Home / Pojokan / Sponsored

Review Novel Gadis Kretek: Wanita, Propaganda dan Tradisi Masa Lalu

Senjahari.com - 01/05/2023

Cover Gadis Kretek

Penulis : Dinda Pranata

Gadis Kretek adalah salah satu novel populer karya Ratih Kumala yang menjadi salah satu wishlist bacaan di tahun 2023. Saking populernya, banyak sekali yang sudah mereview bacaan ini di laman media sosial milikku. Selain populer karena banyak yang review, aku pun cukup lama mengantri untuk bisa membaca buku ini di aplikasi Ipusnas. Nunggunya nggak tanggung-tanggung hampir tujuh bulan lamanya.

Lalu bagaimana sih sinopsis dari novel gadis kretek ini? Apa pula yang bisa kita bedah dari isi bukunya? dan bagaimana review novel gadis kretek versi aku setelah membacanya?

Gadis Kretek dan Kisah Cinta Lintas Zaman

Penutur dari kisah gadis kretek ini adalah Lebas, anak dari Soeraja yang merupakan pemilik industri rokok Djagad Soeraja. Pembuka dari kisah ini bercerita saat Soeraja hendak menemui ajal karena sakit yang ia derita. Selama masa kritisnya, Soeraja beberapa kali menyebutkan nama Jeng Yah yang membuat sang cucu bertanya-tanya siapa pemilik nama tersebut.

Sayangnya, Lebas dan kedua kakaknya (Karim dan Tegar) tidak bisa bertanya pada ibunya karena rasa marah yang dirasakan oleh sang ibu saat mendengar nama Jeng Yah. Mereka pun berasumsi rasa marah dari ibu mereka adalah wujud cemburu pada Jeng Yah yang bisa jadi adalah mantan pacar bapaknya. Hingga suatu ketika, ayahnya meminta Lebas mencari keberadaan Jeng Yah.

Lebas bersama dengan kedua kakaknya pergi ke kota M yang menjadi kota kelahiran rokok Djagad ini. Flashback kemudian di mulai ketika bapak Jeng Yah (Idroes Moeria) mulai membuat rokok kretek dari awal di masa penjajahan Jepang. Pada masa itu juga, Idroes Moeria juga memiliki rival yang juga membuka usaha rokok bernama Soejadad. Persaingan mereka tidak hanya tentang usaha pembuatan rokok kretek, tapi juga dalam memperebutkan hati Roemaisa, anak si juru tulis.

Baca juga: The Golden Road: Kerinduan L.M Montomery Pada Masa Anak-Anak

Sayangnya, Roemaisa sejak dulu sudah menyukai Idroes Moeria dan meminta si Idroes untuk belajar baca tulis demi memenangkan hati kedua orang tua Roemaisa. Idroes Moeria kemudian belajar mati-matian sehingga ia berhasil melamar Roemaisa dan menikahinya. Dari pernikahan Roemaisa dan Idroes Moeria ini mereka memiliki dua orang anak bernama Dasiyah dan Rukayah. Lalu bagaimana dengan usaha rokoknya?

Rokok Lintas Masa

Usaha rokok itu tetap berjalan, meski tersendat ketika Idroes Moeria ditangkap oleh Jepang dan selama dua tahun lamanya. Setelah Idroes Moeria kembali dari penjara Jepang, ia membuat merek rokoknya sendiri bernama Rokok Proklamasi dan terus berkembang. Jiwa wiraswastanya kemudian menurun pada Dasiyah (putri sulung dari Idroes Moeria). Dasiyah ini lah yang menjadi Gadis Kretek yang berhasil memajukan usaha Idroes Moeria lebih luas dan memiliki nama panggilan Jeng Yah.

Tapi usaha ini kemudian menjadi bermasalah, ketika Jeng Yah bertemu dengan Soeraja-seorang pekerja kasar-yang sering membantu di pasar malam. Mulai dari kasak-kusuk pekerja Idroes Moeria tentang status Soeraja hingga akhirnya Soeraja memutuskan pergi dari rumah Idroes untuk membuka usahanya sendiri. Masalah demi masalah terus terjadi, hingga Lebas dan kedua kakaknya menemukan fakta yang membuat mereka bersalah pada Jeng Yah.

Apa yang bisa kita lihat dari novel Gadis Kretek ini?

Membelah Kisah Novel Ratih Kumala

Apa yang ada di Buku Gadis Kretek
Apa yang ada di Buku Gadis Kretek
  • Rokok sebagai bahan propaganda

Pada masa-masa penjajahan Rokok sering kali dijadikan alat propaganda. Pada abad ke-17 tanaman tebakau ini adalah salah satu hasil produk kolonialisme yang mulai diperkenalkan ketika Portugis datang ke Indonesia. Sebagai akibatnya tanaman ini memiliki nilai jual sangat tinggi di kalangan orang Eropa. Lalu ketika Belanda sampai ke Indonesia tanaman ini kemudian dibudidayakan melalui kerja tanam paksa. Tanaman tembakau dan produk turunannya seperti rokok menjadi medium propaganda para penjajah untuk meraih keuntungan besar yang membuat kekuasaan mereka tetap langgeng di tanah jajahan.

Baca juga: Resensi - Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat! Cara Memiliki Mental Baja

  • Rokok awalnya sebagai obat pernafasan

Kenyataan ini sebenarnya sangat bertentangan dengan jargon-jargon masa kini yang menggemakan “rokok dapat membunuhmu”. Pada masa lalu, rokok justru menjadi salah satu obat untuk mereka yang mengalami masalah asma/bengek.

Pemilik toko obat itu bilang pelanggannya yang datang dan membeli kretek klobot masih percaya dengan faedah kretek yang konon bisa menyembuhkan asma. Ya, memang kretek awalnya dikenal sebagai obat asma, dengan adanya cengkeh yang terkandung di dalamnya.

Gadis Kretek Halaman 70

Kalau kita telusuri kembali, keyakinan bahwa rokok ini bisa menjadi obat pernafasan terjadi di wilayah Kudus. Konon seorang warga bernama Haji Jamahri sering memakai minyak cengkeh untuk meredakan sesak di dadanya. Haji Jamahri pun mencoba mengunyah cengkeh dan ternyata lebih baik lagi. Dari awal itulah ia mencoba mengoplos tembakau rajangan dengan beberapa rempah seperti cengkeh untuk memberi khasiat.

  • Image Perempuan Merokok

Pergeseran pola perilaku dan cara pandang mengenai perempuan yang merokok sangat jelas terlihat dari novel ini. Zaman dahulu, merokok tidak hanya untuk kaum laki-laki saja tetapi juga kaum perempuan. Maka nggak heran sebenarnya, bahwa tradisi merokok di zaman dahulu sering kali dikaitkan dengan tradisi nginang yang sudah punah karena alasan estetis (meski juga ada kaitannya dengan kesehatan).

Gadis kretek ini berusaha mendobrak stereotip perempuan perokok yang sering kali mendapat cibiran “nakal”, “jalang” hingga “bukan gadis baik”. Meski tidak dibenarkan untuk alasan kesehatan sekalipun, rasanya juga kurang baik saat kita melekatkan cap/stereotip tertentu pada seseorang tanpa mengetahui motifnya.

Baca juga: Resensi-Santai Aja, Namanya Juga Hidup. Komik Ringan Tentang Kehidupan!

Lalu apa ya kesanku setelah membaca buku ini?

Review Novel Gadis Kretek

Quotes Gadis Kretek
Quotes di Novel Gadis Kretek

Setelah kita mengetahui sinopsis dan juga belahan kisah ini, baru bisa menyampaikan review novel gadis kretek. Ada beberapa hal yang aku suka dan ada beberapa juga yang kurang pas.

Apa yang aku suka dari novel gadis kretek?

  • Jalan ceritanya yang based on history tapi nggak terasa membosankan. Bumbu asmara yang penulis tampilkan seolah menjadi pencair suasana serius dari jalinan cerita sejarah mengenai industri rokok.
  • Kisah yang menyuguhkan kearifan tradisi lama yang sebenarnya sudah nggak umum kita lihat di perkotaan. Misalkan saja menerangi ari-ari bayi yang baru lahir hingga acara jagongan warga kampung selama tujuh hari. Kisah-kisah ini sebenarnya mengingatkan kita akan solidaritas kepada kerabat yang mulai luntur di area perkotaan.
  • Novel yang mengubah stereotip perokok perempuan dan penjaja rokok yang banyak dari kalangan perempuan. Ini yang membuatku terenyuh ketika membaca pertengahan buku ini tentang apa sih gadis kretek ini. Aku pikir novel ini sekedar kisah cinta dan cerita seorang wanita yang merokok. Tapi aku bener-bener salah besar. Kisah ini menuntunku kembali meresapi bahwa perokok wanita dan penjaja rokok yang seksi-seksi itu tidak berhak mendapatkan cap “nakal”, “seronok” bahkan “bukan gadis baik-baik” hanya karena pekerjaan mereka atau tanpa tahu alasan mereka. Mereka layak dihargai seperti pekerja lainnya.

Lalu apa yang terasa kurang pas dari kisah ini?

  • Kisahnya mengalir di awal, tapi mendadak jadi terburu-buru menjelang akhir pencarian Jeng Yah oleh Lebas dan kedua kakaknya. Aku jadi merasa endingnya kurang pas karena temponya yang cenderung cepat.
  • Misteri yang mendadak tak terpecahkan bahkan hingga akhir. Misteri siapa pencuri ari-ari bayi Idroes Moeria, kota M yang menjadi latar dari kisah ini, hingga bagaimana akhir hidup Idroes Moeria dan Roemaisa tidak tersampaikan. Sampai akhir kisahnya aku tidak menemukan jawaban mengenai pertanyaan ini.

Invitasi dan Diskusi

Gadis Kretek ini mengingatkan kita bahwa manusia itu harus mendapat penghargaan diri terlepas dari apapun pekerjaannya. Penghargaan itu tidak selalu harus berasal dari luar tapi juga dari dalam diri sendiri. Seperti bagaimana Idroes Moeria merintis usahanya sebagai bentuk harga diri. Juga bagaimana Jeng Yah bertekad menjajakan sendiri merek rokoknya sebagai bentuk kemandirian perempuan di masa itu.

Baca juga: Review Animal Farm, Satir Manusia Dalam Animal Kingdom

Adakah yang sudah membaca novel Gadis Kretek ini? gimana menurut kalian kisahnya? Bagi yang belum dan nggak mau nunggu lama-lama di daftar antrian perpustakaan. Kalian bisa cari di toko buku atau di toko online.

Source:
www.dw.com
http://repository.upi.edu/41809/
https://nationalgeographic.grid.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Astria Tri anjani

Saya sudah baca juga mbk, di ipusnas juga. Menurut saya ini bagus banget🤩 kebetulan waktu itu saya pinjemnya nggak perlu ngantri. Saking sukanya saya sama jalan ceritanya, saya juga cerita ke bapak. Yah meskipun sampai akhir nggak ketahuan siapa yang mencuri ari-ari dan kota M itu kota mana, tapi saya tetep suka. Saya bisa membayangakan situasi dan tempat kejadian dalam novel tersebut. Jadi kayak ikutan masuk ke bukunya. Katanya ini juga mau diangkat jadi film ya…

Astria Tri anjani

Halo mbk, saya udah baca juga novel ini di ipusnas juga. Kebetulan nggak perlu ngantri waktu itu. Dan menurut saya ini novel bagus banget🤩 suka sama si roemaisa. Sampai kepikiran kalau punya anak cewek dikasih nama roemaisa aja😅
Katanya ini juga mau dijadiin film ya, emang bagus sih. Walaupun sampai akhir ada hal-hal yang masih jadi misteri

Lama bgt ya mbak nunggunya sampai 7 bulan gitu. Banyak yg baca berarti ya. Wah kalau ditempatku ari-ari masih diterangi juga mbak.

Rokok yg gak baik buat kesehatan justru malah bagus buat asma karena ada cengkeh ya. Mungkin emang karena cengkeh nya aja yg bagus, kalau dicampur jadi berkurang khasiatnya.
Tapi, meski kita gak boleh judge perempuan yg merokok itu nakal, faktanya ada di tempat² yg negatif. Tapi setuju sih kalau kita gak boleh judge pekerjaan dan motifnya. Saling menghargai itu lebih baik.

Ternyata di masa lalu, rook justru berfungsi sebagai obat ya. Tak heran di masa lampau banyak ya merokok kretek. Rupanya ada alasan ini dibaliknya

Jalan cerita dari novel ini yang gak membosankan yang membuat enak dibaca, seperti novel Gadis Kretek ini yang dari judulnya aja jadi penasaran untuk membacanya.

Karena novel ini ada di ipusnas, saya jadi instal lagi buat baca novel deh. Dan banyak banget yah novel2 indonesia yang keren seperti Gadis kretek ini, semoga juga bisa kebagian antri baca novelnya ya hehehe

Novel sejarah selalu asyik untuk dinikmati. Detail dan behind the history selalu bikin kepo. Meskipun ya kalau itu novel, kita jangan percaya begitu saja. Jadi pingin ngantre pinjam di iPusnas nih hehehe…

Menarik nih ceritanya, ada kearifan lokal, ada tradisi, ada sejarah, riset dalam penyusuannya kuat nih sehingga cerita yang dihadirkan terasa nyata

Andri Marza Akhda

Wiih unik juga ya keyakinan rokok itu untuk kesehatan. Iya sih bener, sebenarnya merokok itu tak peduli laki-laki perempuan sama saja. Hanya saja mungkin karena kebanyakan dari kita ini penganut patriaki dan macho, seringkali rokok itu digambarkan hanya untuk laki saja..

9 Responses