?
3% dari 71% Perairan Bumi yang Terakses
Stres air merupakan suatu kondisi saat permintaan air tidak sesuai dengan ketersediaan air untuk berbagai kondisi. Bahasa kerennya nih kelangkaan air. Dalam beberapa berita di media, tahun 2022 lalu sebagian wilayah di Eropa, Amerika dan beberapa negara Asia mulai mengalami kekeringan meski tidak ekstrim.
Bahkan menurut United Nation (salah satu organisasi PBB) di sebagian negara Afrika bisa mengalami kehabisan air di tahun 2030 atau 2040 nanti.
Baca juga: Jamur Koral Api, si Cantik yang Mematikan
Bagaimana di Indonesia? Meski terbilang tidak ekstrim, di Indonesia sendiri ada beberapa wilayah yang sempat mengalami stres air. Kita bisa berkaca kembali di tahun 2019 yang mana wilayah di Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur bahkan sebagian Bali pernah mengalami kelangkaan air (water stress)
Meski sebagian permukaan bumi ini adalah perairan yaitu 71%-nya, tapi hanya 3%-nya saja yang bisa terakses dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bisa kita bayangkan tujuh miliar lebih manusia menggunakan tiga persen fresh water di bumi untuk berbagai kepentingan. Nggak heran, masalah kelangkaan air ini menjadi masalah krusial.
Lalu apa sebenarnya penyebab dari kelangkaan air di bumi?
Lingkaran Kekhilafan yang Perlu Dihentikan
Kelangkaan air penyebabnya bisa dari alam seperti letak geografis suatu wilayah. Letak wilayah ini bisa menyebabkan masing-masing tempat memiliki kontur alam dan iklim yang berbeda. Misalkan saja di Afrika yang sebagian besar wilayahnya adalah gurun kering berpasir sehingga iklim di sana cenderung panas. Kondisi alam yang demikian membuat air lebih cepat menguap.
Meski alam bisa menyebabkan water stress, faktor terbesar dari masalah ini sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Karena pentingnya air bagi kehidupan, juga karena hanya tiga persen air yang bisa terakses oleh manusia, menyebabkan ekploitasi air terjadi besar-besaran.Tiap tahunnya, manusia menarik setidaknya 4,3 triliun meter kubik air tawar dari bumi. Lalu, memanfaatkan air untuk perikanan, pertanian, perkebunan, pertambangan, industri hingga rumah tangga.
Baca juga: Inferno Hutan dan Lahan: Jangan Sampai Lakukan Hal Sederhana Ini!
Nah dari pemanfaatan untuk kepentingan itu, terkadang manusia-manusia ini terlalu ‘khilaf’, sehingga sisa-sisa dari kepentingan mereka mencemari air. Dan, lagi-lagi kita dipaksa untuk menyaksikan limbah-limbah mengapung dan meracuni air tersebut. Ironisnya, limbah itu nggak cuma mempengaruhi air tapi juga mempengaruhi iklim serta cuaca yang menjadi faktor penting dari ketersediaan air ini. Misalkan banjir yang turut andil dalam mengurangi kelangkaan air ini.
Kalau sudah krisis dan kemudian tidak ada, dampak terbesarnya kembali lagi ke manusia. Tidak berbeda rasanya, saat keran PDAM di rumah tidak mengalir selama berhari-hari. Kita bisa dehidrasi karena kehausan; muncul penyakit karena kita tidak bisa membersihakan diri; pada tingkat yang ektrim kita jadi kelaparan dan mati karena tidak ada sumber makanan yang menjamin kelangsungan hidup.
Lalu, apa kita masih bisa berkata “ya itu masalah loe, bukan gue!” saat melihat air langka di tempat lain?
Solusi Stress Air Sederhana Sih, Tapi Tak “Selalu” Mudah!
Solusi dari masalah ini akarnya ya cuma satu, mengurangi “keegoisan” manusia. Kalau sudah bicara ego-nya manusia, itu sudah sangat sulit untuk dikatakan sederhana. Berapa kali kita terus menggaungkan “Hemat Air”, “Buang Sampah Pada Tempat-nya”, hasilnya juga masih kita temukan orang yang dengan asyiknya buang sampah tidak pada tempatnya. Alasannya karena tempat sampahnya jauh atau nggak ada.
Baca juga: Paradoks Green Washing yang Hijau, tapi ....
Belum lagi, masih ada banyak keruwetan mengenai akses pembuangan yang terbatas, sistem pengelolaan air, juga kurangnya edukasi pemanfaatan air secara bijak menjadi masalah krisis air ini jadi terus berlanjut. Apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelangsungan air?
- Memanfaatkan air bekas pakai untuk menyiram tanaman. Menggunakan air bekas mencuci beras atau mencuci buah dan sayuran, bisa membantu mengurangi penggunaan air baru untuk menyiram.
- Memanfaatkan minyak goreng bekas, sehingga tidak terbuang saluran air. Ini seperti memanfaatkan limbah rumah tangga agar tidak mencemari lingkungan. Atau jika ingin membuangnya taruhlah pada wadah jerigen dan membuangnya di tempat penampungan minyak goreng bekas. Hal yang sama berlaku pada semua jenis industri yang WAJIB mempunyai wadah khusus untuk menampung limbah-limbahnya.
- Memperbanyak tempat sampah di sekitar aliran sungai tiap jarak sepuluh meter. Ini bisa menghindari orang untuk membuang sampah sembarangan.
- Edukasi diri yang paling penting. Ingatkan diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya. Selalu sedia kantong kecil dalam saku (baju atau tas) untuk tempat penampungan “sampah” sementara, saat tempat sampah tidak tersedia.
- Bijak dalam menggunakan air. Jangan merasa beruntung saat kita mendapatkan kelimpahan air, karena di garis depan ada yang menanti seperti stress air.
Lima hal di atas sebenarnya hanya sebagian dari solusi yang ada dan sering kita temui di mana-mana. Mana dari solusi di atas yang sudah kalian terapkan? Bisa komen di kolom komentar ya!
Source:
Exploring the Most Efficient Solutions to Water Scarcity
www.un.org
https://www.nature.com/articles/srep38495
Comment
Kelangkaan air ini menjadi masalah yang oerlu disikapi bersama solusihya. Karena bukan hanya untuk sata ini tapi untuk akan datang juga. Kelangkaan air bersih menjadi salah satu indikator kemiskinan ekstrim juga ya, Kak. Harus bijak menggunakan air ya
Saya juga pernah mengalami kekeringan. Air dari PAM mati. Alhasil nggak bisa mandi dan air harus dihemat berhari-hari. Sedih.
2 Responses